Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Dampak Pola Parenting Orang Tua yang Berbeda, Simak Ini Cara Mengatasinya

pola parenting
October 2, 2025

Ayah dan Bunda, memiliki pola parenting yang berbeda antara satu sama lain adalah hal yang sangat umum dalam rumah tangga. Mungkin Ayah lebih santai, sementara Bunda lebih disiplin, atau sebaliknya. 

Perbedaan ini, jika tidak diselaraskan, bisa menimbulkan dampak yang kurang baik bagi anak, mulai dari kebingungan aturan hingga mencari celah untuk mendapatkan keinginan. Anak membutuhkan konsistensi dari gaya parenting orang tua, ketika aturan di rumah terasa berbeda-beda, fondasi rasa aman dan pemahaman mereka terhadap batas bisa goyah.

Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda memahami cara mengatasi perbedaan pola parenting ini. Kita akan mengupas tuntas mengapa keselarasan penting, dan tips praktis untuk menemukan “zona tengah” yang nyaman bagi Anda berdua dan paling utama, bagi si kecil. Diharapkan Anda dapat membangun tim yang solid. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Dampak Perbedaan Pola Parenting terhadap Anak dan Keluarga

Dalam proses membesarkan anak, sangat wajar jika ayah dan ibu memiliki pendekatan yang berbeda dalam mendidik. Perbedaan ini bisa berasal dari latar belakang keluarga, pengalaman masa kecil, nilai-nilai yang dianut, atau cara pandang terhadap anak. 

Namun, jika tidak dikomunikasikan dan diselaraskan, perbedaan ini bisa menimbulkan ketegangan dalam hubungan orang tua dan berdampak langsung pada kondisi emosional anak.

Pola asuh yang tidak sejalan dapat menciptakan kebingungan, rasa tidak aman, bahkan gangguan dalam pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa perbedaan bukan masalah selama dikelola dengan saling menghargai dan terbuka terhadap diskusi. 

Dengan pendekatan yang tepat, perbedaan justru bisa menjadi kekuatan dalam membentuk pola pengasuhan yang lebih kaya dan seimbang.

1. Meningkatnya Pertengkaran di Rumah

Ketidaksepahaman dalam mendidik anak seringkali menjadi pemicu konflik antara pasangan. Misalnya, ketika ayah cenderung tegas dan ibu lebih fleksibel, perbedaan ini bisa memunculkan perdebatan yang berulang. Jika pertengkaran terjadi di depan anak, hal tersebut dapat mengganggu rasa aman dan kestabilan emosional mereka.

Konflik antar orang tua yang berkaitan dengan pola pengasuhan berdampak negatif pada kesehatan mental anak. Anak yang sering menyaksikan pertengkaran cenderung merasa cemas, tidak nyaman, dan kesulitan membangun kepercayaan terhadap lingkungan rumah.

2. Rasa Aman Anak Menjadi Terganggu

Rasa aman adalah fondasi penting dalam perkembangan psikologis anak. Ketika anak sering menyaksikan orang tua berdebat atau saling menyalahkan, mereka bisa merasa tidak nyaman dan tidak terlindungi. Lingkungan rumah yang penuh ketegangan dapat menurunkan rasa percaya diri dan menghambat kemampuan sosial anak.

Anak yang tumbuh dalam suasana tidak stabil cenderung lebih sensitif terhadap konflik dan memiliki kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Oleh karena itu, menjaga keharmonisan antara orang tua sangat penting untuk menciptakan ruang tumbuh yang aman dan mendukung bagi anak.

3. Gangguan dalam Pembentukan Karakter Anak

Pola asuh yang tidak konsisten dapat membuat anak kesulitan membentuk karakter yang stabil. Mereka bisa belajar memanipulasi situasi dengan berpihak pada orang tua yang lebih longgar atau mudah diajak kompromi. Akibatnya, anak kurang memiliki disiplin, tanggung jawab, dan sikap konsisten dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Ketika anak tidak mendapatkan arahan yang jelas dan seragam, mereka cenderung mengembangkan perilaku yang tidak terarah. Hal ini dapat berdampak jangka panjang terhadap pembentukan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, ketekunan, dan rasa hormat terhadap aturan.

4. Anak Merasa Bingung dengan Aturan

Ketika ayah dan ibu menerapkan aturan yang berbeda, anak bisa mengalami kebingungan dalam memahami batasan. Contohnya, jika ayah melarang bermain gadget tetapi ibu mengizinkan dengan alasan tertentu, anak akan kesulitan menentukan mana yang harus diikuti. Ketidakkonsistenan ini dapat mengganggu kemampuan anak dalam mengatur emosi dan perilaku.

Menegaskan bahwa inkonsistensi pola asuh orang tua dapat mempengaruhi regulasi emosi anak. Anak yang tidak mendapatkan arahan yang jelas akan lebih mudah frustasi, bingung, dan cenderung mencari celah untuk menghindari aturan.

Strategi Mengelola Perbedaan Pola Asuh dengan Bijak

Maka dari itu Bunda, strategi mengelola perbedaan pola asuh parenting di antara suami dan istri tentu harus sesuai dengan keduanya. Masing-masing harus bisa mengalah dan menurunkan ekspektasi, berikut beberapa cara yang bisa Anda dan pasangan lakukan saat mengalami perbedaan pola asuh menurut Audrey Susanto, M.Psi., MSc., Psikolog., EPMTM.

1. Menyamakan Ekspektasi dalam Pengasuhan

Langkah awal yang penting adalah membicarakan ekspektasi masing-masing terkait pengasuhan anak. Diskusikan hal-hal praktis seperti jadwal belajar, waktu bermain, aturan tidur, dan batasan penggunaan gawai. Dengan menyamakan harapan, orang tua dapat mengurangi potensi konflik dan menciptakan pola asuh yang lebih seragam.

Menunjukkan bahwa keselarasan tujuan parenting berpengaruh besar terhadap kualitas hubungan orang tua dan anak. Ketika orang tua memiliki visi yang sama, anak akan merasa lebih aman dan mendapatkan arahan yang konsisten.

2. Membangun Komunikasi yang Terbuka dan Tenang

Komunikasi yang sehat adalah kunci utama dalam menyelesaikan perbedaan. Orang tua perlu membicarakan perbedaan dengan cara yang tenang, tidak emosional, dan saling menghargai. Jelaskan alasan di balik setiap aturan agar pasangan bisa memahami sudut pandang satu sama lain.

Dengan komunikasi terbuka, orang tua dapat menemukan solusi bersama yang tidak hanya mengakomodasi kebutuhan anak, tetapi juga menjaga keharmonisan rumah tangga. Diskusi yang dilakukan secara rutin juga membantu mencegah konflik yang berlarut-larut.

3. Menghargai Usaha dan Peran Pasangan

Daripada fokus pada kekurangan pasangan, cobalah untuk menghargai setiap usaha yang dilakukan dalam mengasuh anak. Ucapan terima kasih, pujian kecil, atau sekadar pengakuan atas peran pasangan dapat memperkuat rasa saling mendukung. Sikap ini menciptakan suasana kerja sama yang positif dalam menjalani peran sebagai orang tua.

Ketika pasangan merasa dihargai, mereka akan lebih terbuka terhadap masukan dan lebih siap untuk berkompromi. Keharmonisan antara orang tua secara langsung berdampak pada rasa aman dan kesejahteraan emosional anak.

4. Mencari Bantuan Profesional Jika Diperlukan

Jika perbedaan pola asuh terlalu sering menimbulkan konflik dan sulit diselesaikan sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Psikolog anak dan keluarga dapat membantu memberikan perspektif baru, serta strategi praktis untuk menyelaraskan pola pengasuhan. Terapi keluarga juga dapat memperbaiki komunikasi dan memperkuat kerja sama antara pasangan.

Konseling keluarga terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi dan membangun pola asuh yang lebih sehat. Dukungan profesional bukan tanda kelemahan, melainkan bentuk komitmen untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang terbaik bagi anak.

Kesimpulan

Perbedaan pola parenting orang tua adalah hal yang wajar, namun jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pertengkaran, kebingungan pada anak, bahkan mengganggu rasa aman mereka. 

Agar hal ini tidak berdampak negatif, orang tua perlu menyamakan ekspektasi, membangun komunikasi terbuka, saling menghargai, dan bila perlu mencari bantuan profesional. Dengan begitu, perbedaan pola asuh dapat menjadi kekuatan, bukan sumber masalah, dalam membesarkan anak.

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *