Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Parents! Hati-hati Perilaku Anak Cerminan Orang Tuanya Loh

perilaku anak
October 7, 2025

Ayah dan Bunda, pernahkah Anda terkejut melihat si kecil meniru persis ucapan atau tingkah laku yang sering Anda lakukan? Dalam hati mungkin kita berdecak, “Parents! Hati-hati ya, karena perilaku anak cerminan orang tuanya lho!” 

Anak-anak adalah peniru ulung, dan rumah adalah sekolah utama mereka. Mereka belajar jauh lebih banyak dari apa yang mereka lihat (teladan) daripada apa yang mereka dengar (nasihat). Pola komunikasi Anda, cara Anda mengelola emosi, bahkan kebiasaan sepele Anda, semuanya diserap dan dipraktikkan oleh si kecil.

Artikel ini hadir untuk mengajak Ayah dan Bunda sejenak bercermin. Kita akan mengupas tuntas mengapa perilaku kita memiliki dampak besar pada pembentukan karakter anak, serta bagaimana cara menjadi teladan positif yang suportif. 

Memahami hal ini adalah langkah pertama untuk menjadi orang tua yang lebih sadar dan bijak. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Bagaimana Perilaku Orang Tua Menjadi Perilaku Anak

Perilaku anak tidak terbentuk secara tiba-tiba. Ia adalah hasil dari proses panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman, dan terutama pola asuh orang tua. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa sikap, ucapan, dan cara mereka mengelola emosi sehari-hari akan direkam oleh anak dan menjadi bagian dari perilaku anak itu sendiri. 

Maka, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa perilaku anak adalah cerminan dari apa yang mereka lihat dan alami di rumah.

Anak Meniru Cara Orang Tua Mengelola Emosi

Anak belajar mengatur emosinya dengan cara meniru. Ketika orang tua menunjukkan kesabaran, anak akan belajar bahwa marah bukan satu-satunya cara menyelesaikan masalah. Sebaliknya, jika anak sering melihat ayah atau ibu meluapkan emosi secara berlebihan, ia akan menganggap itu sebagai respons yang wajar.

Anak mengembangkan regulasi emosi melalui tiga mekanisme utama: observasi terhadap perilaku orang tua, praktik pengasuhan yang berkaitan dengan emosi, dan iklim emosional dalam keluarga. Ketiganya saling berkaitan dan membentuk pola perilaku anak dalam jangka panjang.

Ucapan Orang Tua Menjadi Suara Batin Anak

Kata-kata yang diucapkan orang tua, terutama saat anak sedang dalam kondisi rentan, akan terekam dalam ingatan emosional anak. Ucapan seperti “Kamu selalu bikin masalah” atau “Kenapa sih kamu enggak bisa seperti kakakmu” bisa membentuk pola pikir negatif yang menetap. Sebaliknya, kalimat seperti “Ayah tahu kamu sudah berusaha” atau “Ibu bangga kamu mau mencoba” akan memperkuat rasa percaya diri anak.

Komunikasi positif antara orang tua dan anak berkontribusi besar terhadap kesehatan mental anak dan kemampuan mereka membangun relasi sosial yang sehat.

Tindakan Orang Tua Menjadi Teladan

Anak tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat dan meniru. Cara orang tua memperlakukan pasangan, menyelesaikan konflik, atau menjalani rutinitas harian akan menjadi referensi perilaku anak. Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan verbal atau fisik, ia berisiko meniru pola tersebut dalam interaksi sosialnya.

Keterlibatan ayah dan ibu dalam pengasuhan, termasuk tindakan sehari-hari, memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan kognitif dan emosional anak sejak usia dini.

Perilaku yang Bisa Menjadi Cerminan Anak

Ketika anak menunjukkan perilaku tertentu, bisa jadi itu adalah refleksi dari pola asuh yang ia terima. Berikut adalah beberapa bentuk perilaku anak yang sering kali berakar dari dinamika keluarga.

Sulit Mengambil Keputusan

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terlalu mengontrol atau minim kepercayaan diri cenderung kesulitan mengambil keputusan. Jika orang tua sering memaksakan pilihan atau tidak memberi ruang anak untuk mencoba, anak akan merasa takut salah dan enggan menentukan arah sendiri.

Kondisi ini bisa berlanjut hingga dewasa, membuat anak bergantung pada orang lain dan tidak percaya pada kemampuannya. Maka, penting bagi orang tua untuk memberi kesempatan anak belajar dari pilihan-pilihannya, meski hasilnya belum sempurna.

People Pleaser

Anak yang terbiasa hidup dengan tuntutan untuk menyenangkan orang tua atau menghindari konflik bisa tumbuh menjadi pribadi yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri. Perilaku ini sering kali muncul dari pola asuh yang menekankan kepatuhan tanpa ruang untuk berdialog.

Anak yang menjadi people pleaser cenderung sulit menetapkan batasan, merasa bersalah saat menolak, dan mudah dimanfaatkan dalam relasi sosial. Orang tua perlu membangun komunikasi yang terbuka dan menghargai pendapat anak agar ia tumbuh dengan rasa percaya diri dan kemampuan menetapkan batas yang sehat.

Rasa Takut Berlebihan

Ketakutan yang berlebihan pada anak bisa berasal dari lingkungan yang penuh ancaman, kritik, atau minim rasa aman. Jika orang tua sering menakut-nakuti anak atau menunjukkan kecemasan berlebihan, anak akan menyerap pola tersebut dan mengembangkan rasa takut yang tidak proporsional.

Menurut Kerr (2025), anak usia dini memiliki imajinasi yang aktif namun belum mampu membedakan antara fantasi dan realitas. Maka, pendekatan yang menenangkan dan logis sangat penting untuk membantu anak mengelola rasa takutnya dengan sehat.

Anak Mudah Stres

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh tekanan, minim dukungan emosional, atau tidak memiliki ruang untuk mengekspresikan diri cenderung mudah stres. Mereka bisa menunjukkan gejala seperti sulit tidur, mudah marah, atau menarik diri dari lingkungan sosial.

Stres pada anak bukan hanya soal beban akademik, tetapi juga tentang bagaimana mereka merasa dihargai dan didengarkan. Orang tua yang hadir secara emosional, memberi ruang untuk bermain, dan tidak menuntut kesempurnaan akan membantu anak membangun daya tahan emosional yang kuat.

Penutup

Perilaku anak adalah cerminan dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan dari orang tuanya. Maka, penting bagi setiap orang tua untuk menyadari bahwa sikap, ucapan, dan tindakan mereka sehari-hari akan membentuk karakter anak dalam jangka panjang. Dengan pendekatan yang penuh empati, komunikasi yang sehat, dan teladan yang baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, tangguh, dan mampu membangun relasi sosial yang sehat.

Kualitas pengasuhan memiliki dampak langsung terhadap perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak. Maka, mari bersama-sama menjadi orang tua yang sadar bahwa perilaku anak bukan hanya tentang mereka, tetapi juga tentang kita.

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *