Mengaji dengan Pendekatan Montessori Anak Memangnya Bisa? Simak Ini Penjelasannya
Ayah dan Bunda, mendengar kata Montessori, mungkin yang terbayang adalah alat-alat edukatif yang menarik. Namun, tahukah Anda, filosofi Montessori yang menekankan pada kemandirian dan eksplorasi juga bisa diterapkan dalam mengaji? Pertanyaan, “Apakah mengaji dengan pendekatan montessori anak memangnya bisa?” sering muncul.
Jawabannya, sangat bisa! Pendekatan ini mengubah cara belajar yang kaku menjadi pengalaman personal yang bermakna. Anak diajak untuk aktif, tidak hanya pasif menerima, sehingga kecintaan pada Al-Qur’an tumbuh secara alami.
Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas penjelasan bagaimana pendekatan Montessori diimplementasikan dalam pembelajaran Al-Qur’an. Kita akan membahas prinsip-prinsip dasarnya, contoh-contoh praktis, dan mengapa metode ini sangat efektif untuk menumbuhkan minat dan kemandirian anak. Diharapkan dengan informasi ini, Ayah dan Bunda bisa menjadi pendidik yang lebih inspiratif. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Apa Itu Metode Montessori Anak?
Sebelum, kita masuk pada bagaimana implikasi metode montessori pada proses belajar mengaji anak, maka kita harus ketahui terlebih dahulu apa itu metode montessori bagi anak. Metode Montessori adalah pendekatan pendidikan yang dikembangkan oleh Maria Montessori pada awal abad ke-20.
Fokus utamanya adalah memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara alami, sesuai dengan ritme perkembangan mereka. Dalam konteks mengaji, metode ini bisa membantu anak belajar Al-Qur’an dengan cara yang menyenangkan dan penuh makna.
1. Berpusat pada Anak

Pendekatan Montessori menekankan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak. Anak tidak dipaksa mengikuti pola yang kaku, melainkan diberi ruang untuk mengeksplorasi sesuai dengan rasa ingin tahu mereka. Dalam pembelajaran Al-Qur’an, hal ini berarti anak dapat dikenalkan huruf hijaiyah melalui aktivitas yang menyenangkan dan sesuai dengan usia mereka, seperti permainan tebak huruf atau lagu-lagu interaktif.
Dengan memberikan kebebasan dalam memilih cara belajar, anak merasa lebih dihargai dan termotivasi. Mereka tidak hanya belajar karena disuruh, tetapi karena merasa tertarik dan nyaman. Pendekatan ini membantu anak membangun hubungan yang positif dengan Al-Qur’an sejak dini, tanpa tekanan atau rasa takut.
2. Lingkungan yang Terstruktur
Salah satu ciri khas Montessori adalah lingkungan belajar yang tertata rapi dan mendukung konsentrasi anak. Ruang belajar yang terorganisir membantu anak merasa tenang dan fokus. Dalam konteks mengaji, orang tua dapat menyiapkan media belajar seperti kartu huruf hijaiyah, puzzle Islami, atau papan tulis kecil yang mudah dijangkau oleh anak.
Ketika anak dapat mengakses alat belajar secara mandiri, mereka belajar untuk bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri. Lingkungan yang terstruktur juga mengurangi gangguan dan membantu anak membentuk kebiasaan belajar yang konsisten. Hal ini sangat penting untuk anak usia dini yang masih belajar mengatur perhatian dan waktu.
3. Belajar Melalui Pengalaman Nyata
Montessori menekankan pentingnya pembelajaran yang melibatkan pengalaman langsung. Anak belajar paling efektif ketika mereka bisa menyentuh, mencoba, dan mengalami sendiri. Dalam pembelajaran Al-Qur’an, orang tua dapat mengajak anak menulis huruf hijaiyah di pasir, membentuk huruf dengan tanah liat, atau melafalkan ayat sambil menunjuk bentuk hurufnya.
Aktivitas semacam ini tidak hanya memperkuat pemahaman anak terhadap bentuk dan bunyi huruf, tetapi juga membuat proses belajar terasa seperti bermain. Ketika anak menikmati prosesnya, mereka akan lebih cepat menyerap informasi dan lebih antusias untuk melanjutkan hafalan atau membaca ayat berikutnya.
4. Mengembangkan Disiplin Diri

Montessori tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga membentuk karakter anak, termasuk disiplin dan tanggung jawab. Anak diberi kebebasan untuk memilih aktivitas, namun mereka juga diajarkan untuk menyelesaikan apa yang telah dimulai. Dalam pembelajaran mengaji, prinsip ini dapat diterapkan dengan cara menetapkan target harian yang ringan, seperti membaca satu surat pendek setiap hari.
Dengan membiasakan anak menyelesaikan tugas yang mereka pilih sendiri, mereka belajar untuk bertanggung jawab dan konsisten. Anak yang mengikuti pendekatan Montessori memiliki konsentrasi lebih tinggi dan motivasi intrinsik yang kuat. Nilai-nilai ini sangat relevan dalam membentuk kebiasaan mengaji yang berkelanjutan.
Mengaji dengan Pendekatan Montessori Bagi Anak
Selain aspek kognitif, pendekatan Montessori juga mendukung pengembangan nilai-nilai spiritual dan emosional anak. Dalam konteks pembelajaran Al-Qur’an, pendekatan ini membantu anak membentuk keterikatan yang mendalam dengan nilai-nilai Islam secara alami dan menyenangkan.
1. Penghargaan terhadap Anak sebagai Individu Unik

Setiap anak memiliki gaya belajar dan kecepatan perkembangan yang berbeda. Montessori mengajarkan bahwa tidak ada satu metode yang cocok untuk semua anak. Dalam pembelajaran mengaji, sebagian anak mungkin cepat menghafal huruf hijaiyah, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama. Orang tua dan guru perlu menghargai perbedaan ini agar anak tidak merasa tertekan.
Dengan memberikan ruang bagi anak untuk belajar sesuai ritme mereka, anak merasa lebih percaya diri dan aman. Mereka tidak takut salah atau dibandingkan, sehingga proses belajar menjadi lebih sehat secara emosional. Pengakuan terhadap keunikan anak juga memperkuat hubungan antara anak dan Al-Qur’an sebagai bagian dari identitas mereka.
2. Pengembangan Kemandirian dan Otonomi

Montessori menekankan pentingnya membentuk anak yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Dalam pembelajaran Al-Qur’an, anak dapat diberi pilihan untuk menentukan waktu belajar, memilih surat yang ingin dihafal, atau memulai dengan doa harian. Ketika anak diberi kebebasan dalam memilih, mereka merasa lebih terlibat dan memiliki rasa kepemilikan terhadap proses belajar.
Kemandirian ini membantu anak membangun keterikatan personal dengan Al-Qur’an. Mereka tidak hanya belajar karena disuruh, tetapi karena merasa bahwa mengaji adalah bagian dari diri mereka. Hal ini juga memperkuat motivasi intrinsik yang sangat penting untuk pembelajaran jangka panjang.
3. Perhatian pada Kebutuhan Emosional Anak
Montessori menekankan keseimbangan antara kebutuhan akademik, fisik, dan emosional anak. Dalam pembelajaran Al-Qur’an, penting bagi orang tua untuk memperhatikan kondisi anak sebelum memulai sesi belajar. Anak yang sedang lelah, lapar, atau emosinya tidak stabil akan sulit fokus dan menyerap materi dengan baik.
Dukungan emosional dari orang tua berperan besar dalam keberhasilan literasi dini anak, termasuk literasi Al-Qur’an. Dengan menciptakan suasana belajar yang tenang dan penuh kasih, anak akan merasa lebih nyaman dan siap untuk belajar dengan optimal.
4. Student Learning Centered

Dalam SCL, siswa diberi ruang untuk berpartisipasi aktif. Mereka tidak hanya mendengarkan, tetapi juga bertanya, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat. Proses ini membantu mereka membangun pemahaman secara mandiri dan lebih mendalam.
Siswa juga dilatih untuk mengambil keputusan dalam proses belajar, seperti memilih topik proyek, menentukan metode eksplorasi, atau menyusun jadwal belajar. Hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepemilikan terhadap hasil belajar mereka sendiri.
Mengaji dengan Pendekatan Montessori, Siapa Takut? Albata Hadir Solusinya
Mengaji dengan pendekatan Montessori bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga sangat bermanfaat untuk perkembangan anak. Metode ini membantu anak merasa dihargai, mandiri, dan belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Lebih dari itu, values Montessori seperti penghargaan terhadap keunikan anak, pengalaman langsung, serta perhatian pada aspek emosional dan fisik dapat memperkaya proses belajar mengaji.
Bagi orang tua yang ingin menanamkan kecintaan Al-Qur’an sejak dini, pendekatan Montessori bisa menjadi salah satu jalan yang relevan dan efektif. Dengan bimbingan penuh kasih serta lingkungan islami yang mendukung, anak dapat tumbuh dekat dengan Al-Qur’an secara natural.
Program TPQ Online Albata hadir dengan pendekatan yang sesuai usia, tahapan belajar yang personal, serta laporan perkembangan anak.
Dengan metode ini, anak tidak hanya belajar membaca, tetapi juga menumbuhkan kecintaan pada Al-Qur’an sejak dini. Bagi orang tua, inilah kesempatan untuk memberikan pendidikan spiritual terbaik bagi buah hati, meski dari rumah.
Dibimbing oleh ustadzah profesional yang sabar, berpengalaman, dan komunikatif, proses belajar mengaji terasa menyenangkan, interaktif, dan jauh dari kesan membosankan. Anak-anak tidak hanya belajar membaca Al-Qur’an, tetapi juga memahami nilai-nilai Islam sekaligus berlatih menghafal (tahfidz) dengan bimbingan penuh perhatian.
Dengan metode Fun Learning Albata, anak usia 3–13 tahun dapat belajar secara efektif dari rumah, dalam suasana yang hangat, aman, dan nyaman. Program ini dirancang untuk membantu anak mencintai Al-Qur’an sejak dini, sekaligus mendukung tumbuh kembang mereka menjadi generasi Qur’ani yang cerdas dan berakhlak mulia.
Segera daftarkan putra-putri Bunda di TPQ Online Albata untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada anak. Klik tombol di bawah ini untuk informasi lebih lanjut, atau kunjungi Instagram kami di @Albata.id. Karena kami percaya anak akan menjadi Where Shalih Shalihah Begin.





