Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Bagaimana Mengaji Meningkatkan Kecerdasan Emosional Anak? Simak Ini Penjelasan Ilmiahnya

kecerdasan emosional
September 15, 2025

Ayah dan Bunda, mengaji bukan hanya soal membaca Al-Qur’an dan memahami maknanya. Lebih dari itu, aktivitas spiritual ini memiliki dampak luar biasa pada perkembangan anak, termasuk meningkatkan kecerdasan emosional mereka. Ketika anak mengaji, mereka belajar mengelola diri, sabar, dan fokus. 

Proses ini secara ilmiah terbukti dapat menstimulasi bagian otak yang bertanggung jawab atas regulasi emosi, empati, dan pengambilan keputusan yang bijak. Dengan kata lain, mengaji adalah investasi holistik untuk masa depan anak.

Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas penjelasan ilmiah dibalik manfaat mengaji. Kita akan membahas bagaimana rutinitas mengaji dapat memengaruhi neuroplastisitas otak anak, menumbuhkan empati, dan membantu mereka menjadi pribadi yang lebih tangguh secara mental dan emosional. 

Diharapkan dengan informasi ini, Ayah dan Bunda bisa melihat mengaji dari sudut pandang yang lebih luas. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional 

Nah, sebelum kita masuk pada pembahasan pengaruh mengaji dalam mempengaruhi kecerdasan emosional anak, maka hal yang perlu kita pahami bersama bahwa ada faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional anak menurut Goleman 1998, antara lain: 

1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)

Kesadaran diri adalah kemampuan anak untuk mengenali dan memahami perasaan yang muncul dalam dirinya. Anak yang memiliki kesadaran diri mampu menyadari suasana hati, dorongan emosional, dan dampaknya terhadap perilaku. Mereka juga dapat mengenali kekuatan dan kelemahan diri secara objektif.

Dalam konteks pendidikan anak, kesadaran diri membantu anak memahami kapan mereka merasa marah, sedih, atau senang, serta bagaimana perasaan tersebut memengaruhi tindakan mereka. Ini menjadi pondasi penting dalam membentuk kontrol diri dan pengambilan keputusan yang bijak.

2. Pengendalian Diri (Self-Regulation)

Pengendalian diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi secara sehat dan konstruktif. Anak yang mampu mengendalikan diri tidak mudah meledak-ledak, dapat menunda kepuasan, dan mampu tetap tenang dalam situasi sulit. Mereka juga belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan yang diambil.

Goleman menekankan bahwa pengendalian diri bukan berarti menekan emosi, tetapi mengelolanya dengan cara yang tepat. Dalam pembelajaran Al-Qur’an, misalnya, anak yang terbiasa mengaji secara rutin akan belajar sabar, fokus, dan tidak mudah menyerah saat menghadapi kesulitan membaca.

3. Motivasi Diri (Self-Motivation)

Motivasi diri adalah dorongan internal untuk mencapai tujuan, bukan karena imbalan eksternal. Anak yang memiliki motivasi tinggi akan tetap berusaha meskipun menghadapi tantangan. Mereka memiliki rasa ingin tahu, semangat belajar, dan ketekunan dalam menyelesaikan tugas.

Dalam pembelajaran agama, motivasi diri sangat penting agar anak tetap semangat belajar Al-Qur’an, menghafal surah, dan memahami makna ayat. Orang tua dapat mendukung motivasi ini dengan memberikan apresiasi dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

4. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan meresponsnya dengan penuh kepedulian. Anak yang berempati mampu membaca ekspresi emosional orang lain dan menunjukkan sikap yang sesuai, seperti membantu teman yang sedih atau menghormati perbedaan.

Goleman menyebut empati sebagai inti dari hubungan sosial yang sehat. Dalam konteks keluarga dan komunitas Muslim, empati membantu anak membangun sikap saling menghargai, berbagi, dan peduli terhadap sesama, sebagaimana diajarkan dalam nilai-nilai Al-Qur’an.

Peran Al-Qur’an dalam Membentuk Kecerdasan Emosional Anak

Kecerdasan emosional adalah kemampuan anak untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan perasaannya secara sehat. Kemampuan ini sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap cara anak menjalin hubungan sosial, menyelesaikan konflik, dan menghadapi tekanan hidup. 

Salah satu pendekatan yang terbukti efektif dalam membentuk kecerdasan emosional anak adalah melalui pembiasaan mengaji dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Al-Qur’an bukan hanya kitab suci yang dibaca, tetapi juga sumber nilai yang mengajarkan anak tentang kesabaran, empati, ketenangan, dan tanggung jawab. 

Ketika anak terbiasa membaca dan merenungi isi Al-Qur’an, mereka tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif, tetapi juga memperkuat aspek emosional dan spiritual yang menjadi fondasi karakter mereka.

1. Membantu Anak Mengenali dan Mengelola Emosi

Salah satu aspek penting dari kecerdasan emosional adalah kemampuan anak mengenali dan mengatur perasaannya. Melalui kisah-kisah dalam Al-Qur’an, anak diperkenalkan pada berbagai bentuk emosi manusia. Misalnya, kisah Nabi Ya’qub yang tetap sabar meskipun kehilangan anaknya, atau kisah Nabi Musa yang berani menghadapi ketidakadilan. Kisah-kisah ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana emosi dapat dikelola dengan bijak.

Al-Qur’an menjadi sarana reflektif yang membantu anak memahami bahwa perasaan seperti marah, sedih, atau takut adalah bagian dari kehidupan, dan ada cara yang tepat untuk meresponsnya.

2. Menumbuhkan Empati dan Kepedulian Sosial

Al-Qur’an mengajarkan nilai kepedulian terhadap sesama, seperti yang tercantum dalam surah Al-Ma’un yang menekankan pentingnya membantu orang yang membutuhkan. Ketika anak terbiasa mendengar dan memahami ayat-ayat seperti ini, mereka belajar untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan perasaan dan kebutuhan orang lain.

Empati adalah komponen utama dalam kecerdasan emosional. Anak yang memiliki empati akan lebih mudah menjalin hubungan sosial yang sehat dan menghindari perilaku egois. 

Anak yang terbiasa menunjukkan empati memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik dan lebih diterima dalam lingkungan sosialnya.

3. Melatih Kesabaran dan Ketenangan dalam Diri Anak

Proses mengaji mengajarkan anak untuk membaca dengan perlahan, memahami setiap ayat, dan tidak terburu-buru. Aktivitas ini secara tidak langsung melatih anak untuk fokus, sabar, dan tenang. Ketika anak terbiasa dengan ritme belajar yang teratur dan penuh ketenangan, mereka belajar mengatur emosi dan menghindari reaksi impulsif.

Anak yang rutin membaca Al-Qur’an memiliki tingkat disiplin dan kemampuan regulasi emosi yang lebih baik. Dengan pembiasaan ini, anak tidak hanya belajar membaca, tetapi juga membentuk karakter yang stabil dan tidak mudah goyah saat menghadapi tekanan.

4. Memberikan Landasan Moral yang Menguatkan Emosi Sehat

Al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber nilai moral yang membentuk sikap anak dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat kepada orang tua menjadi bagian dari pembelajaran emosional yang penting. 

Ketika anak memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, mereka belajar untuk berpikir sebelum bertindak dan bertanggung jawab atas pilihannya.

Dengan landasan moral yang kuat, anak memiliki pegangan dalam bersikap dan berinteraksi. Mereka tidak hanya tahu mana yang benar dan salah, tetapi juga mampu mengelola perasaan yang muncul saat menghadapi situasi yang menantang. Al-Qur’an membantu anak membentuk emosi yang sehat dan akhlak yang mulia secara bersamaan.

Yuk Membersamai Proses Belajar Mengaji Anak Bersama TPQ Online Albata! 

Menyadari akan pentingnya Al-Qur’an terhadap kecerdasan emosional anak, tentu anak perlu mudah dibiasakan mengaji sejak dini. Melalui mengaji, anak belajar mengenali dan mengelola emosi, menumbuhkan empati, melatih kesabaran, serta mendapatkan landasan moral yang kokoh. 

Untuk menumbuhkan minat belajar Al-Qur’an, orang tua dapat menggunakan metode menyenangkan, memberi teladan, menyediakan waktu konsisten, mengaitkan ayat dengan kehidupan, serta memberikan apresiasi.

Dengan pendampingan yang tepat, mengaji dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan. Seperti salah satu lembaga belajar mengaji TPQ Online Albata, yang memberikan kesempatan belajar yang menyenangkan. 

Program TPQ Online Albata hadir sebagai solusi modern dengan pendekatan yang sesuai usia, tahapan belajar yang personal, serta laporan perkembangan anak. 

Dengan metode ini, anak tidak hanya belajar membaca, tetapi juga menumbuhkan kecintaan pada Al-Qur’an sejak dini. Bagi orang tua, inilah kesempatan untuk memberikan pendidikan spiritual terbaik bagi buah hati, meski dari rumah.

Dibimbing oleh ustadzah profesional yang sabar, berpengalaman, dan komunikatif, proses belajar mengaji terasa menyenangkan, interaktif, dan jauh dari kesan membosankan. Anak-anak tidak hanya belajar membaca Al-Qur’an, tetapi juga memahami nilai-nilai Islam sekaligus berlatih menghafal (tahfidz) dengan bimbingan penuh perhatian.

Dengan metode Fun Learning Albata, anak usia 3–13 tahun dapat belajar secara efektif dari rumah, dalam suasana yang hangat, aman, dan nyaman. Program ini dirancang untuk membantu anak mencintai Al-Qur’an sejak dini, sekaligus mendukung tumbuh kembang mereka menjadi generasi Qur’ani yang cerdas dan berakhlak mulia. 

Segera daftarkan putra-putri Bunda di TPQ Online Albata untuk membantu meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an pada anak. Klik tombol di bawah ini untuk informasi lebih lanjut, atau kunjungi Instagram kami di @Albata.id. Karena kami percaya anak akan menjadi Where Shalih Shalihah Begin. 

Reference 

Rofiq, A.dkk.(2024). Pengaruh menghafal Al-Qur’an terhadap kecerdasan emosional siswa. Ngaos: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *