8 Tips Parenting Islam untuk Orang Tua dengan Anak Remaja
Ayah dan Bunda, mendampingi anak remaja yakni melalui fase parenting yang memerlukan penyesuaian besar. Di usia ini, remaja mulai mencari kemerdekaan, menguji batasan, dan membentuk identitas mereka.
Pendekatan parenting islam menawarkan kerangka kerja yang indah, menyeimbangkan kasih sayang dan ketegasan, sambil berpegang teguh pada nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah. Tugas kita adalah bertransisi dari komandan menjadi mentor spiritual, mendengarkan lebih banyak daripada berbicara, dan menjadikan rumah sebagai safe space bagi mereka untuk mengajukan pertanyaan sulit tentang iman dan kehidupan.
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda menerapkan strategi parenting yang bijak di masa transisi ini. Kami telah merangkum delapan tips parenting islam untuk anak remaja yang fokus pada komunikasi efektif, penetapan batas yang penuh hormat, dan pembangunan self-esteem berbasis tauhid. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Pentingnya Ciri Anak Mulai Memasuki Fase Remaja
Masa remaja adalah fase transisi yang penuh tantangan. Anak mulai mencari jati diri, mengalami perubahan fisik, emosional, dan sosial yang signifikan. Bagi orang tua, memahami fase ini sangat penting agar dapat memberikan pendampingan yang tepat.
Memastikan pola asuh Islami yang diterapkan sejak remaja berperan besar dalam membentuk akhlak, karakter, dan spiritualitas anak. Oleh karena itu, mari kita pahami ciri anak yang mulai memasuki fase remaja serta tips parenting orang tua remaja berdasarkan nilai Islam.
Perubahan Fisik yang Signifikan

Salah satu ciri anak memasuki fase remaja adalah adanya perubahan fisik. Anak laki-laki mulai mengalami perubahan suara, pertumbuhan rambut, dan peningkatan massa otot. Anak perempuan mulai mengalami menstruasi, perubahan bentuk tubuh, dan pertumbuhan lebih cepat.
Memastikan perubahan fisik ini sering kali membuat anak merasa canggung. Dengan cara ini, parenting orang tua remaja harus memberikan pemahaman bahwa perubahan tersebut adalah hal alami dan bagian dari tumbuh kembang.
Perubahan Emosional
Remaja cenderung lebih sensitif dan mudah mengalami perubahan suasana hati. Mereka bisa merasa bahagia, lalu tiba-tiba sedih atau marah. Hal ini terjadi karena hormon yang mempengaruhi emosi sedang berkembang pesat.
Dengan adanya dukungan emosional dari orang tua sangat penting. Dengan cara ini, parenting orang tua remaja harus menekankan komunikasi positif agar anak merasa dipahami.
Perubahan Sosial
Remaja mulai lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka mencari identitas melalui kelompok sosial, bahkan terkadang lebih mendengarkan teman daripada orang tua.
Dengan adanya interaksi sosial remaja berperan besar dalam membentuk kepribadian. Dengan cara ini, parenting orang tua remaja harus mengarahkan anak agar memilih lingkungan pertemanan yang positif.
Perubahan Kognitif

Remaja mulai mampu berpikir abstrak, kritis, dan logis. Mereka senang berdiskusi, mempertanyakan aturan, dan mencari alasan di balik setiap keputusan.
Memastikan adanya perkembangan kognitif remaja meningkatkan kemampuan problem solving. Dengan cara ini, parenting orang tua remaja harus melibatkan anak dalam diskusi dan memberi ruang untuk berpendapat.
8 Tips Parenting Islam Orang Tua dengan Anak Remaja Islam
Ayah dan Bunda, dalam mendidik anak remaja mengenai islam lebih baik Anda perlu melakukan berbagai cara yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan anak. Masa transisi antara anak dan remaja membuat orang tua perlu menemukan metode belajar menyenangkan, misalnya mulai dari storytelling hingga memanfaatkan teknologi.
1. Storytelling dan Kisah Teladan
Anak-anak adalah pendengar yang baik dan biasanya lebih mudah memahami nilai moral melalui cerita. Orang tua maupun guru bisa menggunakan kisah-kisah Islami, perumpamaan, atau anekdot sederhana untuk menyampaikan pesan. Cerita yang menarik akan membuat anak lebih terhubung dengan nilai-nilai yang diajarkan karena mereka bisa membayangkan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Selain itu, storytelling membantu anak mengembangkan imajinasi sekaligus memperkuat daya ingat. Ketika anak mendengar kisah Nabi atau sahabat, mereka tidak hanya belajar tentang sejarah, tetapi juga tentang sikap sabar, jujur, dan berani. Dengan cara ini, nilai-nilai Islam menjadi lebih hidup dan mudah dipahami oleh anak.
2. Aktivitas Belajar Interaktif

Belajar akan terasa lebih menyenangkan jika anak dilibatkan dalam aktivitas interaktif. Permainan edukatif, role play, atau diskusi kelompok bisa menjadi cara efektif untuk menanamkan nilai Islami. Anak-anak biasanya lebih antusias ketika mereka bisa bergerak, berperan, atau berpendapat secara langsung.
Aktivitas interaktif juga membuat pembelajaran lebih berkesan. Misalnya, bermain peran tentang adab bertamu atau berbagi makanan akan membantu anak memahami konsep dengan cara yang nyata. Dengan pengalaman langsung, anak tidak hanya mendengar teori, tetapi juga merasakan bagaimana nilai itu diterapkan.
3. Mengenalkan Teladan Positif
Anak-anak membutuhkan figur yang bisa mereka jadikan panutan. Orang tua dapat mengenalkan tokoh-tokoh teladan dari sejarah Islam maupun sosok inspiratif di masa kini. Dengan menyoroti sifat-sifat baik seperti kejujuran, keberanian, dan kepedulian, anak akan belajar meniru perilaku positif tersebut.
Teladan positif membantu anak memahami bahwa nilai Islami bukan hanya teori, tetapi bisa diwujudkan dalam kehidupan nyata. Ketika mereka melihat contoh nyata, baik dari tokoh sejarah maupun orang di sekitar, anak akan lebih termotivasi untuk meniru dan mengaplikasikan nilai tersebut dalam keseharian.
4. Demonstrasi Praktis

Nilai Islami akan lebih mudah dipahami jika anak diberi kesempatan untuk mempraktikkannya secara langsung. Orang tua bisa mengajak anak melakukan kegiatan sederhana seperti membantu tetangga, berbagi makanan, atau ikut serta dalam proyek sosial. Dengan cara ini, anak belajar bahwa nilai Islam bukan hanya untuk dihafalkan, tetapi untuk diamalkan.
Pengalaman nyata ini akan meninggalkan kesan mendalam. Anak yang terbiasa melakukan tindakan baik akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Mereka belajar bahwa kebaikan bukan hanya kata-kata, melainkan tindakan nyata yang membawa manfaat bagi orang lain.
5. Pemanfaatan Teknologi
Teknologi bisa menjadi alat bantu yang efektif untuk mendukung pembelajaran Islami. Orang tua dapat memanfaatkan aplikasi edukasi, video interaktif, atau sumber belajar online yang sesuai dengan nilai Islam. Media digital ini membuat anak lebih tertarik karena mereka terbiasa dengan dunia teknologi.
Selain meningkatkan keterlibatan, teknologi juga membantu anak memahami konsep dengan cara visual dan interaktif. Misalnya, video animasi tentang kisah Nabi atau aplikasi belajar huruf hijaiyah akan membuat anak lebih mudah memahami materi. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat, pembelajaran menjadi lebih modern dan relevan.
6. Mengaitkan dengan Situasi Sehari-hari
Nilai Islami akan lebih bermakna jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari anak. Orang tua bisa menjelaskan bagaimana adab Islami berlaku dalam situasi nyata, seperti mengucapkan salam saat bertemu, berbagi mainan dengan teman, atau bersyukur atas makanan yang dimakan.
Dengan menghubungkan nilai pada pengalaman sehari-hari, anak akan lebih mudah memahami bahwa Islam bukan hanya untuk dipelajari di kelas, tetapi untuk diamalkan dalam kehidupan nyata. Hal ini membantu anak melihat relevansi nilai Islami dalam setiap aspek kehidupannya.
7. Dialog Terbuka dan Tanya Jawab
Anak-anak sering memiliki rasa ingin tahu yang besar. Orang tua perlu menyediakan ruang yang aman dan terbuka bagi anak untuk bertanya tentang nilai Islami. Dengan suasana yang tidak menghakimi, anak akan merasa nyaman menyampaikan pertanyaan atau kebingungan mereka.
Dialog terbuka juga melatih anak berpikir kritis. Ketika orang tua memberikan jawaban yang bijak dan penuh pertimbangan, anak belajar bahwa mencari ilmu adalah proses yang berharga. Hal ini membantu mereka membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai Islam.
8. Keterlibatan Keluarga
Pembelajaran nilai Islami akan lebih efektif jika seluruh keluarga terlibat. Orang tua bisa mengadakan kegiatan bersama seperti membaca doa, mengikuti kajian keluarga, atau mengadakan acara kecil yang berfokus pada nilai Islami. Dengan cara ini, anak melihat bahwa seluruh keluarga konsisten dalam menerapkan nilai yang sama.
Keterlibatan keluarga juga memperkuat rasa kebersamaan. Anak merasa bahwa belajar nilai Islam bukan hanya tanggung jawab pribadi, tetapi bagian dari kehidupan keluarga. Hal ini menciptakan lingkungan yang mendukung sehingga anak lebih mudah menginternalisasi nilai Islami dalam kesehariannya.
Membantu Memaksimalkan Parenting Orang Tua Remaja Bersama Albata Private Home Visit Albata
Maka dari itu, Bunda kami paham betul bahwa usia remaja adalah masa penting untuk membangun pondasi iman, karakter, dan kebiasaan baik.
Karena itu, Private Home Visit Albata hadir sebagai partner orang tua dalam membersamai anak mengenal tauhid, fiqih, adab, tahsin, tahfidz, dan sirah dengan cara yang menyenangkan, jauh dari kesan kaku atau membosankan.
Dengan metode fun learning, ustadzah profesional, serta kegiatan kreatif yang dirancang sesuai kebutuhan remaja, proses belajar jadi terasa hidup dan mudah diterima. Anak tidak hanya memahami ilmu islam, tetapi juga mengalaminya secara langsung dalam aktivitas yang nyaman, personal, dan penuh kehangatan.
Jadikan Private Home Visit Albata sebagai bagian dari perjalanan terbaik Ayah Bunda dalam menumbuhkan anak yang beriman, beradab, dan mencintai Islam sejak dini.
Informasi selengkapnya bisa dilihat di Instagram @albata.id atau langsung klik link di bawah ini untuk pendaftaran ya!





