Lembaga Pendidikan Montessori Islam

5 Pertanyaan yang Perlu Dihindari Saat Berbicara dengan Anak

berbicara dengan anak
June 10, 2025

Ayah dan Bunda, komunikasi adalah fondasi utama dalam membangun hubungan yang kuat dan sehat dengan anak. Kita selalu ingin anak merasa nyaman untuk berbagi cerita dan perasaannya. Namun, tanpa disadari, beberapa jenis pertanyaan yang kita lontarkan justru bisa membuat mereka enggan bicara, merasa terpojok, atau bahkan merusak rasa percaya diri mereka. Bunda harus tahu seni berbicara dengan anak tidak sama ketika berbicara dengan orang dewasa.

Niat baik untuk menggali informasi atau mendidik bisa berujung pada efek sebaliknya jika kita tidak cermat memilih kata.

Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda mengenali lima jenis pertanyaan yang perlu dihindari saat berbicara dengan anak. 

Kita akan membahas mengapa pertanyaan-pertanyaan tertentu, seperti yang mengintimidasi atau menghakimi, dapat menghambat komunikasi dan berdampak negatif pada psikologi anak. 

Dengan memahami dan mengubah pola bertanya, diharapkan Anda dapat menciptakan ruang yang aman bagi si kecil untuk berekspresi jujur dan terbuka. Yuk, simak ulasan selengkapnya agar komunikasi dengan buah hati semakin efektif!

Pentingnya Menjaga Komunikasi dengan Anak

Menjalin komunikasi yang baik dengan anak merupakan aspek penting dalam membentuk kepribadian mereka. Percakapan yang hangat dan terbuka akan membantu mereka merasa aman secara emosional, serta memperkuat hubungan dengan orang tua.

Berikut beberapa alasan mengapa menjaga komunikasi dengan anak sangat diperlukan.

1. Membangun Ikatan Emosional yang Kuat

Saat orang tua berbicara dengan anak dengan penuh perhatian dan kehangatan, mereka akan merasa dihargai dan dicintai. Hubungan yang erat ini menciptakan rasa aman bagi anak sehingga mereka lebih nyaman dalam mengungkapkan perasaan.

Komunikasi positif antara orang tua dan anak memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental serta perilaku sosial anak. Dengan hubungan yang kuat, anak akan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

2. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak

Anak yang sering diajak berbicara dengan cara yang suportif akan merasa bahwa pendapat dan perasaannya memiliki makna. Berbicara dengan anak bisa memberikan hal ini penting untuk membentuk rasa percaya diri, terutama saat mereka menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika anak merasa dihargai dalam setiap percakapan, mereka akan lebih terbuka dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan. Sikap ini membantu mereka membangun kepercayaan diri serta kemampuan berkomunikasi yang baik di masa depan.

3. Mengasah Kemampuan Bahasa dan Sosial

Komunikasi rutin dengan orang tua membantu anak mengembangkan keterampilan bahasa secara alami. Mereka belajar memilih kata dengan tepat, memahami konteks percakapan, serta berlatih bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain secara baik.

Kemampuan berbicara dengan anak menjadi pondasi penting dalam perkembangan sosial dan akademik anak. Dengan keterampilan ini, mereka lebih siap menghadapi dunia luar serta menjalin hubungan yang sehat dengan teman sebaya.

4. Membantu Anak Mengelola Emosi

Melalui komunikasi yang terbuka, orang tua dapat membantu anak memahami dan mengelola emosinya dengan baik. Menanyakan perasaan mereka tanpa menghakimi akan membuat anak merasa bahwa segala bentuk emosi adalah valid dan dapat diungkapkan.

Ketika anak terbiasa membicarakan perasaan mereka dengan orang tua, mereka akan lebih mampu menghadapi situasi sulit dengan ketenangan. Hal ini juga membantu mereka mengembangkan kecerdasan emosional serta kemampuan dalam menyelesaikan konflik secara bijak.

5. Menjadi Sarana Pendidikan Nilai

Komunikasi adalah cara efektif untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, tanggung jawab, serta kepedulian terhadap orang lain. Anak lebih mudah menyerap ajaran ini jika disampaikan melalui percakapan sehari-hari yang menyenangkan.

Dengan membiasakan dialog yang bermakna, orang tua dapat menanamkan prinsip Islam serta norma sosial dengan lebih alami. Anak akan memahami bahwa nilai-nilai tersebut bukan sekadar aturan, tetapi bagian dari kehidupan yang membentuk karakter mereka. 

5 Pertanyaan yang Perlu Dihindari Saat Berbicara dengan Anak

Tidak semua pertanyaan membantu anak berkembang. Beberapa bentuk pertanyaan justru bisa membuat anak merasa tidak nyaman, terpojok, bahkan merusak rasa aman mereka. Berikut ini adalah lima pertanyaan yang sebaiknya Bunda hindari saat berbicara dengan anak1:

1. Pertanyaan Tentang Kehidupan Pribadi 

Ayah dan Bunda yang masih sering bertanya pada anak dan membandingkan antara ayah dan bunda pada anak coba stop cara tersebut ya. Hal ini bisa membuat anak memiliki persepsi bahwa memang orang tuanya suka marah-marah. Jawaban anak bisa menyebabkan rasa tidak nyaman pada anak.

Misalnya, bertanya dengan pilihan yang membingungkan anak “Siapa yang suka marah-marah di rumah, papa atau mama?” 

Pertanyaan ini secara tidak langsung membuat anak tidak nyaman dengan pertanyaan lugas seperti itu. Anda harus ingat bahwa prinsip dan nilai keluarga yang ditanyakan orang lain bisa membuat anak memiliki prinsip negatif pada keluarganya. 

2. Fisik 

Ketika berbicara pada anak hindari untuk memberikan pertanyaan yang bisa membuat anak tidak nyaman terutama perihal sama fisik. Orang dewasa, bisa lebih mengerti dan menjaga perasaan anak terutama yang berkaitan dengan kondisi dirinya. 

Contohnya, jangan tanyakan pada anak pertanyaan seperti  “kenapa badannya gendut, kamu jarang olahraga ya?” dan pertanyaan serupa lainnya. 

Penilaian negatif dari orang lain bisa membuat anak mengembangkan citra bahwa dirinya memang tidak menarik, jelek dan buruk. Hal ini bisa membuat anak memiliki perasaan negatif terhadap dirinya sendiri. 

3. Finansial 

Ayah dan Bunda, coba untuk jangan sekali-kali membicarakan finansial dengan anak. Meski terkesan hanya bercanda, hal ini bisa benar-benar menyakiti perasaan anak. 

Misalnya, Anda bertanya kepada anak “Mana yang punya uang lebih banyak, papa atau mama?” 

Pertanyaan ini bisa membuat anak membandingkan kondisi keuangan kedua orang tuanya. Nantinya hal ini bisa memicu anak untuk muncul perasaan tidak puas, rendah diri sampai tinggi hati. Anak kecil memahami bahwa kondisi finansial keluarga yang berbeda. 

4. Membahas Perilaku Anak 

Bunda, temukan bahasa yang lebih cocok dan nyaman untuk Anda dan anak. Jangan sampai pertanyaan orang dewasa lain bisa membuat anak tidak nyaman karena membahas tentang sikap anak. 

Misalnya, pertanyaan seperti “sayang adik enggak? Suka pelit sama adik enggak?”

Pertanyaan ini membuat anak merasa bahwa ada sikap standar yang harus dipenuhi sebagai anak baik. Secara tidak sadar ada label atau judging yang membuat anak tidak nyaman. Anak juga merasa tertuduh atas sikap yang bisa saja tidak disadari dampaknya. 

5. Pertanyaan Hal Sensitif pada Anak 

Ayah dan Bunda, jangan sampai anak merasa tidak nyaman karena pertanyaan kedua orang tuanya yang sensitif. Anak-anak seharusnya tidak mendapatkan pertanyaan yang membingungkan dirinya.  

Misalnya, Anda bertanya pada anak “Pengen punya adik enggak? Kalau pingin coba minta sama mama papa” 

Orang dewasa harus sadar bahwa hal ini tidak bisa ditanyakan pada anak dan membuatnya tidak nyaman. Karen pikirannya saat ini belum sempurna dalam mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan usianya. 

Kesimpulan: Bangun Komunikasi Positif, Bukan Sekadar Tanya Jawab

Bunda, berbicara dengan anak bukan hanya soal mengajukan pertanyaan, tapi juga soal menghadirkan rasa aman dan dihargai. Pilihan kata dan nada bicara kita sangat mempengaruhi perasaan anak dan membentuk cara pandangnya terhadap dunia.

Dengan menghindari lima pertanyaan di atas, kita bisa mulai membangun komunikasi yang lebih sehat dan produktif. Gunakan pertanyaan terbuka, hindari nada menghakimi, dan selalu tunjukkan bahwa anak didengar dan dimengerti.

Komunikasi yang baik hari ini adalah investasi untuk hubungan yang erat dan penuh cinta di masa depan. Mari kita mulai berbicara dengan anak seperti kita ingin didengarkan saat kita masih kecil dulu.

Reference 

  1. Andini Hardinigrum. Pentingnya Komunikasi Yang Baik Pada Anak. Dosen Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Diakses pada 2025. ↩︎
Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *