Bagaimana Cara Islam Membimbing Anak Mengatasi Rasa Gelisah
Ayah dan Bunda, rasa takut dan gelisah adalah emosi alami yang pasti dialami anak. Namun, sebagai orang tua, kita memiliki sumber panduan yang tak ternilai yakni ajaran Islam. Cara Islam membimbing anak mengatasi rasa takut dan gelisah adalah dengan mengarahkan mereka untuk mencari ketenangan hanya kepada Allah.
Kita diajarkan bahwa segala kekuasaan dan perlindungan ada di tangan-Nya, dan melalui tauhid (keyakinan pada keesaan-Nya), anak belajar bahwa tidak ada yang perlu ditakuti selain ancaman dari Allah, dan bahwa Allah adalah pelindung terbaik.
Artikel ini hadir untuk memandu Ayah dan Bunda menerapkan ajaran Islam secara praktis. Kita akan membahas langkah-langkah konkret, seperti membiasakan doa perlindungan (ta’awudz), dzikir, dan menanamkan rasa tawakkal (berserah diri) untuk menenangkan hati si kecil saat cemas. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Apa Penyebab Anak Mengalami Rasa Takut dan Gelisah
Setiap anak pasti pernah mengalami rasa takut dan gelisah. Ada yang takut gelap, takut ditinggal orang tua, atau merasa cemas saat bertemu orang baru. Hal ini adalah bagian wajar dari proses tumbuh kembang mereka. Namun, jika rasa takut dan gelisah pada anak terus berlanjut hingga mengganggu aktivitasnya, orang tua perlu memahami penyebabnya serta cara terbaik untuk menenangkan hati mereka.
Dalam Islam, membimbing anak agar tenang bukan hanya soal pendekatan emosional, tetapi juga spiritual, karena ketenangan sejati bersumber dari kedekatan dengan Allah.
Rasa takut dan gelisah muncul karena anak belum memiliki kemampuan berpikir yang matang dalam menilai situasi. Mereka masih belajar membedakan mana hal yang berbahaya dan mana yang tidak. Kecemasan pada anak umumnya muncul akibat kombinasi faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Berikut beberapa penyebab umum yang perlu dipahami orang tua.
1. Perubahan Lingkungan yang Mendadak

Anak cenderung merasa takut dan gelisah ketika menghadapi perubahan baru, seperti pindah rumah, masuk sekolah baru, atau ditinggal pengasuh. Perubahan tersebut membuat mereka kehilangan rasa aman yang selama ini dikenal. Dalam pandangan psikologi perkembangan, anak usia dini membutuhkan rutinitas yang stabil agar merasa nyaman dan terlindungi.
Islam juga mengajarkan pentingnya memberi rasa aman kepada anak. Rasulullah ﷺ dikenal lembut dalam memperkenalkan perubahan kepada anak-anak, dengan cara memberikan waktu adaptasi dan dukungan emosional yang konsisten.
2. Pola Asuh yang Terlalu Otoriter
Anak yang tumbuh dalam pola asuh yang keras sering kali merasa takut berbuat salah. Mereka cenderung mengalami kecemasan karena takut dimarahi atau dihukum. Pola asuh otoriter terbukti meningkatkan tingkat stres dan rasa cemas pada anak.
Sebaliknya, Islam mengajarkan pola asuh penuh kasih (rahmah). Rasulullah ﷺ menasihati dengan lembut dan tidak pernah menakut-nakuti anak-anak. Sikap kasih sayang orang tua membantu anak merasa diterima dan aman untuk belajar dari kesalahan mereka.
3. Paparan Media dan Cerita yang Menakutkan

Rasa takut anak bisa muncul dari tontonan, cerita, atau gambar yang tidak sesuai usianya. Misalnya, film bertema kekerasan atau cerita menyeramkan yang membuat mereka sulit tidur. Psikolog anak menjelaskan bahwa paparan visual negatif dapat memicu reaksi emosional berlebihan dan rasa gelisah berkepanjangan.
Dalam Islam, menjaga pandangan dan pendengaran anak adalah bagian dari tanggung jawab orang tua. Seperti dalam QS. An-Nur ayat 30–31 mengajarkan pentingnya menjaga diri dari hal-hal yang tidak pantas dilihat atau didengar karena dapat mempengaruhi hati dan pikiran.
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ ٣٠
Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang mereka perbuat. (An Nur ayat 30)
4. Kurangnya Dukungan Emosional
Anak yang tidak mendapatkan cukup pelukan, perhatian, dan validasi emosi cenderung merasa tidak aman. Mereka mudah cemas karena tidak yakin akan kasih sayang orang di sekitarnya. Rasulullah ﷺ memberikan teladan luar biasa bagi kita untuk senantiasa bersikap baik pada setiap usia, termasuk anak-anak.
Keterikatan emosional yang kuat membantu anak memiliki rasa aman batin sehingga lebih mudah mengatasi rasa takut dan gelisah.
Cara Mengatasi Rasa Takut dan Gelisah pada Anak dalam Islam
Islam menawarkan pendekatan yang sangat lembut dan menyentuh hati dalam mengatasi rasa takut dan gelisah pada anak. Prinsipnya adalah menumbuhkan ketenangan jiwa melalui kasih sayang, doa, dan penguatan iman.
1. Menenangkan Anak dengan Kasih Sayang

Ketika anak merasa takut, hal pertama yang dibutuhkan bukanlah nasihat panjang, melainkan pelukan dan kehadiran yang menenangkan. Kasih sayang fisik seperti mengelus kepala, memeluk, atau duduk bersama akan menurunkan hormon stres pada anak.
Rasulullah ﷺ selalu hadir secara penuh saat anak-anak datang kepadanya. Beliau tidak pernah membentak, melainkan menenangkan dengan lembut. Dari pendekatan ini, anak belajar bahwa rasa takut bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi bisa diceritakan dan dihadapi bersama orang tuanya.
Dukungan emosional dari orang tua terbukti mempercepat pemulihan anak dari rasa takut serta meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam menghadapi situasi baru.
2. Mengajarkan Doa dan Dzikir Penenteram Hati
Doa dan dzikir adalah cara terbaik dalam Islam untuk menenangkan hati yang gelisah. Ajarkan anak doa pendek seperti Audzubillahi minasy-syaithanir-rajim atau dzikir La ilaha illallah saat merasa takut.
Allah berfirman dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” Mengajarkan anak kebiasaan berdzikir sejak dini menanamkan keyakinan bahwa Allah selalu melindungi mereka.
Psikologi religius juga mendukung hal ini. Bahwa praktik spiritual seperti doa dan meditasi dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan emosional pada anak-anak.
3. Menghadapi Rasa Takut dengan Cerita Nabi
Cerita para nabi dapat menjadi media yang efektif untuk membantu anak menghadapi rasa takut. Misalnya, kisah Nabi Musa yang berani menghadapi Fir’aun dengan keyakinan kepada Allah, atau kisah Nabi Yunus yang tetap berdoa di dalam perut ikan paus.
Melalui kisah ini, anak belajar bahwa rasa takut bisa diatasi dengan doa dan kepercayaan pada pertolongan Allah. Cerita yang disampaikan dengan cara lembut membantu anak memahami nilai keberanian, kesabaran, dan tawakal tanpa menimbulkan tekanan.
4. Menanamkan Keyakinan bahwa Allah Selalu Melindungi

Anak perlu diyakinkan bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Melindungi. Ajarkan mereka untuk membaca doa sebelum tidur dan keluar rumah, sehingga muncul rasa aman karena merasa dijaga oleh Allah.
QS. Al-Baqarah ayat 286 mengingatkan bahwa Allah tidak membebani seseorang melebihi kemampuannya. Kalimat ini bisa dijadikan penguat bagi anak bahwa tidak ada ketakutan yang tidak bisa mereka atasi bersama Allah.
Anak-anak dengan kesadaran spiritual lebih tinggi memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dan daya tahan emosional yang lebih baik.
Kesimpulan
Rasa takut dan gelisah pada anak adalah hal yang alami, namun jika dibiarkan tanpa bimbingan dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan. Islam memberikan panduan yang sempurna untuk menenangkan jiwa anak melalui kasih sayang, doa, dan keyakinan kepada Allah.
Orang tua berperan penting dalam membangun rasa aman melalui pendekatan emosional dan spiritual yang seimbang. Dengan meneladani kelembutan Rasulullah ﷺ, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tenang, berani, dan beriman kuat dalam menghadapi ketakutan hidupnya.




