Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak dalam Perspektif Al-Qur’an

rasa percaya diri
November 12, 2025

Ayah dan Bunda, rasa percaya diri adalah pondasi penting bagi kesuksesan anak di dunia maupun akhirat. Dalam pendekatan Islami, menumbuhkan kepercayaan diri berarti membantu anak menyadari bahwa mereka adalah ciptaan Allah yang unik dan berharga, yang memiliki potensi (fitrah) untuk berbuat kebaikan. 

Kepercayaan diri yang sejati tidak didasari oleh pujian kosong, melainkan oleh keyakinan pada diri sendiri yang sejalan dengan ketaatan kepada Allah, yaitu rasa izzah (kemuliaan) sebagai seorang Muslim. Ini adalah kepercayaan diri yang kokoh, tanpa kesombongan.

Artikel ini hadir untuk memandu Ayah dan Bunda menumbuhkan rasa percaya diri anak melalui metode yang diajarkan dalam Islam. Kita akan membahas cara menguatkan harga diri anak, mengajarkan tanggung jawab, dan memuji upaya mereka sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Hambatan Percaya Diri yang Tumbuh dalam Diri Anak

Rasa percaya diri adalah fondasi penting dalam pembentukan karakter anak. Anak yang memiliki rasa percaya diri akan lebih mudah menghadapi tantangan, berinteraksi dengan lingkungan, dan mengembangkan potensi terbaiknya. Dalam Islam, menumbuhkan rasa percaya diri bukan sekadar dorongan psikologis, tetapi juga bagian dari pendidikan iman. Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap manusia diciptakan dengan potensi dan keistimewaan yang perlu dijaga serta dikembangkan dengan baik.

Setiap anak memiliki tingkat kepercayaan diri yang berbeda. Namun, beberapa faktor dapat menghambat tumbuhnya rasa percaya diri pada diri mereka. Hambatan ini sering kali berasal dari lingkungan sekitar, cara asuh, maupun pengalaman masa kecil yang kurang menyenangkan.

1. Pola Asuh yang Terlalu Kritis dan Menuntut

Salah satu penyebab utama anak kehilangan kepercayaan diri adalah pola asuh yang terlalu keras. Orang tua yang sering mengkritik, menuntut kesempurnaan, atau membandingkan anak dengan orang lain tanpa disadari menanamkan rasa rendah diri.

Anak-anak yang tumbuh di bawah tekanan dan kritik berlebihan lebih rentan mengalami gangguan kecemasan serta penurunan rasa percaya diri. Dalam Islam, orang tua diperintahkan untuk bersikap lemah lembut. Sama halnya dengan firman Allah Ta’ala,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159).

Lembut dalam membimbing berarti menumbuhkan keyakinan diri anak untuk terus belajar tanpa takut gagal.

2. Lingkungan yang Kurang Mendukung

Lingkungan sosial yang penuh ejekan, perundungan, atau kurang apresiasi juga dapat menghambat rasa percaya diri anak. Anak yang sering diremehkan akan mulai percaya bahwa dirinya tidak mampu. Mereka pun cenderung menarik diri dan enggan mencoba hal-hal baru.

Al-Qur’an mengingatkan pentingnya menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan saling menghormati. Dalam QS. Al-Hujurat ayat 11, Allah melarang manusia saling mencela dan merendahkan, karena setiap individu memiliki kelebihan masing-masing di sisi-Nya. Nilai ini seharusnya menjadi prinsip dalam membentuk lingkungan yang positif bagi anak.

3. Kurangnya Kesempatan untuk Mengeksplorasi Diri

Anak yang jarang diberi kesempatan untuk mencoba dan mengambil keputusan kecil dalam hidupnya akan sulit membangun rasa percaya diri. Mereka tumbuh dengan perasaan bergantung dan takut salah.

Anak yang diberikan ruang untuk bereksperimen dalam batas wajar memiliki tingkat percaya diri dan kemampuan problem solving lebih tinggi. Dalam Islam, memberi amanah atau tanggung jawab kecil kepada anak adalah bagian dari mendidik kemandirian dan kepercayaan diri.

4. Kurangnya Dukungan Emosional dari Orang Tua

Kehangatan dan dukungan emosional memiliki peran besar dalam membentuk kepercayaan diri anak. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang cenderung merasa tidak berharga. Padahal, dalam Islam, kasih sayang merupakan kunci keberhasilan dalam mendidik. Rasulullah ﷺ tidak hanya mendidik anak-anak dengan kata-kata, tetapi juga dengan pelukan dan perhatian.

Ketika anak merasa dicintai tanpa syarat, mereka akan lebih yakin bahwa dirinya berharga dan pantas dihargai. Dukungan semacam ini menumbuhkan keyakinan diri yang sehat dan tahan terhadap tekanan dari luar.

Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri pada Anak dalam Perspektif Al-Qur’an

Menumbuhkan rasa percaya diri dalam perspektif Islam berarti menanamkan nilai bahwa setiap anak adalah ciptaan Allah yang memiliki kelebihan unik. Anak perlu dibimbing agar mengenali potensi dirinya dengan rasa syukur, bukan kesombongan. Berikut cara menumbuhkan rasa percaya diri anak berdasarkan ajaran Al-Qur’an.

1. Mengenalkan Anak pada Jati Diri sebagai Ciptaan Allah

Langkah pertama dalam menumbuhkan rasa percaya diri adalah membantu anak memahami bahwa dirinya memiliki nilai karena diciptakan oleh Allah dengan penuh hikmah. 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ ۝٤

Dalam QS. At-Tin ayat 4 Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”

Ayat ini menegaskan bahwa setiap anak memiliki potensi luar biasa. Orang tua perlu menanamkan keyakinan ini agar anak tidak merasa rendah diri. Konsep fitrah manusia yang baik dapat menjadi dasar bagi pembentukan kepercayaan diri yang stabil dan spiritual.

2. Memberikan Pujian yang Tepat

Islam mengajarkan keseimbangan dalam memberi pujian. Rasulullah ﷺ memuji anak-anak dengan tulus ketika mereka melakukan kebaikan, tetapi tidak berlebihan agar mereka tetap rendah hati.

Pujian yang tepat membantu anak memahami bahwa usahanya dihargai. Misalnya, alih-alih mengatakan “Kamu pintar sekali,” orang tua dapat berkata, “Ayah bangga kamu sudah berusaha keras.” Pujian semacam ini menumbuhkan rasa percaya diri yang sehat karena anak memahami bahwa keberhasilan datang dari kerja keras, bukan semata dari bakat.

3. Mengajarkan Anak untuk Bersandar kepada Allah

Anak yang percaya diri sejati adalah anak yang menyadari bahwa kekuatannya bersumber dari Allah. 

اِنْ يَّنْصُرْكُمُ اللّٰهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْۚ وَاِنْ يَّخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِيْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِهٖۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ۝١٦٠

Jika Allah menolongmu, tidak ada yang (dapat) mengalahkanmu dan jika Dia membiarkanmu (tidak memberimu pertolongan), siapa yang (dapat) menolongmu setelah itu? Oleh karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.

Dalam QS. Ali Imran ayat 160 disebutkan, “Jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang dapat mengalahkanmu.” Ayat ini dapat diajarkan kepada anak agar mereka memiliki kepercayaan diri berbasis iman.

Ketika anak belajar berserah diri kepada Allah, mereka akan menghadapi tantangan dengan hati tenang. Anak dapat belajar ketahanan diri serta mengurangi kecemasan pada anak-anak.

4. Melatih Anak untuk Berani Mengambil Peran dan Tanggung Jawab

Dalam Islam, anak didorong untuk berperan aktif dan bertanggung jawab sesuai usianya. Rasulullah ﷺ pernah mempercayakan tugas kecil kepada anak-anak seperti Abdullah bin Abbas dan Anas bin Malik, untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri mereka.

Orang tua bisa meniru hal ini dengan memberikan anak tanggung jawab sederhana seperti merapikan mainan, membantu menyiapkan makanan, atau membaca doa sebelum tidur bersama keluarga. Dengan cara ini, anak merasa dirinya penting dan mampu berkontribusi dalam lingkungannya.

5. Mengajarkan Anak untuk Bersyukur dan Tidak Membandingkan Diri

Al-Qur’an menegaskan dalam QS. An-Nahl ayat 18 bahwa nikmat Allah sangat banyak dan tidak dapat dihitung. Mengajarkan anak untuk bersyukur membantu mereka fokus pada kelebihan diri, bukan kekurangan.

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝١٨

Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Orang tua perlu menjauhkan kebiasaan membandingkan anak dengan saudara atau teman sebayanya. Sikap membandingkan hanya akan menumbuhkan rasa iri dan menurunkan rasa percaya diri. Sebaliknya, syukur membangun rasa tenang dan penerimaan diri yang kuat.

Kesimpulan

Menumbuhkan rasa percaya diri anak dalam perspektif Al-Qur’an adalah proses yang menggabungkan kasih sayang, bimbingan spiritual, dan keteladanan. Orang tua perlu memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan yang diberikan oleh Allah. 

Dengan menanamkan nilai-nilai iman, memberikan kesempatan bertanggung jawab, serta membangun lingkungan yang mendukung, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang yakin pada dirinya tanpa kehilangan kerendahan hati.

Rasa percaya diri yang berlandaskan iman tidak hanya membantu anak menghadapi tantangan dunia, tetapi juga membentuk pribadi yang kuat, berakhlak mulia, dan bersyukur atas segala karunia Allah dalam hidupnya.

Reference 

Aya Mamluah. 2024. Konsep Percaya Diri dalam Q.S Ali Imran ayat 139. IAI Sunan Giri Bojonegoro. 

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *