Penyebab Anak Berperilaku Buruk dan Cara Mengatasinya dalam Perspektif Islam
Ayah dan Bunda, ketika anak berperilaku buruk seperti tantrum, membangkang, atau berbohong bisa saja reaksi spontan kita seringkali adalah marah atau menghukum. Namun, dalam Islam, anak berperilaku buruk jarang berdiri sendiri, ia seringkali merupakan manifestasi dari kebutuhan yang tidak terpenuhi, kesulitan mengelola emosi, atau kurangnya adab (etika) yang tertanam.
Islam mengajarkan kita untuk mencari penyebab dari hati yang sakit atau kebutuhan jiwa yang diabaikan, bukan sekadar memadamkan apinya.
Artikel ini hadir untuk memandu Ayah dan Bunda memahami akar masalah perilaku dari sudut pandang Islam, yang mengutamakan kesabaran, empati, dan koreksi berbasis nilai. Kita akan membahas cara mengatasinya dengan mengikuti teladan Nabi Muhammad ﷺ, menjadikan disiplin sebagai proses mendidik hati dan jiwa. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Penyebab Anak Berperilaku Buruk
Anak berperilaku buruk sering kali menjadi kekhawatiran bagi banyak orang tua. Mulai dari perilaku membantah, berteriak, hingga sulit diatur, semua itu tidak muncul begitu saja. Dalam Islam, setiap anak lahir dalam keadaan fitrah atau kesucian hati.
Namun, lingkungan, pola asuh, dan pengaruh sosial memiliki peran besar dalam membentuk perilaku anak. Memahami penyebab dan cara mengatasinya bukan hanya soal psikologi, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini.
Perilaku anak sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan dengan orang tua dan pola pengasuhan yang diterapkan. Dengan memahami sumber perilaku anak, orang tua bisa menanggapi dengan bijak tanpa langsung menghukum.
Anak berperilaku buruk tidak terjadi tanpa sebab. Dalam Islam maupun psikologi modern, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku negatif pada anak.
1. Kurangnya Teladan dari Orang Tua

Anak adalah peniru ulung. Mereka belajar dengan mengamati perilaku orang dewasa di sekitarnya. Jika orang tua sering marah, berkata kasar, atau bersikap tidak konsisten, anak akan meniru perilaku itu. Rasulullah ﷺ telah mencontohkan pentingnya memberi teladan yang baik, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab: 21 bahwa dalam diri Rasul terdapat teladan yang baik bagi umatnya.
Dalam konteks psikologi, teori social learning oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa anak mempelajari perilaku melalui observasi dan peniruan. Oleh karena itu, perubahan perilaku anak harus dimulai dari perubahan perilaku orang tua.
2. Pola Asuh yang Tidak Konsisten
Ketidakkonsistenan antara kasih sayang dan disiplin membuat anak bingung dalam memahami batasan. Misalnya, hari ini anak dimarahi karena menonton terlalu lama, namun besok diizinkan tanpa batas. Pola asuh yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko perilaku agresif dan sulit diatur.
Islam mengajarkan keseimbangan antara kasih sayang (rahmah) dan ketegasan (hikmah) dalam mendidik anak. Ketika anak diberi aturan, sebaiknya dijelaskan dengan lembut dan disertai alasan agar mereka belajar memahami maknanya.
3. Kurangnya Perhatian Emosional

Anak yang merasa tidak diperhatikan secara emosional sering menampilkan perilaku buruk untuk menarik perhatian. Mereka merasa perilaku negatif lebih cepat direspons dibanding perilaku positif. Dalam Islam, Rasulullah ﷺ dikenal sebagai sosok yang penuh kasih terhadap anak-anak, bahkan beliau selalu mendengarkan mereka dengan penuh empati.
Adanya keterikatan emosional antara anak dan orang tua adalah fondasi penting untuk mengembangkan perilaku sosial yang positif.
4. Pengaruh Lingkungan dan Media
Lingkungan sosial seperti teman sebaya dan media digital juga berpengaruh besar terhadap perilaku anak. Konten yang tidak sesuai usia dapat memicu sikap kasar atau agresif. Karena itu, Islam menekankan pentingnya menjaga pandangan dan pendengaran dari hal yang buruk (QS. An-Nur: 30–31).
Orang tua perlu mendampingi anak dalam memilih tontonan dan permainan agar tidak meniru perilaku negatif yang mereka lihat di media.
Pendekatan Pendidikan Anak Berakhlak Buruk Menurut Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun, seorang tabiin dalam bidang pendidikan islam, menekankan bahwa anak yang menunjukkan perilaku buruk tidak seharusnya dihukum secara keras, melainkan dibimbing dengan pendekatan yang lembut, penuh kasih, dan sesuai dengan fitrah mereka.
Dalam bukunya Muqqadimah pasal 33. Berikut enam pendekatan yang dapat diterapkan oleh orang tua dan pendidik:
1. Menanamkan Kasih Sayang Sejak Dini

Kasih sayang adalah fondasi utama dalam membangun hubungan yang sehat antara anak dan orang dewasa. Ketika anak merasa dicintai dan dihargai, mereka lebih terbuka untuk belajar dan bekerja sama. Guru dan orang tua perlu menciptakan suasana yang penuh ketenangan dan kehangatan, baik melalui kata-kata lembut maupun tindakan nyata.
Bentuk kasih sayang bisa bermacam-macam pelukan, pujian, perhatian, atau sekadar mendengarkan dengan tulus. Yang terpenting adalah menyesuaikan cara penyampaian dengan karakter dan kebutuhan anak.
2. Berkomunikasi dengan Lemah Lembut
Kelembutan dalam berbicara dan bertindak adalah kunci dalam mendidik anak yang sedang mengalami kesulitan perilaku. Anak-anak secara alami merespons dengan lebih baik terhadap pendekatan yang lembut dibandingkan dengan kekerasan atau ancaman. Dalam Islam, kelembutan adalah sifat yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ ١٥٩
Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.
Dengan berbicara secara tenang, penuh empati, dan tidak menghakimi, orang tua dapat membantu anak memahami kesalahan mereka dan belajar memperbaikinya tanpa merasa tertekan.
3. Memberikan Teladan yang Baik
Anak-anak belajar melalui pengamatan. Mereka meniru apa yang mereka lihat dan dengar dari orang-orang terdekat, terutama orang tua dan guru. Oleh karena itu, keteladanan menjadi metode pendidikan yang sangat efektif. Jika orang dewasa menunjukkan sikap jujur, sabar, dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, anak akan menyerap nilai-nilai tersebut secara alami.
Sebaliknya, jika anak sering melihat perilaku negatif, mereka cenderung menirunya tanpa sadar. Maka penting bagi orang tua untuk menjaga perilaku dan menjadi contoh yang layak ditiru.
4. Menerapkan Sikap Demokratis
Memberikan ruang bagi anak untuk menyampaikan pendapat dan memilih tindakan dalam batas yang aman adalah bagian dari pendidikan yang demokratis. Ibnu Khaldun menekankan pentingnya memperlakukan anak sebagai individu yang memiliki hak untuk berpikir dan berekspresi.
Ketika anak diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, mereka merasa dihargai dan lebih bertanggung jawab terhadap pilihannya. Sikap ini juga membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang matang, terbuka, dan mampu menghargai perbedaan.
5. Menumbuhkan Kepedulian Sosial

Di tengah perubahan zaman yang cepat, anak-anak perlu dikenalkan pada nilai kepedulian terhadap sesama. Mengajarkan anak untuk peduli pada orang lain baik teman, tetangga, maupun mereka yang membutuhkan adalah investasi karakter yang sangat berharga.
Kepedulian sosial dapat ditanamkan melalui kegiatan berbagi, membantu orang lain, atau sekadar menunjukkan empati saat ada yang sedih. Anak yang tumbuh dengan rasa peduli akan lebih mudah membangun hubungan yang sehat dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
6. Memberikan Nasihat dengan Ikhlas
Nasihat adalah bentuk kasih sayang dan kepedulian yang disampaikan dengan tujuan membantu anak memperbaiki diri. Dalam Islam, memberi nasihat adalah bagian dari ukhuwah dan tolong-menolong.
Namun, nasihat yang efektif harus disampaikan dengan niat yang tulus, bukan untuk menghakimi atau mencari pujian. Orang tua dan guru perlu memilih waktu yang tepat, menggunakan bahasa yang lembut, dan menyampaikan pesan dengan empati. Ketika anak merasa bahwa nasihat diberikan dengan cinta, mereka lebih mudah menerima dan mengubah perilakunya.
Kesimpulan
Perilaku anak adalah cerminan dari pola asuh, lingkungan, dan keteladanan orang tua. Anak berperilaku buruk bukan karena mereka nakal, tetapi karena mereka sedang belajar memahami dunia. Dengan meneladani cara Rasulullah ﷺ dalam mendidik dengan kasih sayang, sabar, dan konsistensi, orang tua dapat menuntun anak menuju akhlak yang mulia.
Pendekatan Islami yang berpadu dengan pengetahuan psikologi modern menjadi kunci dalam membentuk karakter anak yang berakhlak, tenang, dan berperilaku positif sejak dini.
Reference
Rosmiana Abdul. 2024. Pendekatan Pendidikan Terhadap Anak Berakhlak Buruk Menurut Ibnu Khaldun Dalam Kitab Muqaddimah Pasal 33. Jurnal AT Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam.




