Langkah Pembelajaran Montessori untuk Anak Autisme dan Cara Mengoptimalkannya
Ayah dan Bunda, memiliki anak dengan autisme membawa tantangan dan keunikan tersendiri dalam proses langkah pembelajaran montessori. Seringkali, metode pendidikan konvensional kurang sesuai dengan cara mereka memproses informasi.
Di sinilah metode Montessori hadir sebagai sebuah harapan. Pendekatan Montessori, yang menekankan pada pembelajaran individual, alat bantu konkret, dan lingkungan yang terstruktur, ternyata sangat cocok dengan kebutuhan anak-anak autisme. Lalu, bagaimana langkah pembelajarannya dan cara mengoptimalkannya?
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda memahami langkah pembelajaran Montessori untuk anak autisme dan berbagai cara mengoptimalkannya. Kita akan membahas bagaimana materi Montessori yang dirancang secara spesifik, dukungan individu, dan kebebasan dalam batasan dapat membantu anak autisme mengembangkan keterampilan sensorik, motorik halus, bahasa, hingga sosial.
Diharapkan dengan informasi ini, Anda dapat melihat Montessori sebagai alat bantu yang efektif untuk memaksimalkan potensi buah hati Anda. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Tantangan Metode Montessori Bagi Anak Autisme
Anak-anak dengan spektrum autisme memiliki cara belajar yang unik. Mereka bukan tidak mampu belajar, tetapi membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka. Memahami tantangan yang mereka hadapi adalah langkah awal untuk mendampingi mereka dengan lebih bijak dan penuh kasih.
Kesulitan dalam Komunikasi dan Interaksi Sosial
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Anak autisme sering kesulitan memahami bahasa tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara orang lain. Mereka mungkin tidak merespons panggilan, sulit memulai percakapan, atau cenderung berbicara dengan cara yang tidak biasa.
Bagi orang tua, ini bisa terasa membingungkan atau bahkan menyakitkan. Namun, penting untuk diingat bahwa anak bukan menolak berkomunikasi, mereka hanya butuh waktu dan cara yang berbeda untuk belajar.
Tantangan Pemrosesan Sensorik
Banyak anak autisme mengalami gangguan pemrosesan sensorik. Suara keras, cahaya terang, atau sentuhan tertentu bisa membuat mereka merasa tidak nyaman atau kewalahan. Hal ini bisa mempengaruhi konsentrasi dan kenyamanan mereka saat belajar.
Menciptakan lingkungan belajar yang tenang, terstruktur, dan ramah sensorik sangat membantu anak merasa aman dan fokus.
Kesulitan Memahami Instruksi dan Informasi
Anak autisme seringkali membutuhkan instruksi yang jelas, konkret, dan berulang. Mereka mungkin kesulitan memahami perintah yang bersifat abstrak atau multitahap. Langkah pembelajaran montessori juga pendekatan pembelajaran yang visual, berbasis rutinitas, dan penuh pengulangan sangat efektif.
Orang tua dan guru perlu bersabar dan konsisten dalam menyampaikan materi, serta memberikan waktu yang cukup bagi anak untuk memproses informasi.
Minimnya Akses Pendidikan yang Ramah Autisme
Di Indonesia, akses terhadap pendidikan inklusif yang benar-benar ramah autisme masih terbatas. Banyak sekolah belum memiliki tenaga pengajar yang terlatih atau fasilitas yang sesuai untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan khusus. Langkah pembelajaran montessori yang mana akibatnya, anak-anak autisme sering kali tidak mendapatkan hak pendidikan yang layak dan sesuai dengan potensinya.
Peran orang tua sangat penting dalam memperjuangkan pendidikan yang inklusif dan mendukung. Kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan komunitas menjadi kunci keberhasilan.
Stigma dan Kurangnya Pemahaman
Sayangnya, stigma terhadap anak autisme masih cukup tinggi. Mereka sering dianggap “aneh” atau “nakal” karena perilaku yang berbeda. Langkah pembelajaran montessori yang satu ini bisa padahal, perilaku tersebut sering kali merupakan bentuk respons terhadap lingkungan yang tidak nyaman bagi mereka.
Orang tua memiliki peran besar dalam mengedukasi lingkungan sekitar dan membangun pemahaman bahwa anak autisme adalah anak-anak yang istimewa, dengan potensi luar biasa jika didampingi dengan cara yang tepat.
Manfaat dan Implementasi Langkah Pembelajaran Montessori Bagi Anak Autisme
Metode Montessori dan Audio-Lingual telah banyak digunakan dalam dunia pendidikan anak, termasuk anak berkebutuhan khusus. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda namun saling melengkapi dalam mendukung perkembangan bahasa, sosial, dan kemandirian anak.
Berikut adalah penjelasan dari berbagai studi yang menunjukkan bagaimana metode-metode ini dapat diterapkan secara efektif.
Pengembangan Bahasa dan Sosialisasi Anak
Langkah pembelajaran montessori dan Audio-Lingual terbukti mampu meningkatkan keterampilan produktif dalam bahasa Inggris anak. Anak-anak yang belajar dengan pendekatan ini menunjukkan kemajuan dalam kemampuan berbicara dan memahami bahasa secara aktif. Namun, metode Montessori memiliki keunggulan tambahan dalam hal pengembangan sosial.
Melalui pendekatan Montessori, anak-anak menjadi lebih mandiri, termotivasi, dan mampu berinteraksi dengan teman sebaya secara lebih alami. Ini sangat penting terutama bagi anak-anak dengan tantangan komunikasi atau sosial, seperti anak dengan spektrum autisme. Lingkungan belajar yang fleksibel dan penuh empati membantu mereka merasa aman dan dihargai.
Perbandingan Montessori dan Pengajaran Konvensional
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti program Montessori menunjukkan peningkatan yang lebih besar dalam kemampuan membaca, matematika, kosa kata, dan pemecahan masalah sosial dibandingkan dengan anak-anak yang mengikuti program konvensional.
Penerapan Montessori dengan kesetiaan tinggi yaitu mengikuti prinsip-prinsipnya secara utuh terbukti memberikan hasil yang lebih optimal.
Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang menghargai ritme dan gaya belajar anak mampu memberikan dampak positif yang lebih luas, tidak hanya dalam aspek akademik tetapi juga dalam kemampuan berpikir dan berinteraksi sosial. Montessori bukan sekadar metode, tetapi filosofi pendidikan yang membentuk anak secara menyeluruh.
Aktivitas Membaca dan Menulis untuk Anak dengan Gangguan Komunikasi
Dalam studi lain, dua aktivitas berbasis Montessori yaitu “Matching Cards” dan “Cards & Sounds” digunakan untuk mendukung tahap awal membaca dan menulis. Anak-anak, termasuk yang memiliki gangguan komunikasi, menggunakan tablet untuk berinteraksi melalui sentuhan seperti ketuk dan seret.
Aktivitas ini dirancang dengan rangsangan visual dan auditori yang bervariasi, namun tidak memberikan umpan balik positif atau negatif secara langsung. Langkah pembelajaran montessori untuk anak dengan gangguan komunikasi, diperlukan strategi tambahan berupa indikator eksplisit yang bisa menjadi panduan dalam melakukan tindakan tertentu. Pendekatan ini membantu anak belajar dengan cara yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Dukungan untuk Anak dengan Autism Spectrum Condition (ASC)
Kurikulum berbasis permainan dengan pendekatan Montessori sangat mendukung anak-anak yang didiagnosis dengan ASC. Lingkungan belajar yang bebas tekanan, penuh kebebasan terarah, dan kaya akan aktivitas sensorik membantu anak merasa lebih nyaman dan mampu menyerap pelajaran dengan lebih baik.
Meski hasilnya menjanjikan, para peneliti menyarankan agar dilakukan lebih banyak studi berbasis bukti untuk memastikan bahwa pendekatan Montessori benar-benar menjadi alternatif yang valid dalam mengajar anak-anak prasekolah dengan ASC. Namun, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa anak-anak dengan ASC merespons positif terhadap metode ini.
Desain Kurikulum Montessori yang Holistik
Kurikulum Montessori dirancang berdasarkan tiga prinsip utama: mengikuti ritme anak (follow the child), memberi kebebasan dengan batasan (freedom with limitation), dan menghargai anak sebagai individu (respect the child). Tujuan utama langkah pembelajaran montessori adalah membentuk anak yang mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri.
Dalam praktiknya, kurikulum ini mencakup berbagai area:
- Practical Life: Anak dilatih untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci, merawat tanaman, dan membersihkan meja. Ini membantu mengasah keterampilan motorik, koordinasi, serta rasa tanggung jawab.
- Sensorial: Anak diajak mengenali bentuk, warna, tekstur, bau, bunyi, rasa, dan suhu melalui eksplorasi indra. Ini merangsang memori dan kemampuan membedakan secara alami.
- Matematika dan Bahasa: Anak belajar konsep kuantitas, operasi aritmatika, simbol angka, serta keterampilan membaca dan menulis melalui aktivitas yang menyenangkan dan konkret.
- Artistik dan Kreativitas: Anak diberi ruang untuk mengekspresikan diri melalui seni, musik, dan gerak, yang mendukung perkembangan emosional dan sosial mereka.
TK Islam Albata Memfasilitasi Anak Berkebutuhan Khusus dengan Sekolah Inklusi Terbaik
Demikian Bunda, sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus harus benar-benar dipertimbankan baik dari aspek lingkungan hingga kurikulumnya. Langkah pembelajaran montessori dengan orang tua perlu mengevaluasi kesiapan anak, kualitas sekolah, metode pembelajaran, hingga layanan dukungan yang disediakan.
Dengan memahami kriteria sekolah inklusi yang ideal dan mempertimbangkan berbagai aspek penting secara menyeluruh, orang tua bisa membuat keputusan yang tepat demi masa depan anak. Ingatlah bahwa setiap anak itu istimewa, dan dengan lingkungan yang tepat, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.
TK Islam Albata Surabaya memberikan kemudahan bagi Anda yang ingin menyekolahkan buah hati ke sekolah inklusi dengan pengajaran terbaik. Kami memberikan kesempatan bagi ABK untuk bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang sesuai.
Jangan ragu untuk menyekolahkan ananda ke TK Albata. TK Albata memiliki kurikulum komprehensif terkait pendidikan anak usia dini serta penerapan keislaman untuk membantu meningkatkan iman si kecil.
Jadi tunggu apalagi, segera daftarkan buah hati Anda bersama TK Montessori Islam Albata. Untuk informasi selengkapnya cek di akun instagram @albata.id atau menghubungi admin dengan mengklik button dibawah ini.
Reference
Septiyan Endang Yunisari dkk. 2023. Implementasi Metode Montessori Dalam Pengenalan Literasi Pada Anak Dengan Autism Spectrum Disorder. Jurnal Ilmiah Permas. Volume 13 Nomor 2.

