Lembaga Pendidikan Montessori Islam

7 Langkah Mengurangi Stress Pada Anak, Ibu Lakukan Hal Ini di Rumah Ya

stress pada anak
April 26, 2025

Bunda tanpa kita sadari anak-anak pun bisa merasakan tekanan dan stres. Mungkin terlihat sepele, namun stres pada anak dapat mempengaruhi suasana hati, perilaku, bahkan kesehatan fisik mereka. Sebagai ibu, kita memiliki peran penting dalam membantu mengurangi stress pada anak.

Artikel ini hadir untuk memberikan panduan praktis bagi para Bunda dalam membantu mengurangi stres pada anak.  Kami akan mengulas tujuh langkah sederhana yang bisa Ibu lakukan di rumah untuk menciptakan suasana yang lebih rileks dan mendukung kesejahteraan emosional si kecil.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kita dapat membantu anak-anak belajar mengelola emosi. 

Mengenal Stress pada Anak dan Penyebabnya  

Stress pada anak muncul karena adanya reaksi emosional dan fisiologis terhadap tekanan yang dirasakan sebagai beban. Berbeda dengan orang dewasa yang bisa mengekspresikan stres dengan kata-kata, anak-anak sering menunjukkannya melalui perubahan perilaku, seperti mudah marah, menarik diri, menangis, hingga gangguan tidur.

Menurut sejumlah penelitian1 mengenai kelola stres pada anak dapat berdampak jangka panjang terhadap kesehatan mental dan perkembangan kognitif jika tidak ditangani dengan baik sejak dini. Ada beberapa hal yang perlu Bunda ketahui menjadi penyebab stress pada anak.

1. Perubahan Lingkungan

Ketika anak mengalami perubahan besar seperti pindah rumah atau sekolah, mereka bisa merasa kehilangan rasa aman. Pergantian lingkungan yang mendadak sering kali membuat mereka kesulitan beradaptasi dengan suasana baru.

Selain itu, kehilangan orang terdekat dapat berdampak pada kesejahteraan emosional anak. Mereka mungkin merasa kesepian atau bingung menghadapi perubahan yang terjadi, sehingga membutuhkan dukungan lebih dari orang tua.

2. Tekanan Akademik

Tuntutan untuk berprestasi dan menghadapi ujian dapat menjadi sumber stres bagi anak. Harapan tinggi dari lingkungan sekitar sering kali membuat mereka merasa terbebani dan takut gagal.

PR yang menumpuk juga dapat membuat mereka kelelahan secara mental. Kurangnya waktu istirahat dan relaksasi dapat mengurangi motivasi belajar serta menurunkan konsentrasi mereka dalam memahami pelajaran.

3. Konflik Keluarga

Ketidakharmonisan dalam keluarga, seperti pertengkaran orang tua atau perceraian, dapat menciptakan kecemasan yang mendalam pada anak. Mereka mungkin merasa bingung atau takut menghadapi perubahan dinamika keluarga.

Kurangnya waktu berkualitas bersama keluarga juga dapat mengurangi perasaan aman dalam diri anak. Ketika mereka tidak mendapatkan perhatian yang cukup, rasa kesepian dan ketidakstabilan emosional bisa semakin meningkat.

4. Bullying atau Tekanan Teman Sebaya

Anak yang mengalami bullying atau kesulitan beradaptasi dengan teman sebaya dapat mengalami tekanan psikologis yang serius. Perasaan tidak diterima dalam lingkungan sosial dapat menurunkan kepercayaan diri mereka.

Jika tidak ditangani dengan baik, pengalaman ini dapat mempengaruhi kesehatan mental anak dalam jangka panjang. Orang tua dan guru perlu memberikan dukungan dan perlindungan agar mereka merasa aman dalam berinteraksi sosial.

5. Terlalu Banyak Aktivitas

Jadwal yang terlalu padat dengan berbagai kegiatan tanpa waktu istirahat bisa membuat anak mudah stres. Tekanan untuk selalu aktif dan berprestasi dapat mengurangi kesempatan mereka untuk menikmati masa kecil dengan santai.

Keseimbangan antara waktu belajar, bermain, dan istirahat sangat penting untuk perkembangan anak. Memberikan mereka waktu untuk bersantai dan melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat membantu mengurangi tingkat stres.

Penelitian lain menjelaskan bahwa stres kronis pada anak dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan risiko gangguan emosional di masa depan.

7 Langkah Mengurangi Stress Pada Anak

Kabar baiknya, ibu dan ayah punya peran besar dalam mengurangi stress pada anak. Dengan pendekatan yang lembut, penuh empati, dan konsisten, suasana rumah bisa menjadi tempat paling aman bagi anak untuk pulih dari tekanan yang mereka alami. Berikut adalah 7 langkah praktis yang bisa Ibu lakukan di rumah:

1. Perbanyak Berdzikir Kepada Allah ﷻ

Mengingat Allah dalam setiap keadaan adalah cara terbaik untuk menenangkan hati dan pikiran. Dengan berdzikir, anak belajar bahwa segala sesuatu berada dalam kuasa Allah, sehingga mereka lebih mudah menghadapi tantangan hidup dengan penuh ketenangan.

Seperti dalam Q.S Ar Rad 28

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ ۝٢٨

alladzîna âmanû wa tathma’innu qulûbuhum bidzikrillâh, alâ bidzikrillâhi tathma’innul-qulûb

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.

Orang tua dapat menanamkan kebiasaan dzikir sejak dini dengan mengajak anak mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah. Hal ini tidak hanya meningkatkan spiritualitas, tetapi juga membantu mereka merasakan kedekatan dengan Allah dalam setiap aspek kehidupan.

2. Ciptakan Rutinitas yang Konsisten

Anak-anak membutuhkan jadwal yang teratur agar merasa aman dan nyaman dalam kesehariannya. Rutinitas seperti waktu tidur, makan, belajar, dan bermain yang konsisten memberikan mereka rasa kestabilan dan kendali atas lingkungan mereka.

Ketika dunia luar terasa tidak menentu, rumah dengan aturan yang jelas dapat menjadi tempat yang memberikan ketenangan. Dengan rutinitas yang terjaga, anak lebih mudah beradaptasi dan mengelola emosinya dengan lebih baik.

3. Dengarkan Anak Tanpa Menghakimi

Menjadi pendengar yang baik adalah cara terbaik untuk membantu anak mengelola stres. Biarkan mereka mengungkapkan emosi dan pemikirannya tanpa takut dihakimi atau dikritik berlebihan.

Ungkapan seperti, “Ibu dengar kamu sedang sedih, boleh cerita?” membuka ruang bagi anak untuk merasa didukung. Dengan pendekatan ini, mereka lebih nyaman berbicara dan mengembangkan komunikasi yang sehat.

4. Berikan Pelukan dan Sentuhan Fisik Positif

Kontak fisik seperti pelukan, usapan kepala, dan genggaman tangan memiliki dampak besar terhadap kestabilan emosi anak. Sentuhan yang penuh kasih sayang dapat meningkatkan hormon oksitosin yang berperan dalam menciptakan perasaan aman dan tenang.

Anak yang sering mendapatkan sentuhan fisik yang positif cenderung lebih mudah mengatasi kecemasan. Dengan membangun kebiasaan ini, orang tua dapat membantu anak merasa lebih dicintai dan didukung dalam setiap situasi.

5. Batasi Paparan Gadget dan Berita Negatif

Informasi dari media digital bisa berdampak besar pada kondisi emosional anak. Terlalu sering melihat konten yang penuh dengan berita negatif atau hal-hal yang memicu kecemasan dapat meningkatkan tingkat stres mereka.

Orang tua perlu mengontrol waktu penggunaan gadget dan mengarahkan anak ke aktivitas yang lebih kreatif. Dengan mengurangi paparan yang kurang sehat, anak dapat mengembangkan pola pikir yang lebih positif dan seimbang.

6. Sediakan Waktu Bermain Bebas dan Outdoor

Anak-anak membutuhkan waktu untuk bermain secara bebas agar dapat menyalurkan energi dan emosi mereka. Kegiatan seperti berlari di taman, bermain air, atau menggambar memberikan efek relaksasi yang alami.

Menurut data penelitian, bermain di alam terbuka terbukti menurunkan hormon stres kortisol secara signifikan. Mengajak anak keluar rumah dan bersentuhan dengan alam menjadi solusi efektif dalam menjaga kesehatan mental mereka.

7. Jadilah Contoh Pengelolaan Emosi yang Sehat

Anak cenderung belajar lebih banyak dari tindakan orang tua daripada sekadar mendengar nasihat. Jika orang tua mampu mengelola stres dengan baik, seperti tidak mudah marah dan terbuka terhadap emosi, anak akan meniru pola tersebut.

Dengan memberikan contoh yang baik dalam mengelola emosi, orang tua membantu anak membentuk dasar keterampilan sosial yang kuat. Kebiasaan ini akan terus terbawa hingga mereka dewasa dan menghadapi tantangan hidup dengan lebih bijaksana.

Kesimpulan

Ibu, Ayah, dan lingkungan keluarga adalah benteng pertama dalam menjaga kesehatan mental anak. Ketika anak merasa stress, bukan berarti mereka lemah  justru itu sinyal bahwa mereka butuh dukungan emosional. 

Dengan menciptakan suasana rumah yang aman, penuh kasih sayang, dan terhubung secara emosional, kita telah melakukan langkah besar untuk menurunkan stress pada anak. Anda bisa mulai dengan mengetahui perilaku anak yang membuatnya kurang nyaman dan menjelaskan penyebab serta solusi bagi anak. 

Reference 

  1. Fitriani Agustina dkk. Gambaran Tingkatan Stress Pada Anak Sekolah Dasar. Lentera Perawat. Volume 1 No 1.  ↩︎

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *