6 Dampak Konflik Orang Tua Pada Anak, Bisa Mengurangi Kecerdasan Anak?
Ayah dan Bunda, pernahkah kita merenungkan dampak dari setiap interaksi kita di depan si kecil? Mungkin tanpa sadar, perselisihan atau konflik orang tua dapat meninggalkan pengalaman buruk pada anak dan berpengaruh ke perkembangan anak daripada yang kita bayangkan.
Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa suasana rumah yang penuh ketegangan dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan kecerdasan anak. Artikel ini hadir untuk membuka mata kita tentang enam dampak signifikan dari konflik orang tua terhadap anak.
Lebih dari sekadar perasaan tidak nyaman, kita akan membahas bagaimana pertengkaran orang tua dapat mempengaruhi emosi, perilaku, hingga perkembangan intelektual si kecil.
Dengan memahami dampak ini, semoga kita semakin terdorong untuk menciptakan lingkungan rumah yang harmonis dan penuh kasih sayang demi masa depan cerah buah hati tercinta. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Mengapa Konflik Orang Tua Berakibat Buruk pada Tumbuh Kembang Anak?
Bunda banyak diantara kita yang masih menyepelekan konflik keluarga dan pengaruhnya terhadap anak-anak yang menyaksikan konflik antar orang tua mengalami gangguan regulasi emosi, penurunan kemampuan kognitif, dan peningkatan stres berkepanjangan.
Hasil penelitian Andi Ilham Muchtar (2009) mengungkapkan kurangnya keharmonisan dalam keluarga menjadi penyebab terjadinya penurunan prestasi belajar. Faktor terjadinya penurunan prestasi pada anak dalam penelitian ini adalah kurangnya komunikasi dalam keluarga terutama, dalam pengawasan pada anak saat belajar di rumah1.
Konflik yang tidak dikelola dengan baik bisa mengganggu rasa aman anak. Dalam psikologi perkembangan, rasa aman adalah fondasi penting bagi anak untuk bisa belajar, berinteraksi, dan berkembang secara optimal. Ketika rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman justru menjadi medan konflik, tumbuh kembang anak bisa terhambat.
Berikut 6 Dampak Konflik Orang Tua Pada Anak
Meski begitu ada beberapa dampak yang terjadi jika anak melihat konflik orang tua secara langsung. Hal ini bisa berakibat pada cara anak menghadapi masalah di masa depan. Amda perlu mengetahui cara yang tepat agar dampak konflik ini tidak berkepanjangan.
1. Menurunnya Kecerdasan Emosional dan Sosial
Anak yang sering menyaksikan pertengkaran orang tua cenderung mengalami kebingungan emosional. Mereka kesulitan mengenali, memahami, dan mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut berbagai studi, konflik dalam keluarga dapat berdampak langsung pada kemampuan anak dalam membangun hubungan sosial. Ketidakstabilan emosional yang mereka alami membuat mereka kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
2. Kecemasan dan Gangguan Tidur
Ketegangan antara orang tua dapat menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan ketika pertengkaran tidak terjadi. Perasaan tidak aman ini bisa menyebabkan mereka mengalami mimpi buruk, sulit tidur, atau takut ditinggalkan.
Kurangnya kualitas tidur yang baik berdampak pada perkembangan otak dan kesejahteraan emosional anak. Jika gangguan tidur terus berlanjut, mereka mungkin mengalami kelelahan yang menghambat konsentrasi dan kemampuan belajar.
3. Menurunnya Konsentrasi dan Prestasi Akademik
Stres kronis akibat konflik orang tua dapat mengurangi fokus dan motivasi belajar anak. Pikiran mereka terbagi antara masalah di rumah dan tuntutan akademik, membuat mereka sulit berkonsentrasi saat belajar.
Lingkungan yang tidak stabil juga dapat menghambat perkembangan kognitif mereka. Jika stres terus berlanjut, anak bisa kehilangan minat terhadap pelajaran dan mengalami penurunan prestasi di sekolah.
4. Perilaku Agresif atau Menutup Diri
Beberapa anak merespons konflik orang tua dengan perilaku agresif, seperti mudah marah atau memukul. Mereka mungkin mengekspresikan tekanan emosional yang tidak dapat mereka kendalikan dengan tindakan impulsif.
Sebaliknya, ada pula anak yang memilih menutup diri dan menjadi pendiam. Mereka enggan bersosialisasi atau menunjukkan perasaannya karena takut mengalami penolakan dari lingkungan sekitar.
5. Risiko Gangguan Mental di Masa Depan
Dalam sebuah penelitian, anak bisa menunjukkan perilaku yang tidak sesuai saat mengetahui orang tuanya berkonflik loh Bunda. Anak bisa menunjukkan bahwa anak yang sering menyaksikan konflik orang tua lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan di masa dewasa.
Gangguan psikologis seperti stres berkepanjangan dapat terbawa hingga dewasa dan mempengaruhi cara mereka menjalin hubungan. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan keluarga yang stabil sangat penting untuk kesehatan mental anak.
6. Penurunan Fungsi Kognitif
Stres jangka panjang dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Ketegangan emosional yang berkepanjangan menghambat fungsi otak yang bertanggung jawab atas pengambilan keputusan dan daya ingat. Bunda tidak ingin anak seperti itu bukan?
Menurut sejumlah penelitian, paparan stres kronis sejak kecil dapat mengubah struktur otak dan mempengaruhi kemampuan berpikir anak. Mengelola stres dalam lingkungan keluarga adalah kunci untuk mendukung perkembangan mereka.
5 Cara Mengurangi Konflik Antar Orang Tua
Mengurangi konflik bukan berarti menghindari perbedaan pendapat, tetapi menyikapinya dengan bijak dan saling menghargai. Dalam Islam, rumah tangga yang sakinah adalah cita-cita bersama yang bisa diwujudkan melalui komunikasi sehat, kasih sayang, dan saling memahami.
1. Komunikasi Tanpa Emosi Meledak
Memilih waktu dan tempat yang tepat sebelum menyampaikan pendapat dapat mencegah ketegangan dalam komunikasi. Berdebat di depan anak sebaiknya dihindari agar mereka tidak merasa cemas atau terbebani dengan konflik yang terjadi.
Rasulullah ﷺ selalu mencontohkan cara berkomunikasi yang penuh kelembutan dan kasih sayang, bahkan saat menghadapi perbedaan pendapat. Sebagaimana yang disampaikan Rasulullah
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”.( HR Jabir bin Abdullah Nomor 2592)
Menggunakan kata-kata yang baik dan intonasi yang tenang membantu menjaga keharmonisan dalam keluarga.
2. Berlatih Sabar dan Menahan Diri
Konflik sering terjadi karena masing-masing pihak ingin membuktikan bahwa dirinya benar. Padahal, dalam Islam, kemampuan menahan amarah adalah tanda kematangan dan kekuatan karakter seseorang.
Rasulullah ﷺ bersabda,
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukanlah orang kuat itu yang menang saat bergulat, tetapi yang mampu menahan amarahnya.” (HR Bukhari dan Muslim Nomor 2609). Menjaga emosi agar tetap terkendali dapat membantu menyelesaikan masalah dengan lebih bijak.
3. Luangkan Waktu untuk Kualitas Pernikahan
Kesibukan mengurus anak dan pekerjaan sering kali membuat pasangan lupa menjaga hubungan mereka. Meluangkan waktu berdua untuk berbincang dari hati ke hati akan memperkuat ikatan emosional dalam rumah tangga.
Hubungan suami-istri yang sehat berpengaruh besar terhadap kestabilan emosi anak. Kehangatan dan kedekatan orang tua memberikan rasa aman yang mendukung perkembangan psikologis mereka dengan lebih baik.
4. Evaluasi Diri, Bukan Menyalahkan
Saat konflik muncul, lebih baik melakukan introspeksi daripada mencari kesalahan pasangan. Bertanya kepada diri sendiri, “Apakah aku sudah menyampaikan dengan baik?” dapat membantu menemukan solusi tanpa menciptakan perpecahan.
Pendekatan ini mendorong komunikasi yang lebih konstruktif dan mencegah perasaan negatif yang berlarut-larut. Dengan sikap reflektif, pasangan dapat saling memahami dan bekerja sama untuk memperbaiki hubungan.
5. Libatkan Allah dalam Rumah Tangga
Doa adalah cara terbaik untuk meminta bimbingan dalam menghadapi tantangan keluarga. Berdoa bersama pasangan dapat memperkuat ikatan spiritual sekaligus menghadirkan ketenangan dalam rumah tangga.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S Al Ahzab ayat 4
وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا ٤…
wa may yattaqillâha yaj‘al lahû min amrihî yusrâ
Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.
Jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam membangun keluarga yang harmonis. Prinsip sakinah, mawaddah, wa rahmah harus senantiasa dijaga agar kehidupan rumah tangga tetap penuh dengan keberkahan.
Kesimpulan: Jadikan Rumah Harmonis Agar Anak Tumbuh Optimal
Konflik orang tua adalah hal wajar dalam rumah tangga, tetapi bila berlangsung terus-menerus dan tidak dikelola dengan bijak, maka dampak konflik orang tua pada anak bisa sangat merusak. Anak-anak membutuhkan rumah yang aman secara emosional untuk tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan sehat mental.
Dengan mengenali dampak konflik sejak dini dan berkomitmen memperbaiki komunikasi, orang tua bisa menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak. Nilai-nilai Islam memberikan landasan kuat untuk membangun keluarga yang harmonis, penuh cinta, dan damai tempat terbaik bagi anak untuk tumbuh menjadi generasi kuat, sehat, dan berakhlak mulia.
Reference
- Junierissa Marpaung dkk. Studi Deskriptif Dampak Orang Tua yang Berkonflik Bagi Anak. Jurnal Cahaya Pendidikan. Vol 3 Nomor 1. ↩︎