Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Tahapan Bermain Anak Apa Saja? Simak Penjelasan Selengkapnya

tahapan bermain anak
August 11, 2025

Ayah dan Bunda, bermain adalah dunia anak-anak. Melalui tahapan bermain anak, si kecil tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar dan berkembang di berbagai aspek, mulai dari motorik, kognitif, hingga sosial-emosional. 

Seringkali, kita hanya melihat bermain sebagai aktivitas biasa, padahal ia memiliki tahapan yang unik dan sesuai dengan usia mereka. Memahami tahapan ini sangat penting agar kita bisa memberikan stimulasi yang tepat dan optimal. Ini juga membantu kita melihat bahwa cara anak bermain adalah cerminan dari perkembangan mereka.

Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda memahami tahapan bermain anak dan mengupas penjelasan selengkapnya. Kita akan membahas tahapan bermain anak dan bermain kooperatif. 

Diharapkan dengan informasi ini, Anda dapat memberikan dukungan yang tepat pada setiap fase bermain si kecil, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan berempati. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Bermain sebagai Sarana Belajar Anak yang Perlu Bunda Ketahui 

Bermain bukan sekadar aktivitas untuk mengisi waktu luang. Bagi anak, bermain adalah cara utama mereka belajar, bereksplorasi, dan mengekspresikan diri. Melalui permainan, anak mengembangkan berbagai aspek penting dalam tumbuh kembangnya, mulai dari kemampuan motorik, sosial, emosional, hingga kognitif. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami tahapan bermain anak agar dapat memberikan pendampingan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka.

Menurut teori perkembangan bermain yang dikemukakan oleh Mildred Parten dan didukung oleh berbagai ahli perkembangan anak, tahapan bermain mencerminkan tingkat kompleksitas interaksi dan tujuan bermain anak. Setiap tahap memiliki karakteristik dan manfaat tersendiri yang berkontribusi terhadap perkembangan anak secara menyeluruh. Berikut adalah lima tahapan bermain yang perlu dikenali oleh orang tua.

1. Permainan Fungsi (Functional Play) 

Permainan fungsi merupakan bentuk permainan awal yang biasa dilakukan oleh anak usia 0 hingga 2 tahun. Pada tahap ini, anak cenderung melakukan gerakan berulang seperti menggoyangkan mainan, menjatuhkan benda, atau mengocok botol berisi manik-manik. 

Meskipun terlihat sederhana dan belum memiliki tujuan yang kompleks, aktivitas ini sangat penting untuk melatih koordinasi motorik kasar dan halus serta kemampuan sensori anak.

Permainan fungsi membantu anak membangun hubungan awal dengan dunia fisik melalui aktivitas yang bersifat repetitif dan menyenangkan. 

Orang tua dapat mendukung tahap ini dengan menyediakan mainan yang aman dan merangsang gerakan, seperti bola lembut, mainan berbunyi, atau benda yang mudah digenggam.

2. Permainan Fiksi (Pretend Play) 

Memasuki usia 2 hingga 5 tahun, anak mulai menunjukkan kemampuan bermain pura-pura atau pretend play. Di tahap ini, imajinasi anak berkembang pesat. Mereka mulai berpura-pura menjadi dokter, guru, atau orang tua yang sedang memasak. 

Permainan ini memungkinkan anak memahami peran sosial dan belajar berempati terhadap orang lain melalui skenario yang mereka ciptakan sendiri.

Pretend play berperan penting dalam perkembangan bahasa, pengaturan emosi, dan kemampuan berpikir anak dalam menyelesaikan masalah. Orang tua dapat mendukung dengan menyediakan alat permainan tematik seperti kostum, peralatan dapur mainan, atau boneka, serta ikut terlibat dalam permainan untuk memperkaya pengalaman anak.

3. Permainan Simbolik (Symbolic Play) 

Permainan simbolik terjadi ketika anak mulai menggunakan satu benda untuk mewakili benda lain. Contohnya, anak menggunakan balok sebagai telepon atau menganggap sendok sebagai pesawat. 

Permainan ini menunjukkan bahwa anak mulai memahami simbolisasi, yang merupakan dasar penting dalam kemampuan membaca, menulis, dan berpikir abstrak.

Studi oleh Nicolopoulou (2010) menyatakan bahwa symbolic play meningkatkan kemampuan naratif anak dan mendukung kesiapan literasi saat mereka memasuki usia sekolah. 

Orang tua dapat mendorong permainan simbolik dengan memberikan ruang bagi anak untuk berkreasi, serta tidak membatasi imajinasi mereka dalam menggunakan benda-benda sehari-hari sebagai bagian dari permainan.

4. Permainan Konstruksi (Constructive Play) 

Permainan konstruksi biasanya muncul pada usia 3 tahun ke atas, ketika anak mulai membangun sesuatu secara fisik. Mereka menyusun balok, membuat menara, atau menyusun puzzle. 

Di tahap ini, anak mulai berpikir secara logis dan strategis untuk mencapai tujuan tertentu dalam permainan. Mereka belajar merencanakan, mencoba, dan memperbaiki hasil yang belum sesuai.

Permainan konstruksi tidak hanya melatih motorik halus, tetapi juga kemampuan memecahkan masalah dan koordinasi visual-spasial. Anak belajar tentang konsep sebab-akibat dan pentingnya ketekunan dalam menyelesaikan tugas. 

Orang tua dapat mendukung dengan menyediakan bahan permainan seperti balok susun, lego, atau puzzle, serta memberi pujian atas usaha anak dalam membangun sesuatu.

5. Permainan Prestasi (Games with Rules) 

Permainan dengan aturan mulai berkembang pada usia 5 hingga 7 tahun. Di tahap ini, anak mulai memahami dan mengikuti aturan dalam permainan seperti ular tangga, permainan kartu, atau olahraga tim. 

Mereka belajar tentang konsep menang dan kalah, pentingnya kerja sama, bergiliran, serta nilai sportivitas dalam berkompetisi.

Jean Piaget menyatakan bahwa permainan dengan aturan membantu anak memahami norma sosial dan mengembangkan kontrol diri yang lebih baik. Orang tua dapat memperkenalkan permainan yang sesuai usia dan mendampingi anak dalam memahami aturan serta menerima hasil permainan dengan sikap positif. 

Pengalaman ini akan memperkuat kemampuan anak dalam berinteraksi dan beradaptasi di lingkungan sosial yang lebih luas.

Pentingnya Menerapkan Tahapan Bermain dalam Pola Asuh 

Mengetahui tahapan bermain anak bukan hanya untuk menambah wawasan, tetapi juga perlu diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bermain adalah cara utama anak belajar dan berkembang, sehingga pendekatan orang tua dalam mendampingi aktivitas bermain sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak. 

Dengan memahami dan memaksimalkan tahapan bermain, orang tua dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus mendalam bagi anak.

Berikut lima strategi yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung dan mengoptimalkan proses bermain anak sesuai dengan tahapan perkembangannya.

1. Ciptakan Lingkungan Bermain yang Aman dan Kaya Stimulasi 

Lingkungan bermain yang aman adalah fondasi utama agar anak dapat bermain dengan bebas dan nyaman. Pastikan area bermain bebas dari benda tajam, permukaan licin, atau gangguan seperti suara bising dan paparan layar gadget yang berlebihan. Anak membutuhkan ruang yang mendukung eksplorasi fisik dan mental tanpa risiko cedera atau gangguan konsentrasi.

Selain itu, pilihlah mainan yang sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak. Untuk bayi, mainan sensori seperti tekstur kain atau mainan berbunyi sangat bermanfaat. Sementara untuk anak prasekolah, balok susun, boneka, dan alat permainan imajinatif lebih cocok. 

Mainan yang fleksibel dan dapat digunakan dalam berbagai jenis permainan jauh lebih efektif dibandingkan mainan elektronik yang hanya memberikan satu jenis respons. Lingkungan yang kaya stimulasi akan mendorong anak untuk berpikir kreatif dan aktif secara fisik.

2. Ikut Terlibat Saat Anak Bermain 

Kehadiran orang tua saat anak bermain bukan hanya sebagai pengawas, tetapi sebagai mitra bermain yang aktif. Ketika orang tua ikut terlibat, anak merasa lebih dihargai dan diperhatikan. Interaksi yang terjadi selama bermain bersama dapat memperkuat ikatan emosional antara anak dan orang tua, serta meningkatkan rasa percaya diri anak karena mereka merasa didukung.

Teori dari Lev Vygotsky menekankan pentingnya pendampingan orang dewasa dalam zona perkembangan proksimal (ZPD), yaitu tahap di mana anak dapat belajar lebih efektif dengan bantuan orang yang lebih berpengalaman. 

Dengan ikut bermain, orang tua dapat memberikan dorongan yang tepat, membantu anak memahami konsep baru, dan mendorong mereka untuk mencoba hal-hal yang lebih menantang. Keterlibatan ini bukan hanya memperkaya pengalaman bermain, tetapi juga mempercepat proses belajar anak.

3. Perhatikan dan Amati Minat Anak 

Setiap anak memiliki minat dan kecenderungan yang berbeda dalam bermain. Ada anak yang senang membangun dengan balok, ada pula yang lebih menikmati permainan pura-pura seperti bermain rumah-rumahan atau dokter-dokteran. 

Orang tua perlu meluangkan waktu untuk mengamati jenis permainan yang paling disukai anak, karena minat yang besar akan membuat anak lebih fokus dan antusias saat bermain.

Dengan mengenali minat anak, orang tua dapat mengarahkan mereka pada aktivitas yang sesuai dan mendukung perkembangan yang optimal. Misalnya, anak yang suka membangun bisa diberikan permainan konstruksi yang menantang, sementara anak yang suka berpura-pura bisa didukung dengan kostum atau alat permainan tematik. 

Pendekatan ini membuat proses bermain menjadi lebih bermakna dan menyenangkan, sekaligus memperkuat keterampilan yang sedang berkembang.

4. Kombinasikan Permainan Bebas dan Terstruktur 

Permainan bebas memberikan anak kebebasan untuk mengeksplorasi ide dan kreativitas mereka tanpa batasan. Di sisi lain, permainan terstruktur mengajarkan anak tentang aturan, giliran, dan kerja sama. 

Keduanya memiliki peran penting dalam perkembangan anak, dan kombinasi yang seimbang akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang kreatif sekaligus mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial.

Orang tua dapat mengatur waktu bermain anak dengan memberikan ruang untuk bermain bebas, seperti bermain di taman atau membuat karya seni, serta menyisipkan permainan terstruktur seperti board game atau permainan kelompok. 

Dengan cara ini, anak belajar mengatur diri, memahami konsekuensi, dan mengembangkan kemampuan berpikir logis. Keseimbangan antara kebebasan dan struktur akan membentuk anak yang mandiri dan memiliki kontrol diri yang baik.

5. Jangan Terlalu Cepat Mengintervensi 

Saat anak menghadapi tantangan dalam bermain, seperti kesulitan menyusun puzzle atau balok yang terus roboh, biarkan mereka mencoba menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu. 

Momen-momen seperti ini sangat berharga karena anak belajar tentang ketekunan, strategi, dan pemecahan masalah. Intervensi yang terlalu cepat dapat menghambat proses belajar dan membuat anak kurang percaya diri.

Peran orang tua adalah sebagai pendamping, bukan sebagai penyelesai masalah. Berikan dukungan emosional dan dorongan positif, tetapi biarkan anak menemukan solusi dengan caranya sendiri. 

Dengan demikian, anak akan merasa bangga atas pencapaiannya dan belajar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Sikap ini akan membentuk karakter anak yang tangguh dan tidak mudah menyerah.

Mengoptimalkan Perkembangan Bermain Anak Bersama Pop Up Class Toddler Albata

Setiap anak memiliki fase dan gaya bermainnya masing-masing. Dengan memahami tahapan bermain anak, orang tua bisa memberikan stimulasi dan dukungan yang sesuai dengan usia serta kebutuhan mereka. Bermain bukan sekadar kegiatan sepele, melainkan pondasi penting untuk masa depan anak yang sehat secara mental, emosional, dan intelektual.

Studi-studi dari Frost et al. (2012), Bergen (2002), dan Nicolopoulou (2010) menjadi penguat bahwa dunia anak adalah dunia bermain yang penuh makna. Maka dari itu, mari kita beri ruang bagi anak untuk bermain, karena di sanalah mereka belajar menjadi manusia seutuhnya.

Memilih tempat pendidikan pertama bagi si kecil memang penuh pertimbangan. Di Albata, kami memahami keinginan Bunda untuk memberikan fondasi terbaik. Kami merancang kurikulum yang istimewa, memadukan metode Montessori yang fun learning dengan nilai-nilai Islam yang mendalam. 

Anak-anak akan diajak belajar sirah Nabi melalui animasi yang seru, mengenal huruf Hijaiyah, dan menghafal doa serta surah-surah pendek Al-Qur’an dengan cara yang paling disukai anak.

Ustadzah profesional kami menanamkan adab, etika, menanamkan konsep tauhid, hingga fikih sederhana seperti tata cara berwudhu yang disesuaikan dengan dunia anak. Kami percaya, pondasi iman yang kuat adalah bekal terbaik untuk masa depan mereka, dan ini adalah investasi terindah yang bisa Bunda berikan.

Siap melihat si kecil tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan beriman?

Yuk, kenali Albata lebih dekat dan bergabunglah dengan keluarga besar kami. Kunjungi website atau hubungi kami sekarang untuk informasi selengkapnya!

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *