Masa Prasekolah: Kenali Perkembangan Perilaku Anak di Rumah dan Sekolah
Ayah dan Bunda, masa prasekolah tentu anak akan mengalami perkembangan perilaku yang signifikan. Di usia ini, si kecil mulai berinteraksi dengan dua dunia yang berbeda yakni rumah yang penuh kenyamanan dan kasih sayang, serta sekolah yang penuh dengan aturan dan tantangan sosial baru.
Memahami perkembangan perilaku anak di kedua lingkungan ini sangatlah penting, karena seringkali perilaku yang mereka tunjukkan bisa berbeda drastis. Perubahan ini adalah bagian normal dari proses adaptasi dan pembelajaran mereka.
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda mengenali dan memahami perkembangan perilaku anak di rumah dan sekolah selama masa prasekolah. Kita akan mengupas mengapa anak bisa menjadi lebih mandiri di sekolah namun kembali manja di rumah, atau sebaliknya.
Diharapkan dengan pemahaman ini, Anda bisa memberikan respons yang tepat, mendukung transisi mereka, dan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan adaptif. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
5 Jenis Perkembangan Perilaku Anak Prasekolah
Perilaku anak di usia prasekolah umumnya terbagi dalam dua aspek utama: perilaku sosial dan perilaku adaptif. Perilaku sosial berkaitan dengan kemampuan anak menjalin hubungan dengan orang lain, seperti berbagi, bergiliran, menunjukkan empati, dan memahami aturan sosial.
Sementara perilaku adaptif mencakup kemampuan anak menyesuaikan diri dengan rutinitas, mengatasi tantangan, dan menjalani aktivitas harian secara mandiri.
Penelitian oleh Denham dan Weissberg (2004) menunjukkan bahwa anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik cenderung lebih sukses secara akademik dan emosional. Sementara itu, menurut Vineland Adaptive Behavior Scales (Sparrow et al., 2005), perilaku adaptif seperti berpakaian sendiri atau menjaga kebersihan adalah indikator penting dari kemandirian anak.
1. Perilaku Meniru (Imitatif)
Anak usia prasekolah sangat suka meniru perilaku orang dewasa atau teman sebaya. Di rumah, mereka mungkin meniru cara bicara orang tua, sementara di sekolah mereka bisa meniru cara guru menyapa atau mengatur barang. Perkembangan perilaku dengan meniru adalah bagian alami dari proses belajar anak, dan menjadi cara mereka memahami dunia sosial di sekitarnya.
Menurut teori pembelajaran sosial dari Albert Bandura, anak belajar banyak hal melalui observasi dan peniruan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan contoh perilaku yang baik, karena anak akan menyerap dan meniru apa yang mereka lihat setiap hari.
2. Perkembangan Kemandirian
Di usia 3 sampai 6 tahun, anak mulai menunjukkan keinginan untuk melakukan berbagai hal sendiri. Mereka ingin mencoba memakai sepatu, menyikat gigi, atau memilih pakaian tanpa bantuan. Meskipun hasilnya belum sempurna, dorongan untuk mandiri ini adalah bagian penting dari perkembangan perilaku adaptif.
Sekolah juga berperan besar dalam memperkuat rasa percaya diri anak. Ketika guru memberikan tanggung jawab kecil seperti merapikan alat bermain atau membawa tas sendiri, anak merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar mandiri. Perkembangan perilaku anak perlu adanya perhatian orang tua. Orang tua bisa mendukung dengan memberi anak kesempatan dan waktu untuk mencoba, tanpa terlalu cepat mengambil alih.
3. Regulasi Emosi
Kemampuan anak dalam mengelola emosi masih dalam tahap belajar. Mereka bisa menangis karena tidak mendapatkan mainan atau marah saat diganggu temannya. Namun, dengan bimbingan yang tepat, anak bisa belajar mengenali, mengekspresikan, dan mengatur emosinya secara sehat.
Orang tua dan guru dapat membantu dengan mengenalkan nama-nama emosi, seperti “sedih,” “marah,” atau “senang,” serta memberikan contoh bagaimana merespons situasi dengan tenang. Lingkungan yang aman secara emosional sangat penting agar anak merasa nyaman untuk belajar mengelola perasaannya.
4. Kemampuan Bersosialisasi
Bermain bersama teman sebaya adalah cara utama anak belajar bersosialisasi. Dari aktivitas bermain, anak belajar tentang berbagi, bergiliran, menyelesaikan konflik, dan memahami aturan sosial. Perselisihan kecil yang terjadi saat bermain sebenarnya adalah bagian dari proses belajar yang penting.
Peran guru sangat krusial dalam membimbing anak menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif. Alih-alih langsung melarang, guru bisa membantu anak memahami perasaan temannya dan mencari solusi bersama. Orang tua juga bisa melatih keterampilan sosial anak dengan mengajak mereka bermain bersama teman di lingkungan rumah.
5. Tanggung Jawab terhadap Aturan dan Rutinitas
Anak prasekolah mulai mengenal konsep aturan dan rutinitas, baik di rumah maupun di sekolah. Mereka belajar bahwa ada waktu untuk tidur, makan, bermain, dan belajar. Di sekolah, anak mulai memahami aturan seperti baris sebelum masuk kelas atau merapikan mainan setelah digunakan.
Penelitian dari Early Childhood Research Quarterly (Rimm-Kaufman et al., 2000) menunjukkan bahwa anak yang terbiasa dengan rutinitas cenderung memiliki perilaku yang lebih teratur dan mudah beradaptasi saat masuk jenjang pendidikan berikutnya. Orang tua bisa membantu dengan membuat jadwal harian yang konsisten dan melibatkan anak dalam menjalankannya.
Peran Orang Tua dan Guru dalam Mendukung Perilaku Anak
Setiap anak memiliki keunikan dalam cara mereka berkembang. Maka, penting bagi orang tua dan guru untuk saling bekerja sama dalam mendampingi anak.
Di rumah, orang tua bisa menerapkan pola asuh yang hangat namun konsisten. Di sekolah, guru berperan sebagai teladan dan fasilitator yang membimbing anak melalui pengalaman sosialnya.
Jika orang tua atau guru melihat tanda-tanda yang mengkhawatirkan, seperti anak sulit bersosialisasi, sering tantrum berlebihan, atau tidak mampu mengikuti rutinitas, sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog anak atau guru bimbingan. Pendampingan yang tepat dan penuh empati akan membantu anak berkembang sesuai dengan potensinya.
Memberikan Teladan Perilaku Positif
Anak usia prasekolah sangat mudah menyerap perilaku dari lingkungan terdekatnya, terutama dari orang tua. Mereka belajar melalui pengamatan dan peniruan, sehingga sikap dan tindakan orang tua sehari-hari menjadi acuan utama dalam membentuk karakter anak.
Ketika orang tua menunjukkan sikap sopan, sabar, dan penuh empati, anak akan meniru dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam interaksi mereka sendiri.
Teladan yang konsisten dari orang tua akan membantu anak mengembangkan kemampuan sosial dan emosional yang sehat. Misalnya, anak yang terbiasa melihat orang tuanya menyelesaikan konflik dengan tenang akan belajar melakukan hal serupa saat menghadapi masalah dengan teman.
Begitu pula dengan sikap peduli dan menghargai orang lain semua itu tumbuh dari contoh nyata yang diberikan di rumah.
Menciptakan Rutinitas Harian yang Konsisten
Rutinitas harian yang teratur memberikan rasa aman dan stabil bagi anak. Di usia prasekolah, anak mulai memahami konsep waktu dan aturan, sehingga rutinitas seperti waktu tidur, makan, bermain, dan belajar sangat membantu dalam membentuk perilaku yang disiplin.
Anak yang terbiasa dengan rutinitas akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah yang juga memiliki struktur dan jadwal.
Selain membantu anak beradaptasi, rutinitas juga melatih tanggung jawab dan kemandirian. Ketika anak tahu apa yang harus dilakukan pada waktu tertentu, mereka belajar mengatur diri dan menjalankan tugas tanpa harus selalu diingatkan. Orang tua dapat memperkuat rutinitas ini dengan membuat jadwal harian yang sederhana dan melibatkan anak dalam prosesnya, seperti memilih waktu bermain atau membantu menyiapkan perlengkapan tidur.
Memberikan Kesempatan untuk Mandiri
Mendorong anak untuk melakukan berbagai hal secara mandiri adalah bagian penting dari proses tumbuh kembang mereka. Di usia prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginan untuk mencoba sendiri, seperti memakai baju, merapikan mainan, atau menuang air minum. Meskipun hasilnya belum sempurna, proses ini memberi anak pengalaman berharga yang membangun rasa percaya diri.
Orang tua perlu memberi ruang dan waktu bagi anak untuk belajar mandiri, tanpa terlalu cepat mengambil alih. Ketika anak merasa dihargai atas usahanya, mereka akan lebih termotivasi untuk terus mencoba dan berkembang. Sikap mendukung dan sabar dari orang tua akan memperkuat keyakinan anak bahwa mereka mampu melakukan sesuatu dengan usaha sendiri.
Berkomunikasi Aktif dengan Guru
Kolaborasi antara orang tua dan guru sangat penting untuk memahami perkembangan anak secara menyeluruh. Guru memiliki perspektif yang berbeda karena melihat anak dalam konteks sosial dan akademik di sekolah.
Dengan berkomunikasi secara aktif, orang tua bisa mengetahui kekuatan dan tantangan yang dihadapi anak, serta menyesuaikan pendekatan di rumah.
Diskusi terbuka dengan guru juga membantu menciptakan lingkungan belajar yang konsisten antara rumah dan sekolah. Ketika orang tua dan guru saling mendukung, anak akan merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam menjalani proses belajar.
Jika ada kekhawatiran terkait perilaku anak, komunikasi yang baik memungkinkan intervensi dini dan solusi yang tepat.
Belajar Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Bersama Pop Up Class Toddler Albata
Memahami perkembangan perilaku anak bukan hanya soal melihat perubahan tingkah laku, tapi juga tentang mengamati proses tumbuhnya karakter dan kemandirian. Dengan pendampingan yang hangat dan konsisten, anak-anak akan mampu tumbuh menjadi pribadi yang adaptif, sosial, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Nah, untuk membantu menemukan tahapan perkembangan anak, Anda juga perlu menemukan lembaga pendidikan terpercaya yang bisa memantau dan membersamai anak.
Memilih tempat pendidikan pertama bagi si kecil memang penuh pertimbangan. Di Albata, kami memahami keinginan Bunda untuk memberikan fondasi terbaik. Kami merancang kurikulum yang istimewa, memadukan metode Montessori yang fun learning dengan nilai-nilai Islam yang mendalam.
Anak-anak kami ajak belajar sirah Nabi melalui animasi yang seru, mengenal huruf Hijaiyah, dan menghafal doa serta surah-surah pendek Al-Qur’an dengan cara yang paling disukai anak.
Ustadzah profesional kami menanamkan adab, etika, menanamkan konsep tauhid, hingga fikih sederhana seperti tata cara berwudhu yang disesuaikan dengan dunia anak. Kami percaya, pondasi iman yang kuat adalah bekal terbaik untuk masa depan mereka, dan ini adalah investasi terindah yang bisa Bunda berikan.
Siap melihat si kecil tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan beriman?
Yuk, kenali Albata lebih dekat dan bergabunglah dengan keluarga besar kami. Kunjungi website atau hubungi kami sekarang untuk informasi selengkapnya!