Tips Mengajarkan Hadis Pada Anak, Bisa Dimulai dari Kegiatan yang Ringan
Ayah dan Bunda mengenalkan hadits kepada anak sejak dini adalah langkah awal untuk menanamkan akhlak mulia dan meneladani Rasulullah ﷺ. Hadits adalah sumber pedoman kedua setelah Al-Qur’an, yang mengajarkan kita tentang adab, perilaku, dan cara hidup seorang muslim.
Seringkali, kita mungkin merasa kesulitan bagaimana memulainya tanpa membuat anak terbebani. Padahal, mengajarkan hadis pada anak dimulai dari kegiatan yang ringan dan menyenangkan di rumah.
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda dengan memberikan tips mengajarkan hadits pada anak, bisa dimulai dari kegiatan yang ringan. Kita akan membahas berbagai cara kreatif dan interaktif, seperti mendongeng kisah inspiratif dari hadits, mencontohkan langsung perilaku sesuai sunnah, hingga menghafal hadits-hadits pendek yang mudah dipahami.
Diharapkan dengan pendekatan ini, si kecil akan tumbuh dengan kecintaan pada sunnah Nabi dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Kapan Anak Mulai Belajar Nilai Islam dan Ibadah?
Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda, dan Islam tidak menuntut pencapaian yang instan. Justru, pembiasaan dan keteladanan dari orang tua menjadi kunci utama dalam mengenalkan nilai-nilai Islam sejak dini.
Berikut lima tahapan penting yang bisa menjadi panduan orang tua dalam mendampingi anak belajar tentang Islam dan ibadah dengan cara yang lembut dan bermakna:
1. Usia 0–3 Tahun
Di usia ini, anak belum bisa memahami konsep abstrak, tetapi sangat peka terhadap suasana hati dan suara di sekitarnya. Orang tua bisa mulai dengan membacakan Al-Qur’an, menyapa dengan salam, dan mengajak anak mendengar adzan.
Suasana Islami yang hangat akan membentuk kesan positif dalam hati anak. Studi menunjukkan bahwa suara dan irama yang lembut dapat menjadi stimulasi emosional yang membangun rasa aman dan cinta.
2. Usia 4–6 Tahun
Anak mulai meniru perilaku orang dewasa dan menyerap kebiasaan yang dilihatnya. Ini waktu yang tepat untuk mengenalkan adab Islami seperti mencuci tangan sebelum makan, duduk saat minum, dan mengucapkan salam.
Hadits-hadits pendek yang bermakna sangat cocok disampaikan di usia ini. Misalnya, “Jangan marah bagimu surga,” yang mudah diingat dan bisa langsung dipraktikkan.
3. Usia 7 Tahun ke Atas
Pada usia ini, anak mulai bisa diajak berdiskusi ringan tentang makna ibadah dan nilai-nilai Islam. Anda bisa mulai mengenalkan nilai islam dan ibadah tanpa menggunakan permainan dan bisa mulai mengenalkan menggunakan buku.
Mereka sudah mampu memahami sebab-akibat dan mulai belajar bertanggung jawab. Orang tua bisa mengajak anak merenungkan isi hadits dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Memberikan Teladan Bagi Anak
Anak lebih mudah belajar dari apa yang mereka lihat dibandingkan hanya mendengar nasihat. Oleh karena itu, orang tua perlu menunjukkan akhlak dan adab Islami dalam keseharian.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١
Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Sikap sabar, jujur, dan penuh kasih sayang akan menjadi contoh nyata bagi anak. Keteladanan ini akan melekat lebih kuat dan menjadi bekal mereka dalam menjalani hidup.
5. Bersabar dengan Proses Belajar Anak
Mengajarkan nilai Islam bukan tugas satu kali, tetapi proses panjang yang membutuhkan kesabaran. Konsistensi dan kelembutan dalam mendampingi anak sangat penting agar mereka merasa aman dan nyaman.
Dengan pendekatan yang berulang dan penuh cinta, anak akan tumbuh dengan pemahaman yang mendalam. Islam pun akan menjadi bagian dari hidup mereka, bukan sekadar pelajaran yang dihafal.
5 Tips Mengajarkan Hadis Pada Anak yang Nyaman dan Menyenangkan
1Mengajarkan hadis tidak harus dimulai dari kegiatan formal. Justru dengan pendekatan yang fleksibel dan dekat dengan keseharian anak, proses ini menjadi lebih berkesan. Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan di rumah:
1. Tahap Perkenalan
Sesi mengajarkan hadis pada anak dimulai dengan salam dari guru sebagai bentuk sapaan sekaligus pengingat agar anak-anak kembali fokus. Guru juga membantu merapikan tempat duduk, membangunkan yang mengantuk, dan mengajak anak-anak semangat belajar.
Penulisan tanggal hijriyah dan masehi dilakukan bersama untuk membangun komunikasi yang hangat dan tidak satu arah.
Kegiatan ini sering dilengkapi dengan ice breaking seperti permainan, cerita ringan, gerakan tubuh yang menyenangkan untuk anak. Tujuannya bukan sekadar hiburan, tetapi untuk mencairkan suasana dan membuat anak lebih siap menerima pelajaran. Dengan suasana yang hangat, anak-anak lebih mudah terlibat dan merasa nyaman.
2. Tahap Persiapan
Sebelum masuk ke materi baru, guru mengajak anak mengingat kembali pelajaran sebelumnya dengan pertanyaan ringan. Mengajarkan hadis pada anak juga diminta menyebutkan dalil hadits yang sudah dipelajari agar tidak sekadar hafal, tetapi benar-benar memahami maknanya.
Guru kemudian memberikan gambaran singkat tentang materi baru, misalnya mengaitkan isi hadits dengan pengalaman sehari-hari. Ketika anak bisa menemukan makna dari pelajaran, mereka akan lebih antusias belajar karena merasa pelajaran itu relevan dan bermanfaat.
3. Tahap Penyajian Materi dan Penanaman Nilai
Guru menyampaikan materi baru secara bertahap, dari yang mudah ke yang lebih kompleks. Kata-kata sulit dijelaskan dengan berbagai cara seperti menunjukkan benda, gambar, gerakan, atau membuat kalimat sederhana agar anak benar-benar paham.
Setelah memahami kata kunci, guru menjelaskan isi hadits sambil menanamkan nilai-nilai Islam dan akhlak mulia. Hadits dijadikan dalil untuk membentuk karakter anak. Pengucapan hadits dilakukan bersama, meniru metode Malaikat Jibril saat menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad ﷺ, agar anak lebih menghayati dan mengingat.
4. Tahap Evaluasi dan Penutup
Di akhir sesi, guru memberikan latihan dan meminta anak menjelaskan isi hadits sebagai bentuk pemahaman. Hafalan dilakukan bertahap, dimulai dari membaca bersama saat tulisan masih utuh di papan, lalu dihapus perlahan sambil anak menghafal sendiri.
Pertanyaan yang diajukan tidak hanya tentang hafalan, tetapi juga pemahaman isi hadits dan arti kata-kata penting. Setelah semua selesai, guru menutup pelajaran dengan menanamkan kembali nilai akhlak, lalu membaca hamdalah, doa penutup majelis, dan salam sebagai penutup yang penuh keberkahan.
Mengajarkan Anak Mengenal Hadits Pertama Kali Bisa dengan Cara Menyenangkan
Mengajarkan hadis pada anak adalah salah satu bentuk investasi jangka panjang yang sangat berharga. Melalui hadits, anak tidak hanya diajarkan adab dan ibadah, tapi juga ditanamkan cinta dan hormat kepada Nabi Muhammad ﷺ sejak dini.
Dengan memahami cara mengajarkan hadis pada anak secara menyenangkan dan bertahap, orang tua bisa menjadikan kegiatan ini sebagai momen bonding yang berharga. Tidak perlu menunggu anak mengerti sepenuhnya, karena sejatinya proses ini adalah bagian dari tumbuh kembang spiritual mereka.
Yuk Bunda, mulai kenalkan hadits-hadits pendek dengan cara yang menyenangkan bagi anak agar anak mudah memahami pesan dalam setiap hadisnya.
Reference
- Muhammad Irfanudin Kurniawan. 2019. Metode Pengajaran Hadist Untuk Tingkat Dasar (PAUD/TK/TPA/MI/SD). Annual Conference on Islamic Education and Social Sains. Vol 1 No 2 ↩︎