Perkembangan Bahasa Anak yang Perlu Bunda Perhatikan di Masa Usia Prasekolah
Ayah dan Bunda, masa prasekolah adalah periode emas di mana perkembangan bahasa anak melaju sangat pesat. Di usia ini, si kecil tidak hanya belajar mengucapkan kata-kata baru, tetapi juga mulai menyusun kalimat, memahami instruksi, dan mengungkapkan pikiran serta perasaannya.
Memperhatikan perkembangan ini sangat penting agar kita bisa mendeteksi dini jika ada masalah dan memberikan stimulasi yang tepat. Namun, seringkali kita bertanya, “Seperti apa sih perkembangan bahasa yang normal di usia ini?”
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda memahami perkembangan bahasa anak yang perlu diperhatikan di masa usia prasekolah. Kita akan mengupas ciri-ciri perkembangan yang normal, mulai dari perbendaharaan kata, struktur kalimat, hingga kemampuan mereka dalam bercerita.
Diharapkan dengan pemahaman ini, Anda dapat menjadi pendamping terbaik yang menstimulasi kemampuan berbahasa si kecil dengan optimal dan penuh kesabaran. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Apa Saja?
Perkembangan bahasa anak bukan terjadi secara tiba-tiba, melainkan bertahap sesuai dengan usianya. Berikut adalah tahapan-tahapan penting yang perlu Bunda ketahui:
1. Fase Pra-Bicara (Lahir hingga 10 Bulan)
Pada tahap ini, bayi mulai mengenali dan merespons suara di sekitarnya. Mereka menangis, mengeluarkan suara-suara spontan, dan mulai bermain dengan bunyi. Di usia sekitar 3 bulan, bayi mulai meniru suara yang mereka dengar dari orang tua atau pengasuh.
Menjelang usia 6 hingga 10 bulan, mereka mulai menggunakan bunyi konsonan dan vokal terbatas, seperti “ba,” “da,” atau “ma.”
Meskipun belum berbicara, bayi sudah menunjukkan kemampuan komunikasi melalui isyarat, seperti menunjuk atau mengangkat tangan untuk digendong. Orang tua bisa mendukung fase ini dengan sering mengajak bayi berbicara, menyanyikan lagu, dan merespons suara mereka. Interaksi ini membantu bayi membangun persepsi suara dan mengenali pola komunikasi dasar.
2. Fase Kata Pertama (10 hingga 13 Bulan)
Di usia ini, anak mulai memahami dan mengucapkan kata tunggal yang memiliki makna. Kata-kata seperti “mama,” “papa,” “bola,” atau “makan” mulai muncul dan digunakan untuk menyampaikan keinginan atau merespons lingkungan sekitar. Setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda dalam fase ini, sehingga variasi jumlah kosakata sangat wajar terjadi.
Selain kata-kata, anak juga menggunakan isyarat sebagai bentuk komunikasi. Misalnya, menunjuk ke anjing sambil berkata “anjing” menunjukkan bahwa mereka mulai menghubungkan kata dengan objek.
Di usia 13 bulan, anak biasanya sudah memiliki kosakata antara 17 hingga 97 kata. Orang tua bisa membantu dengan menyebutkan nama benda secara konsisten dan memberi respons positif saat anak mencoba berbicara.
3. Fase Kombinasi Kata (18 hingga 24 Bulan)
Memasuki usia 18 bulan, anak mulai menggunakan satu kata untuk menyampaikan makna yang lebih kompleks. Misalnya, saat anak berkata “susu,” itu bisa berarti mereka ingin minum susu atau meminta ASI.
Ini disebut sebagai penggunaan kata tunggal dengan arti luas. Seiring waktu, anak mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat sederhana, seperti “mama kue” yang berarti “Mama, aku mau kue.”
Fase ini menunjukkan bahwa anak mulai memahami struktur bahasa dan mampu menyusun pesan yang lebih jelas. Orang tua bisa mendukung dengan mengulang kalimat yang anak ucapkan dalam bentuk yang lebih lengkap, seperti “Kamu mau kue, ya?” Hal ini membantu anak belajar menyusun kalimat dan memperluas kosakata mereka secara bertahap.
4. Fase Tata Bahasa (20 hingga 30 Bulan)
Di tahap ini, anak mulai menunjukkan perkembangan yang lebih kompleks dalam penggunaan bahasa. Mereka mulai memahami dan menggunakan kata ganti seperti “saya,” “kita,” “dia,” atau “kamu.” Selain itu, anak mulai menyusun kalimat dengan pola yang lebih teratur dan mengikuti aturan tata bahasa sederhana, seperti subjek dan predikat.
Kecepatan anak dalam menguasai bentuk kata (morfem) juga meningkat, seperti menambahkan akhiran “-an” atau “-nya” dalam kalimat. Orang tua bisa membantu dengan terus mengajak anak berdialog, membacakan cerita, dan memberi contoh kalimat yang benar.
Fase ini sangat penting untuk membentuk kemampuan komunikasi yang efektif dan menjadi bekal anak dalam berinteraksi sosial maupun belajar di sekolah.
Deteksi dini terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak bisa meningkatkan efektivitas intervensi terapi bahasa yang diberikan.
5 Cara Sederhana untuk Mengembangkan Kemampuan Bahasa Anak
Kemampuan berbahasa adalah salah satu fondasi penting dalam tumbuh kembang anak. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga menjadi dasar bagi keberhasilan anak di sekolah dan dalam kehidupan sosialnya.
Untuk mendukung perkembangan ini, orang tua bisa melakukan berbagai stimulasi sederhana di rumah yang terbukti efektif jika dilakukan secara konsisten.
Berikut lima cara yang bisa diterapkan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan bahasa sejak dini.
1. Sering Ajak Anak Mengobrol
Mengajak anak berbicara setiap hari adalah cara paling dasar namun sangat efektif untuk merangsang kemampuan bahasa. Meskipun anak belum bisa merespons dengan jelas, tetaplah berbicara padanya seperti saat berbicara dengan orang dewasa. Ceritakan apa yang sedang dilakukan, tanyakan pendapatnya, dan dengarkan jawabannya dengan penuh perhatian.
Contoh sederhana seperti, “Hari ini kita masak ya, kamu mau bantu kupas sayur?” bisa mendorong anak untuk merespons dan belajar menyusun kata. Komunikasi dua arah ini membantu anak memahami struktur kalimat, memperluas kosakata, dan membangun kepercayaan diri dalam berbicara.
2. Bacakan Buku Cerita dengan Intonasi Menarik
Membacakan buku cerita secara rutin sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak. Pilih buku bergambar dengan kalimat yang sederhana dan bacakan dengan ekspresi yang hidup.
Gunakan intonasi yang menarik agar anak tertarik dan fokus. Setelah selesai membaca, ajak anak berdiskusi tentang isi cerita untuk melatih daya ingat dan pemahamannya.
Menunjukkan bahwa anak-anak yang rutin dibacakan buku memiliki perkembangan bahasa yang lebih cepat dibandingkan anak yang tidak. Aktivitas ini juga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak, sekaligus menjadi momen belajar yang menyenangkan.
3. Kurangi Paparan Gadget dan Televisi
Terlalu banyak waktu di depan layar tanpa interaksi nyata dapat menghambat perkembangan bahasa anak. Anak membutuhkan komunikasi langsung untuk belajar berbicara dan memahami bahasa.
Batasi waktu penggunaan gadget dan televisi, dan prioritaskan aktivitas yang melibatkan interaksi, seperti bermain peran, membaca bersama, atau bermain tebak kata.
Dengan mengurangi screen time, anak akan lebih banyak berlatih berbicara dan mendengarkan secara aktif. Ini membantu mereka membangun kemampuan bahasa secara alami dan memperkuat hubungan sosial dengan orang di sekitarnya.
4. Gunakan Bahasa yang Kaya dan Bervariasi
Saat berbicara dengan anak, usahakan menggunakan kata-kata yang beragam dan deskriptif. Misalnya, daripada mengatakan “makanannya enak,” orang tua bisa berkata, “rasanya gurih dan lembut ya, Nak.” Kalimat seperti ini membantu anak mengenal berbagai ungkapan dan memperluas pemahaman mereka terhadap bahasa.
Stimulasi bahasa yang kaya sejak usia dini berdampak besar terhadap kemampuan membaca dan menulis anak di masa depan. Semakin banyak variasi bahasa yang anak dengar, semakin cepat mereka memahami dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Bersama Pop Up Class Toddler Albata
Nah, Ayah dan Bunda jika Anda memilih prasekolah terbaik untuk membantu meningkatkan kemampuan kebahasaan anak, Anda bisa memprioritaskan pop up class Albata.
Memilih tempat pendidikan pertama bagi si kecil memang penuh pertimbangan. Di Albata, kami memahami keinginan Bunda untuk memberikan fondasi terbaik. Kami merancang kurikulum yang istimewa, memadukan metode Montessori yang fun learning dengan nilai-nilai Islam yang mendalam.
Anak-anak kami ajak belajar sirah Nabi melalui animasi yang seru, mengenal huruf Hijaiyah, dan menghafal doa serta surah-surah pendek Al-Qur’an dengan cara yang paling disukai anak.
Ustadzah profesional kami menanamkan adab, etika, menanamkan konsep tauhid, hingga fikih sederhana seperti tata cara berwudhu yang disesuaikan dengan dunia anak. Kami percaya, pondasi iman yang kuat adalah bekal terbaik untuk masa depan mereka, dan ini adalah investasi terindah yang bisa Bunda berikan.
Siap melihat si kecil tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berkarakter, dan beriman?
Yuk, kenali Albata lebih dekat dan bergabunglah dengan keluarga besar kami. Kunjungi website atau hubungi kami sekarang untuk informasi selengkapnya!
Reference
Yulia Palupi.Perkembangan Bahasa Pada Anak. 2023. Prosiding Seminar Nasional PGSD UPY.