Usia Ideal Anak Belajar Calistung dan Tahapan Belajar Menurut Montessori
Bunda, kerap kali belajar calistung ( Membaca, Menulis dan Berhitung) menjadi bagian paling sulit yang dikeluhkan anak. Bisa jadi belajar terlalu dini mungkin membebani, namun terlambat juga bisa membuat anak kurang percaya diri saat memasuki sekolah.
Metode Montessori menawarkan pendekatan yang menarik dalam mengenalkan calistung pada anak usia dini, dengan menekankan pada kesiapan individu dan pembelajaran yang menyenangkan.
Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas tentang usia ideal anak belajar calistung menurut perspektif perkembangan anak, serta tahapan belajar calistung yang direkomendasikan oleh metode Montessori.
Kita akan membahas bagaimana mengenali tanda-tanda kesiapan anak, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, dan mengenalkan konsep calistung melalui aktivitas yang menarik dan sesuai dengan minat mereka.
Dengan memahami panduan ini, diharapkan Ayah dan Bunda dapat mendampingi si kecil belajar calistung dengan cara yang tepat dan menyenangkan. Yuk, kita simak ulasan selengkapnya!
Kapan Usia Ideal Anak Belajar Calistung dan Pemahaman tentang Calistung pada Anak
Pada pendidikan usia dini, banyak orang tua merasa perlu mengajarkan anak membaca, menulis, dan berhitung atau yang dikenal dengan istilah calistung sejak usia sangat dini. Sayangnya, perlu ada pertimbangan usia tertentu anak bisa mulai belajar calistung yang tepat.
Belajar calistung pada Montessori menjadi pendekatan yang mulai banyak diminati karena lebih menghargai kesiapan alami anak daripada menuntut hasil akademis saja loh Bun. Menurut filosofi Montessori, setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda. Maria Montessori menyatakan bahwa proses belajar tidak boleh didikte dari luar, melainkan muncul dari dalam diri anak.
Namun secara umum, usia ideal anak mulai dikenalkan calistung adalah antara 5 hingga 6 tahun, ketika sistem saraf, kemampuan bahasa, dan koordinasi motorik halus mereka telah berkembang dengan cukup baik.
Jangan sampai, anak merasa terbebani dengan pembelajaran calistung. Maka dari itu, montessori punya cara khusus yang menunjukkan proses belajar calistung yang tepat. Proses pendekatan belajar calistung Montessori menjadi alternatif yang ideal untuk belajar dengan maksimal pada anak.
Pendekatan ini tidak memaksa anak langsung mengenal huruf dan angka, melainkan menyiapkan fondasi berpikir logis dan pemahaman bahasa yang kuat terlebih dahulu. Berikut manfaat metode montessori pada proses belajar calistung anak:
1. Mengembangkan Keterampilan Membaca Permulaan
Kemampuan membaca tidak hanya bergantung pada pengenalan huruf tetapi juga pada stimulasi indra. Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai materi di lingkungannya guna memahami konsep kata dan makna dengan lebih mendalam.
Orang tua bisa mengajak anak berinteraksi dengan benda-benda sekitar, seperti membaca nama buah saat berbelanja atau mengenali huruf dengan tekstur yang berbeda. Pendekatan ini membuat anak lebih tertarik dalam proses belajar membaca karena melibatkan lebih dari sekadar buku teks.
2. Menciptakan Suasana dan Proses Belajar yang Menyenangkan
Belajar membaca akan lebih efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Anak yang merasa nyaman saat belajar akan lebih mudah menyerap informasi dan menikmati proses belajar tanpa merasa terbebani.
Pendekatan bermain seperti menggunakan kartu huruf bergambar atau mendongeng dengan ekspresi yang menarik dapat membuat anak lebih antusias dalam belajar. Orang tua juga bisa melibatkan permainan peran untuk memperkuat pemahaman anak terhadap kata dan kalimat.
3. Menstimulasi Seluruh Indera dalam Proses Membaca dan Berhitung
Keterampilan membaca dapat dikembangkan dengan melibatkan lima indra anak: peraba, pendengaran, penciuman, penglihatan, dan pengecap. Ini membantu anak memahami konsep kata dengan cara yang lebih menyeluruh dan konkret.
Misalnya, orang tua bisa menggunakan huruf timbul untuk stimulasi indra peraba, memperdengarkan cerita dengan intonasi beragam untuk indra pendengaran, serta menghubungkan kata dengan aroma atau rasa untuk memperkuat ingatan anak terhadap kosa kata tertentu. Sama halnya dengan berhitung, metode montessori menerapkan kelima indra dalam kemampuan berhitung anak.
4. Mengembangkan Pembelajaran Sesuai Kepribadian Anak
Setiap anak memiliki kepribadian yang unik, sehingga pendekatan membaca yang diterapkan harus disesuaikan agar lebih efektif. Anak sanguinis mungkin lebih menikmati membaca dengan gaya ekspresif, seperti bercerita dengan suara lantang dan penuh imajinasi.
Anak koleris cenderung menyukai tantangan, sehingga permainan seperti membaca dengan target waktu atau menyusun kalimat bisa membuat mereka lebih semangat. Sementara anak melankolis akan lebih nyaman dengan buku yang rapi dan sistematis, dan anak plegmatis mungkin lebih menyukai membaca dalam suasana tenang dengan sedikit gangguan.
5 Tahapan Metode Belajar Anak Sesuai Montessori
Metode Montessori menekankan bahwa pendidikan harus mengikuti kebutuhan alami anak, bukan sebaliknya. Dalam konteks belajar calistung Montessori, ada lima tahapan utama yang dijalani anak untuk mencapai kesiapan membaca, menulis, dan berhitung secara bertahap.
Kelima tahapan ini diuraikan secara ringkas dari sumber dan didukung berbagai jurnal perkembangan anak.
1. Periode Emas untuk Mengajarkan Bahasa
Meskipun belajar bahasa bisa dilakukan kapan saja, ada fase tertentu di mana anak lebih mudah menyerap informasi. Montessori mengidentifikasi usia 0-6 tahun sebagai periode kritis bagi perkembangan bahasa karena pada fase ini otak anak berkembang pesat dalam mengenali, memahami, dan mengolah kata-kata.
Pada usia ini, anak beralih dari tidak bisa berbicara hingga mampu membaca dan menulis secara bertahap. Banyak anak bahkan bisa menguasai dua bahasa dengan cepat jika diberikan stimulasi yang tepat. Inilah sebabnya mengapa lingkungan yang kaya bahasa sangat penting bagi pertumbuhan mereka.
2. Periode Menulis Pada Anak
Anak usia 3-4 tahun biasanya mulai menunjukkan ketertarikan terhadap aktivitas menulis. Mereka gemar memegang alat tulis, mencoret-coret, serta bereksperimen dengan pola garis dan bentuk sebagai bentuk ekspresi awal mereka terhadap huruf dan kata.
Montessori menyarankan agar anak diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi kegiatan menulis tanpa tekanan. Aktivitas seperti menggambar, menulis huruf dengan jari di pasir, atau menciptakan bentuk sederhana sangat membantu dalam melatih keterampilan motorik halus mereka untuk kesiapan menulis lebih lanjut.
3. Periode Mulai Belajar Membaca
Pada usia 3-5 tahun, anak mulai tertarik dengan huruf dan simbol tulisan. Mereka penasaran dengan cara membaca kata-kata dan bagaimana bunyi huruf tersebut terangkai dalam sebuah kalimat, sehingga penting untuk memberikan pendekatan yang menyenangkan dalam belajar membaca.
Lingkungan Montessori menggunakan Sandpaper Letters untuk membantu anak belajar bentuk dan bunyi huruf melalui pengalaman taktil dan visual. Melalui metode ini, anak mengenali huruf dengan tangan mereka dan menyimpan informasi dalam otak sebagai dasar keterampilan membaca di tahap berikutnya.
4. Belajar Calistung dengan Large Movable Alphabet
Setelah anak memahami bunyi huruf secara fonetik, mereka dapat mulai menyusun kata menggunakan Large Movable Alphabet. Metode ini memungkinkan anak untuk bereksperimen dalam membentuk kata-kata dengan cara yang lebih fleksibel.
Pendekatan ini berfokus pada menumbuhkan kecintaan terhadap membaca melalui pengalaman positif, bukan dengan memaksa anak untuk menghafal atau mengikuti tes. Anak akan merasa lebih nyaman dalam mengeksplorasi keterampilan membaca karena belajar dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
5. Periode Emas untuk Belajar Matematika
Anak-anak berusia 4-6 tahun biasanya mulai menunjukkan minat terhadap angka dan pola. Mereka gemar meniru orang dewasa saat menghitung dan mulai mencoba memahami konsep bilangan menggunakan benda-benda di sekitar mereka.
Montessori mendukung penggunaan alat konkret seperti Number Rods, Short Bead Stairs, dan Golden Beads untuk membantu anak memahami konsep matematika secara visual. Dengan pengalaman langsung ini, mereka dapat mempelajari kuantitas dan operasi matematika dari hal konkret sebelum beralih ke konsep yang lebih abstrak.
Kesimpulan
Setiap anak adalah pembelajar yang unik. Mengenalkan calistung bukan soal cepat-cepatan, tapi soal kesiapan. Metode Montessori menawarkan pendekatan yang menghormati proses tumbuh kembang anak secara alami. Melalui tahapan yang jelas dan menyenangkan, anak diajak membangun keterampilan belajar calistung dari dasar yang kuat.
Dengan mengikuti pendekatan belajar calistung Montessori, orang tua dan pendidik tidak hanya mengajarkan huruf dan angka, tapi juga membentuk anak-anak yang cinta belajar, mandiri, dan percaya diri.
Reference
Friska Eprilia dkk. 2020. Pembelajaran Berbasis Metode Montessori untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kelompok di KIDS Talent. Jurnal CERIA.