7 Tips Mendisiplinkan Anak dalam Islam yang Tepat
Ayah dan Bunda, mendidik anak agar memiliki disiplin adalah salah satu pilar utama dalam pengasuhan yang Islami. Disiplin dalam Islam bukan hanya tentang kepatuhan pada aturan, melainkan pembentukan karakter yang kokoh, kesadaran akan tanggung jawab, dan ketaatan pada syariat Allah. Namun, bagaimana cara mendisiplinkan anak dalam islam dengan tepat, tanpa kekerasan, justru dengan kasih sayang dan hikmah? Kuncinya adalah pada pemahaman prinsip-prinsip Islam dalam pengasuhan.
Artikel ini hadir untuk memberikan tips mendisiplinkan anak dalam Islam yang tepat dan efektif. Kami akan membahas berbagai metode yang diajarkan dalam Islam, mulai dari teladan yang baik, penggunaan bahasa yang lembut dan penuh pengertian, memberikan konsekuensi yang mendidik, hingga mengajarkan shalat sebagai bentuk disiplin diri.
Dengan menerapkan tips-tips ini, diharapkan Ayah dan Bunda dapat membimbing si kecil menjadi pribadi yang disiplin, berakhlak mulia, dan senantiasa mencintai ajaran agamanya. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Tips Mendisiplinkan Anak dalam Islam
Islam mengajarkan bahwa disiplin bukan hanya tentang aturan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Berikut beberapa cara mendisiplinkan anak dengan pendekatan Islami.
1. Menjadi Teladan dalam Perilaku Sehari-hari
Anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan sekadar dari apa yang mereka dengar ya Bun. Maka, disiplin terbaik adalah ketika orang tua memberikan contoh nyata dalam keseharian. Jika ingin anak menghargai waktu, orang tua perlu menunjukkan ketepatan waktu terlebih dahulu.
Sebagaimana kisah para salafus shalih terdahulu, orang tua perlu menjadi teladan terlebih dahulu bagi anak, agar dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalam adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan dalam al-Qur’an:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” ( QS. al-Mumtahanah: 4).
Begitu pula dalam hal kesantunan, anak akan lebih mudah meniru perilaku lembut dan sopan jika orang tua melakukannya terlebih dahulu. Keteladanan orang tua disebut sebagai metode pendidikan karakter paling berpengaruh dalam Islam.
2. Memberi Pemahaman, Bukan Sekadar Hukuman
Islam mengajarkan bahwa mendisiplinkan anak bukan berarti menghukum tanpa memberikan pemahaman. Ketika anak melakukan kesalahan, penting bagi orang tua untuk membimbing mereka memahami mengapa perilaku tersebut tidak diperbolehkan.
Proses ini akan memperkuat kesadaran moral anak sehingga mereka belajar dengan penuh pemahaman, bukan sekadar takut akan hukuman. Dengan pendekatan yang bijaksana, anak akan lebih mampu menginternalisasi nilai-nilai disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menggunakan Komunikasi yang Lembut dan Positif
Kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa dalam membentuk karakter anak. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk berbicara dengan lembut bahkan kepada Firaun, menunjukkan bahwa komunikasi yang baik adalah kunci dalam mendidik seseorang.
Bahkan dalam sebuah hadis riwayat, sikap baik dan perkataan Rasulullah ﷺ
لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشَاوَلاَ مُتَفَحِّشَا
Nabi ﷺ bukan orang yang perkataannya keji ataupun orang yang berusaha berkata keji. Beliau juga begitu lembut dan bersahabat, lapang dada serta terbuka, sehingga rela mengulang-ulang kata-katanya supaya orang lain mengerti. Seperti hadits yang diriwayatkan melalui Anas bin Malik RA,“Rasulullah sering mengulang perkataannya sampai 3 kali supaya dimengerti dan dipahami.” (HR. Bukhari nomor 96).
Dalam mendisiplinkan anak, gunakan nada suara yang tenang, ajukan pertanyaan reflektif, dan berikan kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan perasaan. Disiplin dalam Islam bukan tentang menakuti, tetapi membentuk hati dan kesadaran anak dengan penuh hikmah.
4. Konsisten dalam Aturan Rumah Tangga
Konsistensi merupakan salah satu aspek penting dalam mendidik anak. Aturan yang berubah-ubah membuat mereka bingung dan cenderung kurang menghargai struktur yang ada di rumah.
Islam mengajarkan keteraturan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari, seperti dalam salat yang memiliki waktu serta tata cara tetap. Demikian pula dalam mendisiplinkan anak, aturan perlu diterapkan dengan konsistensi agar mereka belajar menghargai keteraturan.
5. Beri Penghargaan atas Perilaku Baik
Islam mengajarkan bahwa setiap amal baik mendapatkan balasan setimpal. Dalam konteks keluarga, anak yang menunjukkan sikap disiplin patut diberikan apresiasi, baik berupa pujian, pelukan, atau hadiah kecil sebagai bentuk motivasi.
Pendekatan ini akan memperkuat perilaku positif anak, mendorong mereka untuk terus berbuat baik tanpa merasa terpaksa. Dengan sistem penghargaan yang seimbang, anak akan lebih termotivasi dari dalam dirinya sendiri.
6. Sesuaikan Pendekatan dengan Usia dan Perkembangan Anak
Tidak semua anak memiliki tingkat pemahaman yang sama, sehingga pendekatan dalam mendisiplinkan mereka harus sesuai dengan usia dan tahap perkembangan. Anak usia dini belum mampu memahami logika abstrak sebagaimana anak yang lebih besar.
Dalam Islam, tahapan pendidikan diakui dan diterapkan secara bertahap. Contohnya, Rasulullah memperkenalkan tanggung jawab shalat kepada anak mulai usia tujuh tahun, memberi waktu bagi mereka untuk belajar sebelum benar-benar diwajibkan.
7. Libatkan Anak dalam Membuat Aturan
Anak cenderung lebih bertanggung jawab dan patuh jika mereka dilibatkan dalam penyusunan aturan di rumah. Islam mengenal prinsip musyawarah sebagai cara membangun kesepakatan bersama, termasuk dalam keluarga.
Orang tua bisa berdiskusi dengan anak tentang rutinitas, jam belajar, atau batas waktu bermain gadget agar aturan terasa lebih adil dan diterima dengan baik. Dengan pendekatan ini, disiplin menjadi bagian dari kebiasaan yang dijalankan bersama, bukan sekadar perintah sepihak.
5 Keuntungan Mendisiplinkan Anak dalam Islam
Pola asuh berbasis disiplin Islami bukan hanya tentang aturan, tetapi juga membentuk karakter dan keseimbangan emosional anak. Berikut beberapa manfaat utama dari penerapan disiplin dalam pendidikan mereka.
Dalam penjelasan Dr Risyadah Fadilah S.Psi M.Psi Psikologi Dekan Fakultas Psikolog Universitas Medan Area menjelaskan bahwa cara disiplin anak dengan dalam psikologi islam berarti mendidik anak untuk mengikuti aturan tanpa pamrih1.
Hal yang perlu diajarkan pertama kali yakni dengan mengetahui dan memahami konsep mematuhi aturan dengan kesabaran. Anak akan belajar memahami berbagai aturan dengan konsep islam seperti tanpa memukul bahkan menyakiti perasaannya dekat kata-kata yang tidak bijak.
1. Membantu Anak Tumbuh dengan Rasa Tanggung Jawab
Mendidik anak dengan disiplin Islami mengajarkan mereka bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Dengan memahami hal ini, mereka belajar bertanggung jawab terhadap tugas harian, ibadah, serta interaksi sosial yang mereka jalani.
Kebiasaan bertanggung jawab ini membentuk karakter mereka menjadi pribadi yang lebih dewasa dan mandiri. Mereka akan lebih memahami pentingnya menjaga komitmen serta bertindak dengan penuh kesadaran dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membentuk Akhlak yang Mulia
Anak yang terbiasa hidup dengan aturan akan lebih mudah memahami nilai-nilai adab dan akhlak. Mereka tidak hanya belajar membedakan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, tetapi juga memahami alasan moral serta ajaran agama yang mendasarinya.
Dengan bimbingan yang konsisten, anak akan tumbuh menjadi individu yang memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya bersikap baik kepada orang lain. Nilai-nilai ini menjadi dasar dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan bermakna.
3. Meningkatkan Keharmonisan Hubungan Orang Tua dan Anak
Disiplin yang diterapkan dengan pendekatan komunikasi yang positif akan memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak. Ketika mereka merasa didengarkan serta diperlakukan dengan adil, mereka lebih nyaman dalam menerima bimbingan.
Dengan cara ini, anak tidak merasa tertekan oleh aturan yang ada. Sebaliknya, mereka akan lebih terbuka dalam berdiskusi, sehingga mengurangi risiko pemberontakan atau trauma psikologis akibat pola asuh yang terlalu keras.
4. Mengasah Kecerdasan Emosional Anak
Saat anak terbiasa diberi tanggung jawab dan belajar mengendalikan diri, mereka akan lebih mampu mengatur emosi, memahami orang lain, serta menyelesaikan masalah dengan bijak.
Pola pengasuhan berbasis nilai Islam berpengaruh besar terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak. Dengan pendekatan yang seimbang, mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih adaptif dan bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi.
5. Menjadi Fondasi bagi Kehidupan Remaja dan Dewasa yang Seimbang
Anak yang sejak kecil diajarkan disiplin Islami akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan kehidupan di usia dewasa. Mereka memiliki kontrol diri yang baik serta mampu membuat keputusan dengan bijak berdasarkan nilai-nilai agama yang telah tertanam dalam diri mereka.
Kebiasaan ini membantu mereka menjalani kehidupan dengan keseimbangan antara aspek duniawi dan spiritual. Dengan landasan yang kuat, mereka dapat berpegang teguh pada prinsip Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pergaulan dan dunia kerja.
Kesimpulan
Disiplin dalam Islam bukan tentang hukuman, melainkan tentang mendidik hati dan akhlak. Orang tua memiliki peran sentral dalam menanamkan kebiasaan baik sejak dini.
Dengan pendekatan yang sesuai nilai Islam, seperti teladan, komunikasi lembut, dan konsistensi, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, taat, dan berakhlak mulia. Mendisiplinkan anak dalam Islam bukan hanya soal aturan, tetapi juga soal cinta yang disampaikan dengan bijaksana.
Sebagai orang tua, mari jadikan rumah sebagai tempat terbaik bagi anak untuk belajar tentang tanggung jawab, disiplin, dan kasih sayang. InsyaAllah, anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi shalih dan bijak di masa depan.
Reference
- Risydah Fadilah. S.Psi., Mpsi. Metode Disiplin Pada Anak Dalam Psikologi Islam. Dosen Psikologi Dekan Fakultas Psikologi Universitas Medan Area. ↩︎