Mengenal Pola Asuh Tiger Parenting Menurut Islam dan Karakteristiknya
Pola asuh orang tua seringkali menjadi menjadi bagian dari metode pembelajaran anak-anak yang menentukan kebiasan, karakter dan cara anak memahami sekitar. Namun, pada proses ini, ada berbagai macam cara orang tua dalam membentuk perilaku anak yakni tiger parenting. Lantas, bagaimana tiger parenting menurut islam dan apa pola asuh yang benar.
Baru-baru ini, sejumlah media massa tengah membahas salah satu pola parenting yang cukup kontroversial. Tiger parenting yang mendidik dengan cara kedisiplinan dan keunggulan secara akademis ini bisa menambah tekanan pada anak.
Sayangnya, pola asuh tiger parenting kerap kali menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai pola asuh yang menekankan pada pencapaian ini? Apakah tiger parenting sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang diajarkan dalam agama Islam?
Artikel ini akan mengupas tuntas tiger parenting menurut Islam dengan menyoroti kelebihan, kekurangan, serta alternatif pola asuh yang lebih sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
Apa Itu Tiger Parenting?
Tiger parenting merupakan sebuah pendekatan dalam mendidik anak yang tidak hanya menekankan pada kompetensi anak dalam berbagai bidang, tetapi juga mengintegrasikan dukungan yang kuat dari orang tua serta manajemen yang berkelanjutan.
Dengan kata lain, tiger parenting bukanlah sekadar memberikan tuntutan tinggi, tetapi juga hadir sebagai support system yang kokoh bagi anak.Pada akhirnya, pola parenting seperti ini hampir tidak memiliki ruang untuk anak melakukan negosiasi dan menyuarakan pendapat.
Orang tua juga kerap kali membatasi sosialisasi anak demi anak bisa belajar dan berkegiatan ekstrakurikuler yang tinggi. Maka dari itu, tidak heran jika orang tua selalu menggunakan emosional dan hukuman fisik untuk mendisiplinkan anak mereka.
Karakteristik Tiger Parenting
Dalam kutipan sebuah buku karya Amy Chua berjudul Battle Hymn of The Tiger Mom. Orang tua yang ketat dan menawarkan strategi parenting dalam pengasuhan ini memiliki banyak aturan dan kontrol yang diberikan kepada anak. Nah, berikut sejumlah karakteristik tiger parenting.
Terlalu Ketat
Dalam tiger parenting, fokus utama orang tua tertuju pada kesuksesan jangka panjang anak-anak mereka, tak jarang dengan mengorbankan keseimbangan hidup mereka. Kerja keras menjadi hal utama, di mana segala upaya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Orang tua yang menganut gaya asuh ini percaya bahwa pengorbanan di masa muda akan berbuah manis di kemudian hari, sehingga mereka rela melakukan apapun demi mengantarkan anak-anak mereka menuju gerbang kesuksesan.
Harapan yang Tinggi
Orang tua yang menerapkan pola asuh tiger parenting memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap anak-anak mereka. Mereka tidak hanya menginginkan anak-anaknya berprestasi, tetapi juga memberikan upaya terbaik dalam segala hal yang mereka lakukan.
Bagi mereka, kesuksesan anak adalah cerminan dari keberhasilan orang tua dalam mendidik. Oleh karena itu, mereka akan melakukan segala cara untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mencapai potensi maksimal mereka.
Rasa Takut Menjadi Pondasi Utama Parenting
Sayangnya, pola asuh dengan tiger parenting ini membuat anak-anak diharapkan untuk selalu menghormati dan menuruti perkataan orang tua tanpa banyak bertanya atau membantah. Mereka tidak diberi ruang untuk menyampaikan pendapat atau perasaan mereka, apalagi jika berbeda dengan pandangan orang tua.
Ketidakpatuhan atau penentangan akan dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan dan tidak menghormati orang tua. Hal ini yang menyebabkan komunikasi orang tua dan anak menjadi semakin memburuk.
Ruang Apresiasi yang Minim
Pola asuh ini tidak memberikan penekanan pada pengembangan kemampuan pengaturan diri atau pemikiran mandiri pada anak. Anak-anak terbiasa untuk selalu bergantung pada orang tua dalam mengambil keputusan, sehingga mereka kurang terlatih untuk berpikir kritis, mengevaluasi pilihan, dan bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan mereka.
Kekurangan Tiger Parenting
Orang tua yang menerapkan pola asuh pendidikan anak dengan tiger parenting dianggap bisa membahayakan kesehatan mental anak. Berikut, sejumlah kekurangan dari tiger parenting yang bisa Anda perhatikan.
Menyebabkan Tingkat Stress yang Tinggi
Anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang ketat dapat meningkatkan stress yang tinggi pada anak. Hal ini dikarenakan orang tua banyak memberikan penekanan terhadap pencapaian dan jarang memberikan apresiasi
Risiko Burnout
Kelelahan mental pada anak bisa mengakibatkan anak mengalami burn out. Hal ini dikarenakan anak terbiasa untuk belajar ekstrim dengan ekspektasi yang tinggi. Pada akhirnya, jika anak gagal dalam pembelajaran, orang tua akan lebih ketat untuk mendisiplinkan anak.
Berpotensi Merusak Hubungan Anak dan Orang Tua
Beban belajar yang tinggi serta orang tua yang menginginkan anak mendapatkan semua pencapaian sesuai ekspektasinya membuat hubungan keduanya cenderung lebih longgar. Anak Orang tua juga melupakan kasih sayang yang seharusnya diberikan kepada anak sebagai bagian dari proses belajarnya.
Menurunkan Kemampuan Anak untuk Mandiri
Kemampuan anak dalam hal kemandirian bisa berkurang mengingat orang tua lebih banyak mengontrol anak. Hal ini juga didukung melalui komunikasi yang buruk serta keinginan orang tua yang cenderung berpihak pada ekspektasi dan harapannya saja.
Tiger Parenting Menurut Islam
Melihat tiger parenting menjadikan anak tumbuh pada pola asuh lingkungan yang ketat dan batasan yang ekstrim. Lalu, bagaimana tiger parenting menurut islam? Berikut penjelasan selengkapnya.
Menanggapi adanya peran orang tua dalam mengasuh anak diatas, Al-Qur’an sudah memberikan gambaran mengenai pola asuh anak yang sesuai. Misalnya dalam Q.S At-Tahrim ayat 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah ﷻ terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Pada ayat Al-Qur’an ini, orang tua terlibat dan memiliki tanggungjawab untuk menjaga pola asuh anak hingga dewasa. Salah satu aspek perkembangan anak yang perlu dilibatkan adalah bimbingan orang dengan penuh kasih sayang untuk mengembangkan perilaku sosial-emosional.
Dalam proses mengenal emosional ini, orang tua harus mulai membiasakan diri memperhatikan pendidikan karakter anak. Menjadi tugas orang tua untuk mengambil langkah dalam pengasuhan yang sesuai.
Pola asuh dalam islam juga menerapkan berbagai cara positif untuk menunjang kemajuan anak. Misalnya berorientasi pada hak dan tanggungjawab orang tua, menentukan pembentukan insan yang kamil dan berfokus pada kasih sayang.
Maka dari itu, tiger parenting kurang cocok untuk diaplikasikan pada anak sebab membentuk perilaku yang islami harus dilandasi dengan perilaku yang baik dengan nilai-nilai islam yang selalu terjaga.
Anda bisa mulai menerapkan parenting islami yang sesuai dengan ajaran sunnah dan Al-Quran dengan membentuk anak penuh kasih sayang, perhatian dan menekankan pada apresiasi.