5 Tantangan Belajar Mengaji untuk Anak di Luar Negeri
Sebagai orang tua yang tinggal di mancanegara, Anda tentu memahami betul betapa uniknya tantangan dalam menanamkan kecintaan pada Al-Qur’an kepada buah hati. Jauh dari lingkungan mayoritas Muslim dan keterbatasan akses ke guru mengaji secara offline bisa menjadi kendala tersendiri. Maka dari itu, tantangan belajar mengaji ini perlu untuk dipertimbangkan Ayah dan Bunda.
Meskipun ada rintangan, selalu ada jalan untuk menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan anak-anak kita di perantauan. Mulai dari minimnya komunitas hingga perbedaan kurikulum pendidikan, setiap tantangan memiliki solusi kreatif yang bisa Anda eksplorasi.
Temukan dalam artikel ini identifikasi masalah yang sering muncul dan inspirasi langkah-langkah praktis untuk menjaga agar anak-anak tetap terhubung dengan kitab suci, di mana pun mereka berada.
Artikel ini mengulas 5 tantangan umum yang sering dihadapi dalam mengajarkan anak mengaji di luar negeri, sekaligus memberikan perspektif untuk menghadapinya dengan bijak.
Mengapa Belajar Islam di Luar Negeri Sulit?
Tinggal di luar negeri membawa banyak pengalaman baru untuk keluarga, termasuk dalam hal pendidikan. Namun, bagi keluarga Muslim, ada satu tantangan besar yang tak bisa diabaikan: bagaimana anak-anak tetap bisa belajar Islam dan mengaji Al-Qur’an dengan baik. Di tengah lingkungan yang mayoritas non-Muslim, menjaga nilai keislaman menjadi sebuah perjuangan yang nyata.
Anak-anak yang tumbuh di luar negeri seringkali memiliki akses terbatas terhadap pendidikan agama yang memadai. Sekolah umum di negara Barat, misalnya, umumnya tidak menyediakan pelajaran agama Islam.
Sementara itu, komunitas Muslim lokal mungkin belum tentu memiliki sarana belajar mengaji yang memadai, terstruktur, atau sesuai dengan kebutuhan anak-anak diaspora. Tantangan belajar mengaji menjadi bisa dihadapi ketika ayah dan Bunda memutuskan bergabung dengan komunitas muslim di luar negeri.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa keluarga Muslim di Eropa menghadapi kesulitan menjaga pendidikan agama anak karena keterbatasan institusi lokal yang memahami konteks budaya dan spiritual Islam secara mendalam.
Maka, tidak heran jika Bunda dan anak perlu melakukan adaptasi kembali jika ingin tinggal di luar negeri diantaranya:
- Adaptasi dengan Budaya Baru
Anak-anak akan rentan mengalami kebingungan identitas budaya, apalagi jika tidak dibiasakan mengenal budaya asalnya. Budaya baru ini juga akan membuat anak terbiasa dengan kebiasaan baru yang berbeda dengan kebiasaan asalnya.
Budaya barat tentu memiliki nilai-nilai tersendiri dan sulit untuk disesuaikan dengan nilai islam. Maka dari itu, tantangan bagi anak yang belajar di luar negeri yakni perlu menyesuaikan dan menghargai budaya baru tanpa menghilangkan nilai islam.
- Kesulitan Bahasa dan Sosialisasi Awal
Pada saat usia anak masih muda, ada beberapa perbedaan bahasa bisa menyebabkan anak merasa terisolasi, tidak percaya diri, bahkan mengalami keterlambatan dalam perkembangan sosial.
Maka dari itu, Bunda perlu memberikan pembelajaran mengenai bahasa baru di negara yang akan Anda dan keluarga tempati. Pastikan anak mendapatkan kesempatan belajar dengan nyaman dan sesuai dengan kemampuannya.
- Rasa Kehilangan Teman Sepermainan di Indonesia
Anak-anak juga bisa merasa kehilangan, terutama jika harus meninggalkan keluarga besar, teman, dan rutinitas lama yang sudah akrab selama tinggal di Indonesia. Anda perlu menjaga semangat si kecil agar bisa dengan mudah beradaptasi tinggal di negara baru.
Anda bisa mulai dengan membiasakan anak dengan rutinitas yang sama selama tinggal di Indonesia. Hal ini membuat anak mengetahui budaya Indonesia di rumah meski di luar ia akan bermain dengan teman sepermainan dari luar negeri.
Dengan mengetahui risiko dan manfaat tersebut, Bunda bisa menyiapkan strategi terbaik untuk membantu proses adaptasi anak tinggal di luar negeri menjadi lebih lancar.
5 Tantangan Belajar Mengaji bagi Anak di Luar Negeri dan Solusinya
Sama halnya dengan tantangan belajar islam di luar negeri. Tantangan belajar mengaji bagi anak di luar negeri juga bukanlah hal yang mudah Bunda. Ada beberapa kesulitan yang akan dialami mulai dari minimnya akses guru hingga ruang belajar yang memadai.
Berikut sejumlah tantangan belajar mengaji di luar negeri dan solusinya yang bisa Anda coba untuk membantu anak beradaptasi dengan lingkungan baru di luar negeri.
1. Minimnya Akses ke Guru Ngaji Berkualitas
Tantangan belajar mengaji yang pertama, ada banyak negara, sulit menemukan guru ngaji yang memahami tajwid, tahsin, dan metode pembelajaran anak. Bahkan jika ada, jadwal yang terbatas dan biaya tinggi sering menjadi hambatan.
Caranya, Anda bisa mengikut program mengaji online dengan pengajar dari Indonesia yang sudah terverifikasi. Lembaga terpercaya seperti Albata menyediakan layanan les mengaji privat dengan pendekatan yang ramah anak dan waktu yang fleksibel, khusus bagi keluarga diaspora.
2. Bahasa Pengantar yang Tidak Mendukung
Tantangan belajar mengaji yang selanjutnya, anak-anak di luar negeri sering lebih fasih berbahasa Inggris, Prancis, atau bahasa lokal lainnya daripada bahasa Indonesia atau Arab. Hal ini membuat pembelajaran Al-Qur’an menjadi kurang maksimal karena mereka kesulitan memahami arti dan konteks ayat.
Solusinya, gunakan metode bilingual dalam belajar. Pilih guru yang bisa menjelaskan materi dalam bahasa yang dipahami anak, namun tetap mengenalkan istilah Arab dan makna ayat secara perlahan. Menurut penelitian ada sejumlah pendekatan ini efektif dalam membangun pemahaman mendalam dalam dua bahasa.
TPQ Online Albata anak bisa mendapatkan kesempatan menggunakan dua bahasa pengantar yang berbeda. Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ayah dan Bunda Anda bisa memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dalam pengantar pembelajaran.
Albata juga telah mendapat banyak testimoni positif dari para orang tua yang merasakan manfaat besar, baik dari sisi kemajuan membaca Al-Qur’an anak, maupun dari sisi spiritualitas dan kedisiplinan.
3. Lingkungan Sosial yang Minim Dukungan
Tinggal di lingkungan yang mayoritas non-Muslim membuat anak tidak memiliki banyak teman yang juga belajar Al-Qur’an. Ini bisa menurunkan motivasi mereka karena merasa “berbeda”.
Libatkan anak dalam komunitas Muslim lokal, seperti Islamic Center atau komunitas online sesama anak Indonesia-Muslim di luar negeri. Jika memungkinkan, buat kelompok kecil belajar mengaji bersama secara virtual. Ini bisa jadi ruang sosial sekaligus spiritual bagi anak-anak. Tantangan belajar mengaji menjadi mudah dilakukan dengan lingkungan yang mendukung.
4. Perbedaan Zona Waktu dan Jadwal Kegiatan
Anak-anak diaspora sering memiliki jadwal sekolah yang padat. Ditambah lagi, perbedaan waktu dengan Indonesia membuat penjadwalan belajar mengaji jadi lebih rumit.
Gunakan platform belajar mengaji yang menyediakan jadwal fleksibel dan privat, sehingga bisa disesuaikan dengan waktu luang anak. Pastikan pembelajaran dilakukan dalam suasana santai namun konsisten, cukup 2–3 kali seminggu agar tidak membuat anak stres.
5. Kurangnya Keteladanan dan Konsistensi di Rumah
Anak-anak belajar dari melihat. Namun ketika orang tua juga sibuk atau kurang rutin membaca Al-Qur’an, anak bisa kehilangan panutan.
Jadikan momen mengaji sebagai aktivitas keluarga. Misalnya, orang tua ikut menyimak atau belajar bersama anak. Penelitian lain menyebutkan, keterlibatan orang tua dalam aktivitas spiritual anak sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan keimanan anak.
Belajar Pembelajaran Islam Sesuai Sunnah dan Al-Qur’an Bersama TPQ Online Albata
Untuk membantu Bunda dan ayah menemukan lembaga pendidikan untuk belajar Al-Qur’an dan islam yang terakreditasi. Kami memberikan rekomendasi untuk memilih TPQ Online Albata.
Melalui platform daring ini, anak-anak tidak hanya mempelajari nilai-nilai Islam secara mendalam seperti tauhid, tahsin, fiqih, akhlak, adab, hingga sirah, tetapi juga berkesempatan untuk menghafal Al-Qur’an (tahfidz) dengan bimbingan yang tepat.
TPQ Albata Online menawarkan solusi cerdas bagi pendidikan agama Islam anak usia 3 hingga 13 tahun. Dengan menggunakan metode Fun Learning yang interaktif, anak-anak dapat mempelajari Al-Qur’an dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, semuanya dilakukan dari kenyamanan rumah mereka sendiri.
Saat ini TPQ Online Albata mempunyai murid-murid dari berbagai penjuru dunia, mulai dari benua Asia, Eropa, Amerika, hingga Oseania. Dan hingga saat ini, murid terbanyak berasal dari benua Asia, diantaranya Qatar, Oman, UAE, Thailand, Singapore, Taiwan, Jepang dan juga Indonesia sendiri.
Jauhnya jarak tidak membatasi kualitas pembelajaran di Albata untuk seluruh murid karena kelas dikemas dengan menyenangkan. Kami juga terhubung dari berbagai negara dan telah memiliki 9000 siswa dari dalam dan luar negeri.
TPQ Online Albata membantu orang tua untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak dengan pengajaran terbaik bersama ustadzah profesional. Segera daftarkan putra-putri Anda di TPQ Teens Albata Online dan saksikan mereka tumbuh menjadi generasi Qurani yang cerdas dan berakhlak mulia.
Ingin informasi selengkapnya mengenai TPQ Online Albata untuk internasional? Hubungi kami melalui button whatsaap dibawah ini ya.