Lembaga Pendidikan Montessori Islam

5 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang, Bunda Perhatikan Perilaku Anak Ya!

kurang kasih sayang anak
April 25, 2025

Bunda menjaga kasih sayang orang tua kepada anak bisa membantu memaksimalkan tumbuh kembangnya. Kehadiran dan perhatian tulus dari orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhan emosional, tetapi juga berperan penting dalam kesehatan mental anak dengan memastikan anak tidak mengalami kurang kasih sayang.

Namun, terkadang tanpa disadari, kesibukan atau tekanan hidup membuat kita mungkin kurang memberikan curahan kasih sayang yang cukup. Sebagai orang tua yang selalu ingin memberikan yang terbaik, penting bagi kita untuk peka terhadap tanda-tanda ketika anak mungkin merasa kurang kasih sayang. 

Artikel ini akan mengulas lima perilaku yang bisa menjadi sinyal bagi Bunda untuk lebih memperhatikan kebutuhan emosional si kecil. 

Dengan mengenali tanda-tanda ini sejak dini, kita dapat segera mengambil langkah yang tepat untuk mempererat ikatan cinta dan memastikan anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang bahagia dan percaya diri. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Pentingnya Kasih Sayang Bagi Anak dan Bentuk Pola Asuh pada Anak

Kasih sayang bukan sekadar pelukan atau ucapan sayang. Lebih dari itu, kasih sayang merupakan pondasi utama dalam tumbuh kembang anak, baik dari sisi emosi, sosial, maupun psikologis. Saat anak merasa dicintai dan diterima, mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, stabil secara emosional, dan mampu membangun relasi yang sehat dengan orang lain.

Anak yang mendapat cukup kasih sayang dari orang tuanya cenderung memiliki daya tahan stres yang lebih baik, perkembangan otak yang lebih optimal, serta kemampuan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang mengalami keterbatasan kasih sayang. Sebaliknya anak yang kurang kasih sayang akan berakibat pada kepercayaan dirinya.

Namun, bentuk kasih sayang pada anak bukan hanya dalam bentuk fisik. Kasih sayang juga hadir melalui pola asuh yang diterapkan. Berikut beberapa contoh pola kasih sayang orang tua kepada anak yang berdasarkan sumber ilmiah Konsep Pola Asih Orang Tua Universitas Muhammadiyah Surabaya1.  

1. Memberikan Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan fondasi utama dalam pendidikan anak usia prasekolah. Meski mereka belum mampu mengekspresikan secara verbal, mereka bisa merasakan kehangatan dan perhatian dari orang tua melalui interaksi sehari-hari.

Ekspresi cinta seperti pelukan, senyuman, serta kelembutan dalam berbicara membantu anak merasa aman dan dihargai. Dengan kasih sayang yang konsisten, mereka tumbuh dengan rasa percaya diri dan hubungan emosional yang sehat.

2. Memberikan Perhatian dan Motivasi

Mendengarkan anak dengan penuh perhatian membangun kepercayaan antara orang tua dan anak. Memberikan respons yang hangat ketika mereka berbicara membantu mereka merasa didukung dan dihargai.

Selain itu, memberikan motivasi dan semangat dalam setiap aktivitasnya membantu anak berkembang lebih optimal. Dengan dorongan positif, mereka menjadi lebih percaya diri dalam mencoba hal baru dan menghadapi tantangan.

3. Memberikan Bimbingan dan Arahan Saat Bermain

Bimbingan saat bermain sangat penting untuk membantu anak menghadapi kesulitan dan memahami aturan dalam aktivitas mereka. Orang tua berperan dalam mengarahkan dan memberikan contoh agar anak belajar dengan cara yang menyenangkan.

Bimbingan ini juga berfungsi sebagai bentuk dukungan psikologis bagi anak. Dengan pendampingan yang tepat, mereka belajar mengelola emosi, memahami lingkungan, serta mengembangkan keterampilan sosial dan kognitifnya.

4. Membantu Anak Saat Mengalami Kesulitan

Ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar atau bermain, orang tua perlu hadir untuk memberikan bantuan. Dukungan ini memungkinkan mereka merasa lebih percaya diri dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Selain membantu, orang tua juga dapat memberikan nasihat yang membangun. Kata-kata yang bijak dan penuh pengertian akan membantu anak memahami cara mengatasi tantangan dengan sikap yang lebih tenang dan bijaksana.

5. Memenuhi Kebutuhan Bermain Anak

Bermain adalah bagian penting dalam perkembangan anak, sehingga orang tua perlu menyediakan sarana yang mendukung aktivitas ini. Mainan edukatif, alat tulis, dan peralatan lain membantu anak belajar sambil bermain dengan cara yang efektif.

Selain itu, dukungan dalam bentuk fasilitas yang memadai memastikan anak dapat beraktivitas tanpa hambatan. Dengan akses terhadap sarana yang tepat, mereka memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi kreativitas serta meningkatkan keterampilan mereka.

6. Menciptakan Suasana Bermain yang Aman dan Nyaman

Lingkungan bermain yang nyaman sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Ruang yang bersih dan aman memungkinkan mereka bereksplorasi dengan bebas tanpa merasa cemas atau khawatir.

Perhatian dari orang tua dan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif akan meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan kondisi yang mendukung, anak lebih mudah menyerap informasi dan menikmati setiap tahap perkembangannya.

Sebaliknya, ketika kasih sayang ini berkurang atau bahkan absen, akan ada tanda-tanda tertentu yang muncul dalam keseharian anak. Mereka bisa menjadi lebih pendiam, agresif, atau justru terlalu menuntut perhatian. Nah, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda anak kurang kasih sayang sedini mungkin, agar bisa segera diperbaiki.

5 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang, Adanya Perubahan Sikap 

 

Mengenali bahwa anak kurang kasih sayang bukanlah hal mudah, karena mereka belum tentu bisa mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Namun, bahasa tubuh dan perubahan perilaku bisa jadi sinyal yang sangat jelas. Berikut 5 tanda yang perlu Bunda perhatikan:

1. Sering Menarik Diri atau Terlalu Menempel

Anak yang kurang kasih sayang bisa menunjukkan dua reaksi ekstrem seperti menarik diri dari lingkungan atau terlalu menempel pada orang lain.

Anak yang menarik diri cenderung pendiam, tidak antusias bermain, atau takut menghadapi lingkungan baru. Sebaliknya, anak yang terlalu menempel menunjukkan kecemasan berpisah yang berlebihan dan terus mencari perhatian karena merasa kosong secara emosional.

Menurut sejumlah penelitian pola ini menunjukkan kegagalan anak dalam membangun attachment yang aman (secure attachment).

2. Sering Marah dan Tidak Terkontrol

Jika anak sering marah tanpa alasan yang jelas, mudah tantrum, atau menunjukkan perilaku agresif, itu bisa jadi ekspresi dari emosi yang terpendam akibat kurangnya perhatian dan pelukan hangat.

Anak tidak tahu cara mengkomunikasikan perasaan kehilangan atau kesepian mereka, sehingga emosi itu keluar dalam bentuk ledakan.

3. Mencari Perhatian Secara Berlebihan

Anak kurang kasih sayang kerap melakukan hal-hal yang bisa membuat orang dewasa memperhatikannya, meskipun dengan cara negatif. Misalnya, menangis berlebihan, membuat keributan di tempat umum, sengaja melanggar aturan demi mendapatkan perhatian orang tuanya. 

Ini bukan karena anak nakal, tapi karena mereka belum merasa “cukup dilihat”. Menurut psikolog anak, perhatian negatif tetap lebih baik bagi anak daripada tidak diperhatikan sama sekali.

4. Prestasi Menurun dan Sulit Fokus

Anak yang merasa tidak dicintai atau tidak cukup diperhatikan cenderung mengalami penurunan motivasi belajar. Mereka bisa kehilangan semangat untuk menyelesaikan tugas, sulit fokus, atau bahkan mengalami regresi perkembangan, seperti kembali mengompol atau tidak mau tidur sendiri.

Kasih sayang yang konsisten dari orang tua memberi rasa aman. Ketika itu tidak ada, anak bisa merasa cemas, dan otaknya berada dalam kondisi “siaga bahaya” terus-menerus.

5. Menunjukkan Perilaku Tidak Percaya Diri

Anak yang kurang kasih sayang akan kesulitan membentuk konsep diri yang sehat. Mereka kerap kali tidak percaya diri, mengurung diri dari pergaulan, enggan berteman dan masih banyak lagi. 

Anak juga bisa merasakan ragu-ragu mengambil keputusan, takut mencoba hal baru, sering berkata “aku nggak bisa” sebelum mencoba. Hal Ini adalah refleksi dari kurangnya penguatan positif dan kehadiran emosional dari orang tua.

Kasih Sayang Tak Bisa Digantikan oleh Mainan Mahal

Orang tua zaman sekarang kerap merasa bersalah karena sibuk bekerja, lalu menggantinya dengan mainan mahal atau gadget canggih. Sayangnya, kasih sayang tidak bisa dibeli. Yang anak butuhkan adalah kehadiran, perhatian, pelukan hangat, dan obrolan tulus dari orang yang mereka cintai.

Mengutip jurnal menjelaskan kedekatan emosional dengan orang tua secara langsung berkorelasi dengan penurunan risiko gangguan perilaku dan gangguan kecemasan pada anak usia 3–7 tahun.

Penuhi Kasih Sayang Anak Secara Sempurna Ya Bunda! 

Setiap anak berhak mendapatkan cinta dan perhatian penuh dari orang tuanya. Mengenali tanda-tanda anak kurang kasih sayang adalah langkah awal untuk memperbaiki hubungan dan memenuhi kebutuhan emosional mereka.

Bunda dan Ayah tidak harus sempurna. Tapi kehadiran yang konsisten, penuh perhatian, dan kasih sayang tulus akan meninggalkan bekas positif seumur hidup dalam diri anak. Ingat, anak yang dicintai hari ini, akan tumbuh menjadi pribadi yang mencintai dan menyayangi orang lain di kemudian hari.

Referensi 

  1. Zahrah. 2016. Konsep Pola Asih Orang Tua. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surabaya. Diakses pada 2025. ↩︎

8 Comments on 5 Tanda Anak Kurang Kasih Sayang, Bunda Perhatikan Perilaku Anak Ya!

  • Muhamad Yasin Jawa Tengah April 30, 2025 at 6:43 am Reply

    Artikel ini sangat membantu sebagai bekal saya sebagai orangtua anak saya perempuan yang saya asuh sendiri sejak ibunya meninggal,saya sangat berterimakasih dengan artikel ini👍

    • Ella Albata May 9, 2025 at 9:12 am Reply

      Alhamdulillah, terima kasih sudah membaca artikel kami. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan keberkahan dalam setiap langkah mendampingi tumbuh kembang anak ya Pak.😊

  • Muhamad Yasin April 30, 2025 at 6:48 am Reply

    Dizaman sekarang ini dlm mengasuh anak,saya menerapkan jadwal anak main hp seminggu dua kali,tiap hari Jum’at dan Ahad/Minggu itupun dlm waktu 5jam,dan Alhamdulillah berjalan meski masih sering berbenturan dg berbagai kendala,apakah cara yg saya terapkan baik menurut orang tua yg lain?

    • Ella Albata May 9, 2025 at 10:02 am Reply

      Bismillah..
      Baik. Mengenai batasan screen time atau waktu bermain handphone untuk anak perlu disesuaikan dengan usianya ya Pak.

      Menurut penjelasan psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo.,S.Psi.,Psikolog.,M.psi jadwal bermain handphone anak setiap usia tidak sama durasinya.

      Jika putri bapak berusia dibawah 2 tahun, maka disarankan untuk tidak bermain gadget sama sekali. Bapak bisa mengganti kegiatan bermain handphone dengan aktivitas lainnya.

      Selanjutnya, apabila anak berusia 2-5 tahun, maka batas maksimal bermain handphone hanya 1-2 jam saja setiap harinya. Hindari konten atau tontonan berdurasi pendek ya Pak. Sebab, tontonan berdurasi pendek bisa mempengaruhi emosional anak.

      Lalu, bila anak sudah masuk usia remaja 10-18 tahun, jadwal bermain handphone bisa lebih fleksibel asal tidak menganggu waktu tidur, belajar hingga bersosialisasi.

      Dari jadwal yang bapak terapkan, jika anak berusia diatas 2 tahun, maka bermain handphone setiap dua kali sepekan dengan durasi masing-masing lima jam, masih diperbolehkan ya Pak. Sebab, dalam penjelasan sebelumnya, maksimal waktu screen time anak berdurasi sekitar 7-14 jam per minggu.

      Berikut informasi yang bisa kami sampaikan, semoga menjawab.

  • Riski rindani May 1, 2025 at 5:36 am Reply

    Bismillah..
    Apakah anak 10 tahun bisa diperbaiki mentalnya,,
    Karena saya merasa anak perempuan saya yg usia 10thn ini sangat kurang kasih sayang,,perhatian,,sering sya marahin dan mungkin sud

    • Ella Albata May 10, 2025 at 10:16 pm Reply

      Bismillah, Bumin coba bantu menjawab ya, Bu. Pertama-tama, mohon jangan menyalahkan diri sendiri ataupun merasa kecil hati karena sikap anak belum sesuai harapan.

      Setiap orang tua pasti sudah memberikan pola asuh terbaik bagi buah hatinya. Hanya saja, kita masih kebinggungan menemukan pola asuh yang tepat untuk anak.

      Jika Ibu sudah menyadari bahwa ada sikap atau perilaku kita yang mempengaruhi kondisi anak saat ini, maka tanamankan dalam diri Ibu bahwa kondisi mental anak bisa diperbaiki.

      Pertama Ibu bisa mulai dengan lebih sering mendengarkan anak. Anda bisa membuka obrolan dan mendengar anak tanpa terlalu banyak intrupsi.

      Selanjutnya, jangan malu untuk meminta maaf jika Ibu terbawa emosi atau membentak anak secara berlebihan ya.

      Terakhir, jangan lupa untuk membangun kepercayaan anak. Mulai dengan menyediakan Waktu untuk anak hingga menvalidasi perasaan anak dengan bahasa tubuh yang mendukung seperti tersenyum, kontak mata dan sentuhan.

      InsyaAllah, tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah menjadi orang tua yang lebih baik yang bukan hanya mencintai namun juga menunjukkan cinta dengan cara yang dirasakan anak.

      Semoga jawaban ini bisa membantu menjawab pertanyaan ya Bu. Baarakallaahu fiikum.

  • Ema May 10, 2025 at 4:28 pm Reply

    Wah, informatif sekali artikel ini, terima kasih sudah membahasnya

    • Ella Albata May 10, 2025 at 7:18 pm Reply

      Terima kasih banyak, Bu, atas apresiasinya. Kami sangat senang jika artikel ini bisa memberi manfaat. Jangan ragu mampir lagi ke website kami, InsyaAllah kami senantiasa berusaha menghadirkan informasi dan edukasi terbaik untuk Ibu dan keluarga tercinta😊

  • Leave A Comment:

    Your email address will not be published. Required fields are marked *