Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Tahap Perkembangan Psikis Anak Usia 10-13 Tahun: Tahapan dan Cara Menghadapinya

perkembangan psikis anak
April 14, 2025

Bunda saat anak mulai memasuki usia 10 hingga 13 tahun, anak-anak kita berada dalam periode penting yang sering disebut sebagai masa remaja awal atau pra-remaja. Maka dari itu, pada usia ini anak tidak hanya mengalami perubahan secara fisik namun ada perkembangan psikis anak yang juga mengalami perkembangan. 

Pada masa ini, anak-anak mulai menunjukkan ketertarikan yang lebih besar pada teman sebaya, membentuk identitas diri, dan mengembangkan pemikiran yang lebih abstrak. 

Mereka mungkin mulai mempertanyakan otoritas, menunjukkan perubahan suasana hati yang lebih fluktuatif, serta memiliki keinginan untuk lebih mandiri.

Memahami tahapan perkembangan psikis anak pada usia ini menjadi kunci bagi kita sebagai orang tua untuk dapat mendampingi mereka secara efektif. 

Dengan mengenali setiap fase yang mereka lalui, kita dapat memberikan dukungan yang tepat, membangun komunikasi yang sehat, serta membantu mereka melewati masa transisi ini dengan lebih positif dan percaya diri. Yuk, kita simak bersama pada artikel dibawah ini. 

Memahami Pentingnya Mengetahui Perkembangan Psikis Anak Remaja

Masa usia 10–13 tahun merupakan masa transisi penting dari anak-anak menuju remaja awal, atau yang biasa disebut pra remaja. Di fase ini, anak-anak mulai menunjukkan perubahan emosi, cara berpikir, dan pola perilaku yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan psikis anak remaja. 

Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang masih fokus pada perkembangan fisik dan akademik semata, tanpa menyadari bahwa perkembangan psikis anak yang sehat adalah pondasi utama tumbuh kembang anak yang utuh.

Bahkan, WHO sudah menjelaskan bahwa setiap kondisi mental anak dipandang sama pentingnya dengan kesehatan fisik loh Bunda. 

A state of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community (WHO, 2001)

Maka dari itu, memahami perkembangan psikis anak remaja usia 10–13 tahun menjadi kunci bagi orang tua dan pendidik untuk membangun komunikasi yang lebih empatik, penuh pengertian, dan tanpa menghakimi. Di fase ini, anak mulai mencari jati diri, mengalami konflik antara kebutuhan untuk mandiri dan tetap merasa aman, serta mudah terpengaruh oleh lingkungan sosialnya.

Bila orang tua tidak peka terhadap kondisi ini, anak bisa mengalami krisis emosional, rendahnya rasa percaya diri, bahkan kecemasan sosial yang dapat terbawa hingga dewasa. Oleh sebab itu, pemahaman mendalam tentang tahap-tahap perkembangan psikis anak remaja menjadi sangat penting agar proses pendampingan dapat berjalan secara bijak dan efektif.

Untuk membantu orang tua dalam memahami kondisi  psikis dan mental anak, maka ada beberapa cara yang bisa disarankan untuk orang tua menurut artikel ilmiah Teenager Parent Relationship: How to Build a Healthy Relationship antara lain: 

1. Membangun Jembatan Komunikasi yang Bermakna

Komunikasi bukan hanya sekedar bertanya “Bagaimana kabarmu hari ini?”. Lebih dari itu, ciptakanlah waktu khusus setiap harinya, meskipun singkat, untuk benar-benar terhubung dengan anak. Tanyakan tentang hari mereka di sekolah, teman-teman, atau hal-hal yang sedang mereka pikirkan. Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi.

Misalnya, saat anak pulang sekolah, alih-alih langsung menanyakan PR, cobalah bertanya, “Ada hal menarik apa hari ini di sekolah?” atau “Bagaimana perasaanmu tentang tugas kelompok tadi?”. Saat makan malam bersama, hindari distraksi gawai dan jadikan momen tersebut sebagai ajang bertukar cerita. 

2. Menghargai Setiap Langkah dan Pendapat

Di usia ini, anak mulai membentuk identitas diri dan ingin diakui. Hargailah setiap usaha yang mereka lakukan, sekecil apapun. Berikan ruang bagi mereka untuk menyampaikan pendapat, meskipun berbeda dengan pandangan kita. Tunjukkan bahwa suara mereka penting dan didengarkan.

Jangan ragu untuk menghargai pendapat anak tentang apapun. Ketika anak menyampaikan ide tentang bagaimana mendekorasi kamar mereka, dengarkan dengan terbuka dan berikan pujian atas kreativitas mereka, meskipun kita memiliki preferensi yang berbeda. 

3. Menjawab Rasa Ingin Tahu dengan Bijak

Masa remaja awal dipenuhi dengan pertanyaan, mulai dari perubahan fisik, perasaan yang membingungkan, hingga hubungan dengan teman. Jangan pernah menganggap remeh pertanyaan mereka. Jawablah dengan jujur, sabar, dan menggunakan bahasa yang mudah mereka pahami. Jadilah sumber informasi yang terpercaya bagi mereka.

Jika anak bertanya tentang perubahan tubuh yang dialaminya, jelaskan secara sederhana dan positif tentang pubertas. Jika mereka bingung dengan perasaan suka pada teman, dengarkan dan berikan panduan tentang bagaimana menjalin pertemanan yang sehat. 

5 Tahapan Perkembangan Psikis Anak Remaja Usia 10–13 Tahun

Setelah Anda mengetahui pentingnya menjaga tahapan perkembangan psikis anak beserta cara yang bisa dilakukan orang tua, kini ada 5 tahapan perkembangan psikis yang perlu diketahui orang tua untuk anak usia remaja 10-13 tahun ya Bunda. 

1. Pencarian Identitas Diri

Pada tahap ini, anak mulai bertanya “Siapa aku?” dan mencoba berbagai peran sosial. Mereka akan mencoba bergaya, meniru tokoh idola, atau berubah-ubah minat dalam waktu singkat. Ini adalah bagian alami dari proses pencarian jati diri.

Menurut Erik Erikson dalam teorinya tentang perkembangan psikososial, usia 10–13 tahun masuk dalam fase identity vs. role confusion, di mana anak akan mencoba berbagai identitas untuk menemukan yang paling sesuai (Erikson, 1968). Orang tua perlu memberi ruang eksplorasi tanpa langsung menghakimi.

Orang tua sebaiknya memberikan ruang eksplorasi sambil tetap memberikan arahan. Dengarkan cerita anak tanpa menghakimi. Tanyakan pendapat mereka dan bantu kenalkan nilai-nilai positif. Jadilah cermin, bukan cermin retak—yakni seseorang yang merefleksikan kebaikan, tanpa menyakiti.

2. Sensitivitas Emosional yang Meningkat

Anak di usia ini mulai mengalami emosi yang lebih kompleks, termasuk rasa malu, cemburu, takut ditolak, atau bahkan rasa tidak puas terhadap dirinya sendiri. Mereka cenderung sensitif terhadap kritik dan bisa mudah tersinggung.

Studi yang dipublikasikan di Journal of Adolescence (Steinberg, 2013) menyebutkan bahwa struktur otak bagian limbik yang mengatur emosi berkembang lebih cepat daripada korteks prefrontal (pengendali logika), sehingga remaja lebih emosional dan impulsif.

Jika hal ini terjadi pada anak, maka Bunda perlu bersikap tenang saat anak meluapkan emosi. Validasi perasaan mereka dengan kalimat seperti, “Ibu tahu kamu lagi kesal, itu wajar kok.” Hindari membandingkan atau mengecilkan masalah mereka. Empati dan ketenangan orang tua menjadi fondasi rasa aman bagi anak.

3. Meningkatnya Kebutuhan akan Penerimaan Sosial

Anak usia pra remaja mulai mengalihkan orientasi sosial dari keluarga ke teman sebaya. Mereka ingin diterima, dihargai, dan merasa penting di lingkaran sosialnya. Di sini muncul tekanan untuk “menjadi seperti yang lain” demi mendapatkan penerimaan.

Orang tua perlu bijak membedakan antara pengaruh positif dan negatif dari lingkungan sosial anak. Bantu anak mengenali nilai-nilai yang sehat dan kuatkan komunikasi dua arah agar mereka tetap terbuka.

Daripada melarang atau menghakimi pertemanan anak, ajak mereka berdiskusi soal nilai dalam memilih teman. Bantu anak membangun kepercayaan diri agar tidak mudah terbawa arus. Jadilah teman pertama mereka, agar saat mereka butuh tempat kembali, rumah tetap jadi pilihan utama.

4. Mulai Terbentuknya Kemampuan Berpikir Abstrak

Anak usia 10–13 tahun mulai mampu berpikir abstrak, mempertanyakan nilai-nilai, dan menunjukkan kemampuan menganalisis situasi sosial secara lebih mendalam. Mereka juga mulai mempertanyakan aturan atau otoritas orang dewasa.

Menurut Piaget, anak di fase ini memasuki tahap operasional formal awal, yang ditandai dengan munculnya pemikiran logis dan kemampuan mengambil sudut pandang orang lain. Orang tua dapat melibatkan anak dalam diskusi yang memantik empati dan tanggung jawab.

Ajak anak berdiskusi, bukan mendikte. Misalnya saat anak bertanya, “Kenapa harus salat?”, jawab dengan dialog, bukan sekadar “Karena itu kewajiban.” Biarkan anak berpikir dan menemukan makna dari nilai yang diajarkan. Ini akan melatih mereka menjadi pribadi yang reflektif.

5. Kebutuhan untuk Mandiri dan Diakui

Meski masih sangat membutuhkan kehadiran orang tua, anak pra remaja mulai ingin mengambil keputusan sendiri dan memiliki kontrol terhadap hidupnya. Penolakan terhadap campur tangan orang tua seringkali muncul bukan karena tidak butuh, tetapi karena ingin diakui kemampuannya.

Tugas orang tua bukan mengendalikan, melainkan menjadi “navigator” yang memberi panduan, namun tetap memberi ruang untuk anak belajar dari pengalamannya sendiri. Terlalu mengekang justru dapat memicu perlawanan.

Berikan tanggung jawab kecil yang sesuai usia, seperti memilih kegiatan ekstrakurikuler atau mengatur waktu belajar. Tunjukkan kepercayaan, namun tetap dampingi. Jika mereka gagal, jadikan itu momen belajar, bukan ajang menyalahkan.

Yuk! Membantu Menjaga Tahapan Perkembangan Psikis Anak Remaja Bersama TPQ Online Albata 

Bunda dan Ayah, dalam mempersiapkan tahap perkembangan psikis anak tentu andil pola asuh orang tua begitu besar. Namun keterlibatan lembaga pendidikan berkualitas juga menentukan anak dalam mempersiapkan diri dan menjaganya tetap dalam kondisi mental yang sehat. 

Bunda jangan khawatir, TPQ Online Albata memiliki program yang dirancang khusus untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan efektif. Pembelajaran yang diberikan berupa nilai-nilai islam sesuai sunnah dan Al-Qur’an. 

Melalui platform daring ini, anak-anak tidak hanya mempelajari nilai-nilai Islam secara mendalam, tetapi juga berkesempatan untuk menghafal Al-Qur’an (tahfidz) dengan bimbingan yang tepat.

TPQ Albata Online menawarkan solusi cerdas bagi pendidikan agama Islam anak usia 7 hingga 13 tahun. Dengan menggunakan metode Fun Learning yang interaktif, anak-anak dapat mempelajari Al-Qur’an dengan cara yang menarik dan mudah dipahami, semuanya dilakukan dari kenyamanan rumah mereka sendiri. 

TPQ Online Albata membantu orang tua untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak dengan pengajaran terbaik bersama ustadzah profesional. Segera daftarkan putra-putri Anda di TPQ Teens Albata Online dan saksikan mereka tumbuh menjadi generasi Qurani yang cerdas dan berakhlak mulia. 

Karena kuota terbatas, segera kunjungi tautan KLIK DISINI untuk informasi lebih lanjut, atau Anda dapat mencari tahu lebih banyak melalui akun Instagram Albata di Albata.id.

Reference 

Psych Central. Diakses pada 2025. Teenager Parent Relationship: How to Build a Healthy Relationship.

The Character Corner. Diakses pada 2025. 10 Ways to Build A Strong Relationship With Your Teenager.

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *