Simak Fase Terrible Two Pada Anak yang Tepat dan Cara Menanganinya
Bunda, pernahkah Anda mengalami fase anak tantrum dengan teriakan dan tangisan terus menerus? Atau anak rewel dengan sering berkata tidak? Bisa jadi anak mengalami fase terrible two di jelang usia 2 tahun loh.
Ledakan emosi, penolakan terhadap aturan, dan keinginan untuk melakukan segala sesuatu sendiri menjadi ciri khas fase yang sering disebut sebagai terrible two.
Meskipun terkadang menguji kesabaran, fase ini sebenarnya merupakan bagian penting dari perkembangan anak menuju kemandirian. Namun, bagaimana cara menghadapinya dengan tepat agar tidak berkepanjangan dan tetap mendidik?
Artikel ini hadir untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang fase terrible two pada anak. Kita akan mengulas apa saja ciri-ciri khasnya, mengapa fase ini terjadi, dan yang terpenting, memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara menangani anak yang sedang berada dalam fase terrible two dengan bijak dan efektif.
Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu anak melewati fase ini dengan baik dan tetap membangun hubungan yang positif dengan mereka. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Mengenal Fase Terrible Two pada Anak dan Ciri-Cirinya
Bunda mungkin pernah mendengar istilah fase terrible two. Ini adalah fase perkembangan anak yang umumnya terjadi saat mereka memasuki usia dua tahun. Meskipun terdengar menyeramkan, fase terrible two sebenarnya adalah tahapan alami dalam proses tumbuh kembang anak, terutama dalam hal kemandirian dan ekspresi emosi.
Fase terrible two seringkali ditandai dengan perubahan perilaku yang cukup drastis. Anak yang sebelumnya tenang bisa menjadi lebih keras kepala, mudah marah, atau sering menolak permintaan orang tua.
Namun bunda tidak perlu khawatir, karena fase ini bukan tanda bahwa anak menjadi nakal. Justru ini adalah proses yang menunjukkan bahwa anak mulai memiliki keinginan sendiri dan ingin belajar mengendalikan lingkungannya.
Dalam pernyataan salah satu psikolog dari Associate Professor in the Department of Medicine, Division of Pulmonary, Critical Care and Sleep Medicine yani Linda Rodgers MD menjelaskan bahwa Bunda, hanya perlu menemukan cara yang tepat untuk meredam amarah dan emosi bagi anak usia 2 tahun di fase terrible two.
But the terrible twos don’t have to be so terrible. Sometimes they can be pretty terrific. All you’ll need is a few tantrum-taming tactics, a sense of humor and a big dose of understanding and compassion1.
Agar bunda bisa menghadapi fase terrible two dengan lebih bijak, penting untuk mengenali ciri-cirinya terlebih dahulu. Berikut ini beberapa tanda umum yang biasanya muncul:
1. Sering Mengucapkan Kata “Tidak”
Anak usia dua tahun mulai memahami bahwa mereka memiliki kehendak sendiri dan dapat memilih apa yang ingin atau tidak ingin mereka lakukan. Kata “tidak” sering kali menjadi simbol kebebasan mereka, meskipun kadang mereka sendiri tidak tahu alasan di balik penolakan yang diberikan.
Orang tua bisa merespons dengan sabar tanpa langsung memaksa anak untuk menurut. Menggunakan pendekatan yang tenang dan memberikan pilihan alternatif akan membantu anak merasa tetap memiliki kendali atas keputusannya, sehingga mengurangi resistensi yang berlebihan.
2. Tantrum atau Ledakan Emosi
Tantrum adalah bagian khas dari fase terrible two, di mana anak mulai mengalami frustrasi karena keterbatasan dalam mengekspresikan perasaan mereka secara verbal. Saat keinginannya tidak terpenuhi, anak mungkin menangis kencang, berteriak, atau menjatuhkan diri ke lantai.
Orang tua perlu memahami bahwa tantrum bukan sekadar perilaku negatif, tetapi bentuk komunikasi dari anak yang belum mampu mengelola emosinya dengan baik. Menenangkan anak dengan pelukan, kata-kata lembut, atau teknik distraksi dapat membantu mereka lebih cepat pulih dari ledakan emosi.
3. Perubahan Suasana Hati yang Cepat
Anak usia dua tahun dapat merasa sangat senang satu menit, lalu tiba-tiba marah atau menangis di menit berikutnya. Hal ini terjadi karena emosi mereka masih belum stabil dan dipengaruhi oleh perkembangan otak bagian prefrontal cortex yang belum sepenuhnya matang.
Orang tua dapat membimbing anak mengenali dan mengelola emosinya dengan memberi nama perasaan yang mereka alami. Misalnya, mengatakan, “Kamu kesal karena mainannya hilang, ya?” akan membantu anak memahami bahwa perasaan mereka valid dan mereka tidak sendirian dalam menghadapinya.
4. Ingin Mandiri tetapi Belum Mampu
Pada fase ini, anak mulai menunjukkan keinginan untuk melakukan banyak hal sendiri, seperti memakai baju atau menuang air, tetapi belum selalu berhasil. Ketidakmampuan mereka dalam mencapai apa yang diinginkan sering kali membuat mereka frustasi dan berujung pada tantrum.
Orang tua bisa mendukung keinginan anak untuk mandiri dengan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan mereka. Memuji usaha mereka, bukan hanya hasil akhir, akan membantu mereka lebih percaya diri dan terus mencoba tanpa merasa terbebani oleh kegagalan.
5. Meniru Perilaku Orang Dewasa
Pada fase terrible two, anak memiliki kemampuan meniru yang sangat kuat. Mereka akan memperhatikan bagaimana orang tuanya berbicara, bertindak, dan merespons situasi, lalu mencoba melakukan hal yang sama dalam interaksi mereka sehari-hari.
Jika anak sering melihat orang tua mudah marah atau berteriak, kemungkinan besar mereka akan meniru perilaku tersebut. Sebaliknya, jika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kesabaran dan komunikasi yang positif, mereka akan belajar bagaimana mengekspresikan diri dengan cara yang lebih sehat.
Fase ini merupakan masa penting dalam perkembangan regulasi emosi dan kognitif anak. Mereka sedang belajar memahami batasan, sekaligus membentuk kepribadian awal yang akan berkembang di usia berikutnya.
5 Cara Mengatasi Fase Terrible Two pada Anak dengan Tepat
Menghadapi fase terrible two memang tidak mudah. Namun dengan pendekatan yang tepat, bunda bisa membantu anak melewati fase ini dengan penuh kasih dan pengertian. Berikut ini lima cara yang dapat dilakukan untuk menangani fase terrible two secara bijak:
1. Tetap Tenang dan Memohon Pertolongan Allah
Saat anak mengalami tantrum, hal paling penting yang bisa dilakukan orang tua adalah menjaga ketenangan diri. Anak sangat peka terhadap emosi orang tuanya, sehingga jika ibu atau ayah terpancing emosi, tantrum bisa semakin memburuk dan sulit dikendalikan. Bunda juga perlu meminta doa kepada Allah untuk meminta perlindungan kepada Allah.
Salah satu doa untuk meminta perlindungan yang bisa kepada Allah ﷻ yang dinukilkan dari hadist Rasulullah ﷻ. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ”
Artinya:
“Rasulullah ﷺ apabila keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan: ‘Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan dari berbuat bodoh atau dibodohi.’ (HR. Abu Dawud No. 5094).
Selain itu, tetaplah konsisten dengan aturan yang telah ditetapkan. Jangan tergoda untuk memberikan sesuatu hanya demi menghentikan tangisan anak, karena hal ini bisa menjadi kebiasaan. Anak perlu memahami batasan dengan cara yang tenang dan penuh kesabaran.
2. Beri Pilihan untuk Meningkatkan Rasa Mandiri Anak
Memberikan pilihan pada anak membantu mereka merasa dihargai dan memiliki kendali atas diri sendiri. Misalnya, tanyakan apakah mereka ingin memakai baju warna merah atau biru, sehingga mereka merasa ikut berpartisipasi dalam keputusan yang diambil.
Dengan memberikan pilihan, anak cenderung lebih tenang dan tidak merasa dipaksa untuk mengikuti kehendak orang tua. Hal ini mengurangi konflik dan rasa frustrasi serta membangun kemandirian mereka sejak dini.
3. Pahami Bahasa Emosi Anak
Alih-alih langsung menegur anak yang tantrum, cobalah untuk memahami emosi mereka terlebih dahulu. Mengungkapkan perasaan dengan kalimat seperti “Kakak marah ya karena tidak boleh main HP dulu” atau “Adik sedih ya karena mainannya diambil” membantu mereka merasa dimengerti.
Ketika orang tua mampu mengenali dan memvalidasi emosi anak, mereka akan belajar mengelola perasaan dengan lebih baik. Hal ini juga membantu mereka memahami bahwa emosi adalah hal yang normal dan bisa dikendalikan dengan cara yang sehat.
4. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Positif
Saat anak mulai menunjukkan tanda-tanda akan tantrum, coba alihkan perhatian mereka ke aktivitas lain. Mengajak mereka menyanyi, membaca buku, atau membantu bunda di dapur dapat membantu mengurangi intensitas emosi negatif yang sedang mereka rasakan.
Pengalihan perhatian ini membantu anak belajar bagaimana mengatasi frustasi dengan cara yang lebih konstruktif. Selain itu, memberikan pilihan aktivitas yang menyenangkan membuat mereka lebih mudah beradaptasi dengan perubahan keadaan.
5. Jadwalkan Waktu Istirahat dan Makan dengan Teratur
Fase terrible two sering kali diperburuk oleh rasa lelah atau lapar yang tidak disadari. Anak yang kurang tidur atau terlambat makan lebih rentan mengalami tantrum karena mereka merasa tidak nyaman secara fisik.
Menurut jurnal Pediatrics tahun 2011, jadwal harian yang konsisten membantu anak merasa lebih aman dan teratur. Dengan pola tidur dan makan yang stabil, anak cenderung lebih tenang dan tidak mudah terbawa emosi.
Penting juga bagi orang tua untuk memahami bahwa fase terrible two adalah masa yang akan berlalu. Dengan pendekatan yang tepat, anak akan belajar cara mengekspresikan diri secara sehat dan membangun kemandirian secara positif. Kesabaran, konsistensi, dan komunikasi penuh cinta adalah kunci utama menghadapi masa ini.
Kesimpulan
Fase terrible two adalah bagian dari perjalanan perkembangan anak yang sangat penting. Walau sering membuat orang tua merasa lelah dan bingung, fase ini justru membuka peluang besar untuk membangun komunikasi yang lebih baik dan memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Alih-alih memandang fase terrible two sebagai masa yang penuh masalah, mari kita ubah cara pandang menjadi lebih positif. Ini adalah kesempatan untuk mengenalkan nilai-nilai kehidupan seperti kesabaran, empati, dan kasih sayang sejak dini. Dengan dukungan dan bimbingan yang tepat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri.
Reference
- Healthline. Diakses pada 2025. What to Expect from the Terrible Twos ↩︎