Penyebab Anak Sulit Dekat dengan Orang Tuanya, Bisa Karena Faktor Ini Loh!
Ayah dan Bunda, setiap orang tua tentu mendambakan ikatan yang kuat dan kedekatan emosional dengan buah hatinya. Namun, terkadang ada masa di mana anak sulit dekat dengan orang tuanya bahkan cenderung menarik diri, atau bahkan menghindari interaksi.
Situasi ini bisa menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan. Penting untuk diingat bahwa jarak emosional ini bukan tanpa sebab; ada berbagai faktor yang mungkin mempengaruhinya, baik dari sisi anak, orang tua, maupun dinamika keluarga.
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda mengenali berbagai penyebab mengapa anak bisa sulit dekat dengan orang tuanya. Kami akan mengupas tuntas faktor-faktor seperti gaya pengasuhan yang kurang responsif, pengalaman traumatik, masalah komunikasi, hingga pengaruh lingkungan di luar rumah.
Dengan memahami akar masalahnya, diharapkan Anda dapat mengambil langkah yang tepat untuk membangun kembali jembatan emosional, menciptakan rasa aman, dan memupuk kedekatan yang hangat dengan si kecil. Yuk, kita simak penjelasannya agar ikatan keluarga semakin erat!
Penyebab Anak Sulit Dekat dengan Orang Tuanya
Kedekatan antara anak dan orang tua merupakan pondasi utama dalam tumbuh kembang emosional dan sosial anak. Namun dalam praktiknya, tidak sedikit anak yang justru merasa jauh atau tidak dekat dengan orang tuanya.
Fenomena anak sulit dekat dengan orang tua bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk pola pengasuhan, gaya komunikasi, hingga rutinitas harian keluarga yang kurang berpihak pada hubungan emosional.
Dalam sejumlah penelitian bahkan yang telah dilakukan di berbagai negara ada banyak kemungkinan yang membuat anak tidak dekat dengan orang tuanya terutama ibu. Dalam survey yang dilakukan di Amerika Serikat, hampir 46% anak terutama yang sudah dewasa mengunjungi ibunya hanya seminggu sekali (2021)1
Ada sejumlah alasan yang membuat anak kurang dekat dengan orang tuanya. Misalnya karakter yang berbeda hingga trauma masa lalu yang belum sembuh. Selain itu, berikut beberapa kegiatan atau kebiasaan yang secara tidak disadari menjadi penyebab anak sulit dekat dengan orang tua:
1. Orang Tua Terlalu Sibuk dengan Pekerjaan
Salah satu penyebab anak sulit dekat dengan orang tuanya, kesibukan yang tinggi sering kali membuat orang tua hanya memiliki sedikit waktu berkualitas dengan anak. Meskipun berada di rumah, keterlibatan emosional yang minim dapat membuat anak merasa kurang diperhatikan dan diabaikan.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kehadiran emosional orang tua berperan besar dalam membangun ikatan batin anak. Ketika anak merasa dicintai dan didengar, mereka lebih percaya diri dan nyaman dalam berinteraksi.
2. Komunikasi yang Hanya Bersifat Instruksi
Selanjutnya, anak sulit dekat dengan orang tuanya, Jika komunikasi sehari-hari hanya berisi perintah, larangan, atau koreksi tanpa diselingi percakapan yang hangat, anak bisa merasa kurang dihargai sebagai individu. Mereka membutuhkan ruang untuk berbicara, didengar, dan mendapatkan respons yang penuh empati.
Saat anak terbiasa hanya menerima arahan tanpa kesempatan untuk berdiskusi, mereka mungkin menjadi kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Komunikasi dua arah sangat penting untuk membangun koneksi yang lebih erat dengan anak.
3. Kurangnya Kegiatan Bersama
Rutinitas keluarga seperti makan malam bersama, bermain, atau berbagi cerita sebelum tidur dapat memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak. Tanpa interaksi yang konsisten, hubungan dalam keluarga bisa terasa lebih renggang.
Kegiatan sederhana namun dilakukan secara rutin dapat memberikan rasa aman bagi anak. Mereka merasa lebih terhubung dengan orang tua dan lebih nyaman berbagi cerita maupun emosi mereka.
4. Orang Tua Terlalu Keras atau Perfeksionis
Lingkungan penuh tekanan, tuntutan tinggi, atau seringnya kritik dapat membuat anak merasa tertekan. Mereka mungkin memilih untuk menutup diri karena takut salah atau takut dimarahi oleh orang tua.
Jika anak terus-menerus merasa tidak cukup baik, ini juga bisa jadi alasan anak sulit dekat dengan orang tuanya dan mereka bisa kehilangan kepercayaan diri. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan apresiasi atas usaha anak, bukan hanya berfokus pada hasil akhir.
5. Minimnya Sentuhan Emosional Positif
Pelukan, senyuman, tepukan lembut di kepala, atau kata-kata afirmasi adalah bentuk kasih sayang yang sangat bermakna bagi anak. Jika ekspresi cinta ini jarang diberikan, anak bisa merasa kurang dicintai meskipun kebutuhan materi mereka terpenuhi.
Sentuhan emosional yang positif membantu anak merasa lebih aman dan dihargai. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka diterima sepenuhnya oleh orang tua, terlepas dari segala kekurangannya.
6. Orang Tua Tidak Menjadi Teladan yang Aman
Anak cenderung mendekati orang yang membuat mereka merasa nyaman dan aman. Anak sulit dekat dengan orang tuanya juga bisa muncul karena amarah. Jika orang tua sering menunjukkan emosi negatif seperti marah, kecewa, atau terlalu sibuk dengan gadget, anak mungkin mencari kenyamanan di tempat lain.
Ketika anak merasa lebih dekat dengan orang lain dibandingkan orang tuanya, ini bisa menjadi tanda bahwa hubungan emosional dalam keluarga perlu diperkuat kembali. Menciptakan lingkungan yang penuh kehangatan dan keterbukaan menjadi kunci dalam membangun ikatan yang lebih erat.
5 Cara Membangun Kedekatan Orang Tua dan Anak
Kedekatan dengan anak bukan sesuatu yang terjadi secara instan. Maka dari itu dibutuhkan waktu, konsistensi, dan pendekatan yang penuh kasih sayang untuk memperkuat ikatan emosional yang mungkin sempat renggang. Berikut beberapa cara efektif yang bisa Ayah dan Bunda terapkan.
1. Bangun Rutinitas Harian yang Melibatkan Anak
Luangkan waktu setiap hari untuk melakukan aktivitas bersama, seperti membaca buku sebelum tidur, memasak di akhir pekan, atau sekadar berbincang santai sebelum berangkat sekolah. Momen-momen ini membantu anak merasa lebih terhubung dengan orang tuanya.
Rutinitas yang konsisten memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi anak. Mereka akan lebih terbuka dalam berbicara dan merasa dihargai karena ada waktu khusus yang memang didedikasikan untuk kebersamaan keluarga.
Anda bisa mengajak anak beribadah bersama, shalat sunnah bersama, tilawah Al-Qur’an bersama dan masih banyak lagi. Hal ini bisa membantu Ayah dan Bunda lebih dekat dengan anak dan menciptakan bonding yang baik.
2. Dengarkan Anak dengan Sepenuh Hati
Saat anak berbicara, hindari terburu-buru memberi solusi atau menyela pembicaraannya. Berikan perhatian penuh dengan menatap mata mereka, merespon secara empatik, serta menunjukkan bahwa Anda benar-benar hadir dalam percakapan.
Anak yang merasa didengarkan akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan nyaman dalam berkomunikasi. Mereka akan lebih terbuka menceritakan pengalaman dan perasaan mereka tanpa takut diabaikan atau dihakimi.
3. Berikan Sentuhan dan Afirmasi Positif
Peluklah anak secara rutin, ungkapkan bahwa Anda bangga padanya, serta rayakan setiap keberhasilan kecil mereka. Hal-hal sederhana ini memiliki dampak besar dalam membangun ikatan emosional yang hangat.
Menurut penelitian dalam Attachment & Human Development (2019), kehangatan emosional dari orang tua terbukti memperkuat koneksi psikologis anak serta mengurangi risiko masalah perilaku. Kehadiran emosional menjadi pondasi penting dalam tumbuh kembang mereka.
4. Kurangi Kritik dan Tingkatkan Apresiasi
Anak membutuhkan bimbingan, bukan penilaian yang terus-menerus. Alih-alih berfokus pada kesalahan, berikan pujian yang tulus atas perilaku positif yang mereka lakukan agar mereka semakin termotivasi untuk berkembang.
Jika anak membuat kesalahan, gunakan pendekatan diskusi dibandingkan hukuman yang keras. Ajarkan mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka tanpa harus membuat mereka merasa takut atau tidak dihargai.
5. Jadilah Teladan dalam Mengelola Emosi
Anak belajar banyak dari bagaimana orang tua merespons tekanan, kemarahan, atau kekecewaan. Dengan menjadi contoh dalam mengelola emosi secara sehat, mereka akan lebih nyaman mendekat dan belajar dari sikap orang tua.
Ketika orang tua menunjukkan cara menangani emosi dengan tenang dan bijak, anak pun akan terbiasa mengelola perasaannya dengan lebih baik. Lingkungan yang penuh keteladanan akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih stabil secara emosional.
Kesimpulan
Membangun kembali kedekatan dengan anak bukan soal mencari kesalahan, melainkan tentang komitmen untuk memperbaiki ikatan emosional yang sempat merenggang. Anak sulit dekat dengan orang tuanya biasanya terjadi karena kualitas hubungan orang tua dan anak buruk. Maka dari itu, penting untuk mengetahui cara mengatasinya.
Kedekatan emosional bukan hanya sekadar kehadiran fisik, tetapi juga tentang komunikasi yang hangat, waktu berkualitas, dan pola asuh yang penuh kasih sayang. Dengan kesadaran untuk membangun rutinitas yang positif serta kehadiran emosional yang konsisten, hubungan antara orang tua dan anak dapat semakin erat.
Reference
- Parents. Diakses pada 2025. Study Reveals the Top Reasons People Aren’t Close to Their Moms—And How To Cope ↩︎