Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Penyebab Anak Suka Menentang dan Cara Mengatasi yang Tepat

anak suka menentang
May 27, 2025

Ayah dan Bunda, pernahkah si kecil tiba-tiba menunjukkan sikap menentang, menolak perintah, atau bahkan berteriak saat keinginannya tidak dituruti? Perilaku “melawan” pada anak memang seringkali membuat orang tua bingung dan frustasi. Rasanya sudah melakukan yang terbaik, tapi kenapa anak jadi sulit diatur? Penting untuk diingat bahwa di balik setiap perilaku ada penyebabnya, dan memahami alasan di balik sikap anak suka menentang. Hal ini bisa memudahkan Anda untuk menemukan solusi yang tepat dan penuh kasih sayang.

Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda mengenali berbagai penyebab umum mengapa anak suka menentang, serta memberikan cara mengatasi yang tepat dan efektif. Kami akan mengupas faktor-faktor seperti kebutuhan akan kemandirian, cara mereka berkomunikasi, hingga pengaruh lingkungan. 

Dengan memahami akar masalahnya, diharapkan Anda tidak lagi sekadar merespons perilaku, tetapi juga dapat membangun komunikasi yang lebih baik dan mengajarkan si kecil cara mengekspresikan diri secara positif. Yuk, kita simak penjelasannya agar pengasuhan lebih tenang dan terarah!

Penyebab Anak Suka Menentang dan Akibatnya

Setiap orang tua pasti pernah mengalami masa di mana anak tiba-tiba menjadi lebih keras kepala, suka membantah, bahkan menolak dengan tegas permintaan orang tuanya. Fase ini sering kali membuat orang tua kebingungan dan bertanya-tanya, mengapa anak suka menentang? Apakah ini tanda anak nakal, atau justru bagian dari proses tumbuh kembangnya?

Sebenarnya, perilaku anak suka menentang bukanlah hal yang aneh. Justru, pada usia tertentu seperti masa toddler hingga pra-remaja, anak sedang belajar mengenali batasan, mengekspresikan keinginan, dan membangun identitas diri. 

Bahkan Dr Eldridge juga menjelaskan bahwa seringkali adanya sikap menentang pada anak bukan sesuatu yang serius. Orang tua bisa saja mengabaikan jika anak tidak melakukan resiko menyakiti diri sendiri. Ayah dan Bunda, perlu memikirkan strategi untuk menjaga anak tetap sehat dan terkendali emosinya. 

Namun, jika perilaku ini dibiarkan tanpa pendampingan yang tepat, bisa berujung pada gangguan perilaku atau kesulitan sosial di kemudian hari. Berikut ini beberapa penyebab umum anak suka menentang dan dampaknya terhadap tumbuh kembang mereka:

1. Anak Merasa Tidak Didengar

Salah satu alasan anak menunjukkan sikap menentang adalah karena mereka merasa pendapat atau emosinya tidak diperhatikan. Pada usia 3 hingga 7 tahun, anak mulai membangun kesadaran diri dan ingin diakui sebagai individu yang punya suara.

Jika orang tua hanya memberikan instruksi tanpa mendengarkan, anak bisa menunjukkan perlawanan sebagai bentuk usaha mendapatkan perhatian. Ketika mereka merasa dihargai dan didengar, mereka lebih mudah diajak bekerja sama dan mengikuti arahan.

2. Pola Asuh yang Terlalu Otoriter atau Terlalu Bebas

Pendekatan pengasuhan sangat mempengaruhi perilaku anak. Orang tua yang terlalu otoriter atau memaksakan kehendak bisa membuat anak bersikap defensif sebagai bentuk perlindungan diri.

Sebaliknya, orang tua yang terlalu permisif dan tidak menetapkan batasan yang jelas juga bisa membuat anak bingung tentang aturan yang harus diikuti. Kedua pola ini berisiko membuat anak lebih sering menentang otoritas karena mereka tidak memahami batasan yang konsisten.

3. Meniru Lingkungan Sekitar

Anak-anak adalah peniru ulung. Jika mereka sering melihat pertengkaran orang dewasa atau menyaksikan kakak dan teman menolak perintah dengan keras, kemungkinan besar mereka akan meniru perilaku tersebut.

Penelitian lain menemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang tidak konsisten atau penuh konflik cenderung menunjukkan perilaku menentang lebih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan contoh yang positif dalam komunikasi sehari-hari.

4. Perkembangan Emosi dan Kognitif yang Belum Matang

Dalam fase pertumbuhan, anak masih belajar memahami dan mengelola emosinya. Ketika mereka merasa kesal, bingung, atau tidak setuju dengan sesuatu, mereka belum mampu mengungkapkannya secara dewasa.

Akibatnya, mereka mungkin menunjukkan perlawanan atau menentang sebagai cara untuk melampiaskan perasaan tersebut. Orang tua dapat membantu anak mengelola emosinya dengan memberikan ruang untuk berbicara serta mengajarkan cara mengekspresikan perasaan dengan lebih baik.

5. Kurangnya Koneksi Emosional dengan Orang Tua

Anak yang merasa kurang diperhatikan secara emosional sering mencari perhatian dengan cara negatif, termasuk bersikap menentang. Mereka mungkin merasa bahwa hubungan dengan orang tuanya tidak cukup aman atau hangat, sehingga menggunakan sikap pembangkangan sebagai cara menarik perhatian.

Hal ini sejalan dengan teori Attachment yang dikembangkan oleh Bowlby, bahwa kualitas hubungan emosional anak dengan orang tua sangat berpengaruh terhadap regulasi perilaku mereka. Membentuk hubungan yang kuat dengan anak dapat mengurangi kecenderungan mereka untuk menolak arahan.

Akibat Anak Suka Menentang Jika Tidak Ditangani

Jika perilaku suka menentang dibiarkan terus-menerus tanpa pendampingan yang tepat, beberapa dampak negatif dapat terjadi seperti:

  • Anak mengalami kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat
  • Kurangnya kedisiplinan diri dan tanggung jawab
  • Risiko meningkatnya konflik dengan guru, teman, atau saudara kandung
  • Potensi gangguan perilaku seperti Oppositional Defiant Disorder (ODD) jika berlangsung ekstrem

5 Cara Menghadapi Anak Suka Menentang yang Tepat

Sebagai orang tua, menghadapi anak suka menentang bisa melelahkan. Namun dengan pendekatan yang tepat dan konsisten, anak bisa diarahkan kembali dengan cara yang positif. Berikut adalah lima strategi yang terbukti efektif:

1. Meminta Pertolongan kepada Allah ﷻ

Dalam menghadapi tantangan mendidik anak, orang tua sebaiknya memohon pertolongan kepada Allah ﷻ. Doa dan ikhtiar yang tulus menjadi bagian penting dalam membimbing anak menuju perilaku yang lebih baik.

Salah satu doa untuk meminta perlindungan kepada Allah ﷻ yang dinukilkan dari hadist Rasulullah ﷻ. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ”

Artinya:

“Rasulullah ﷺ apabila keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan: ‘Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan dari berbuat bodoh atau dibodohi.’ (HR. Abu Dawud No. 5094).

Selain itu, mengenalkan anak kepada konsep berdoa dan bersandar kepada Allah akan membantu mereka memahami bahwa segala usaha dalam hidup harus diiringi dengan doa dan ketawakalan. Ini juga membangun kesadaran spiritual sejak dini.

2. Bangun Hubungan Emosional yang Aman

Sebelum mengarahkan perilaku anak, orang tua perlu membangun hubungan emosional yang kuat. Luangkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati, bermain bersama, serta menunjukkan empati ketika anak merasa kesal atau frustasi.

Anak yang merasa dicintai dan didengar cenderung lebih kooperatif dalam mengikuti aturan. Keamanan emosional yang mereka rasakan akan membuat mereka lebih nyaman menerima arahan dari orang tua.

3. Dengarkan dan Validasi Perasaannya

Saat anak menunjukkan penolakan, hindari langsung memarahi atau menghukum. Sebaliknya, ajak mereka berdiskusi dengan pertanyaan seperti, “Apa yang kamu rasakan?” atau “Kamu marah karena apa?” untuk memahami sudut pandang mereka.

Dengan mendengarkan dan memvalidasi perasaan mereka, anak akan belajar bahwa emosi mereka diakui. Sikap ini juga mencegah mereka merasa harus menentang sebagai cara mendapatkan perhatian.

4. Terapkan Aturan yang Konsisten dan Jelas

Anak membutuhkan batasan yang jelas agar merasa aman dan memahami ekspektasi yang diberikan. Orang tua sebaiknya menetapkan aturan sederhana serta menerapkannya secara konsisten tanpa perubahan mendadak.

Jelaskan konsekuensi logis dari setiap pelanggaran aturan dengan cara yang tenang, bukan dengan amarah. Konsistensi dalam menerapkan aturan membantu anak memahami bahwa batasan tetap berlaku kapan pun, bukan tergantung mood orang tua.

5. Gunakan Teknik Positive Discipline

Disiplin positif berfokus pada penguatan perilaku baik, bukan sekadar menghukum kesalahan. Contohnya, berikan pujian kepada anak saat mereka mengikuti instruksi dengan baik agar mereka lebih termotivasi untuk mengulang perilaku tersebut.

Teknik ini terbukti meningkatkan kerja sama anak tanpa merusak harga diri mereka. Menurut studi menjelaskan pendekatan disiplin yang berbasis penghargaan terhadap usaha anak lebih efektif daripada metode yang hanya berfokus pada hukuman.

6. Jadilah Teladan yang Baik

Anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang mereka dengar. Jika orang tua sering marah, membantah, atau tidak menepati janji, anak akan cenderung meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebaliknya, jika orang tua menunjukkan cara menyampaikan ketidaksepakatan dengan tenang dan sopan, anak akan mengikuti pola yang sama. Perubahan positif dalam diri anak selalu dimulai dari teladan yang diberikan oleh orang tua terlebih dahulu.

Kesimpulan

Menghadapi anak suka menentang memang membutuhkan kesabaran dan strategi yang tepat. Perilaku ini bukan tanda anak nakal, melainkan bagian dari perkembangan emosional dan identitas diri mereka. 

Dengan memahami penyebabnya dan memberikan pendekatan yang penuh cinta, anak bisa belajar cara yang sehat untuk mengekspresikan dirinya.

Sebagai orang tua, kita memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Mulailah dengan memperkuat koneksi emosional, konsistensi aturan, dan menjadi contoh yang baik. Dengan begitu, kita tidak hanya membantu anak mengurangi perilaku menentang, tetapi juga membekalinya dengan keterampilan hidup yang akan bermanfaat jangka panjang.

Reference 

Morgan Eldridge. How to Parent a Defiant Teen. Diakses pada 2025

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *