Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Apa Penyebab Anak Suka Melempar? Simak Tips Cara Mencegahnya dengan Tepat

anak suka melempar
March 26, 2025

Bunda, ledakan marah yang terjadi pada anak hingga mampu melempar barang, terkadang membuat Anda khawatir bukan? Ternyata kebiasaan anak suka melempar benda adalah perilaku yang umum terjadi pada anak-anak, terutama pada usia prasekolah. Meskipun seringkali membuat orang tua merasa khawatir, perilaku ini sebenarnya merupakan bagian dari perkembangan anak. 

Menurut Hayes (2003) emosi marah atau ledakan marah terjadi pada setiap tahapan usia. Ledakan marah ini bisa terjadi akibat adanya rasa ketakutan, kecemasan, dan amarah merupakan cara cepat untuk menyelesaikan ketegangan pada anak1

Namun, jika perilaku melempar menjadi sering dan agresif, penting bagi orang tua untuk mencari tahu penyebabnya dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan anak suka melempar. Beberapa di antaranya adalah rasa ingin tahu, frustrasi, atau keinginan untuk mendapatkan perhatian. Anak-anak pada usia ini sedang aktif mengeksplorasi dunia di sekitar mereka, dan melempar benda adalah salah satu cara mereka untuk memahami konsep sebab-akibat. 

Selain itu, mereka juga mungkin melempar benda ketika merasa frustrasi atau marah, karena mereka belum memiliki keterampilan untuk mengelola emosi mereka dengan baik.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang penyebab anak suka melempar dan cara-cara efektif untuk mencegahnya. Kita akan mengulas bagaimana cara mengidentifikasi pemicu perilaku melempar, mengajarkan anak cara mengelola emosi mereka dengan sehat, dan menciptakan lingkungan yang aman bagi mereka. 

Mari kita bersama-sama belajar untuk memahami perilaku anak dan memberikan mereka bimbingan yang tepat.

Penyebab Anak Memiliki Kebiasaan Melempar Barang

Anak-anak seringkali memiliki kebiasaan melempar barang, terutama saat mereka masih berada di usia balita. Meskipun tampak sepele, kebiasaan ini bisa menjadi masalah jika dibiarkan tanpa arahan yang tepat. Orang tua perlu memahami penyebab anak suka melempar agar bisa menangani dengan cara yang tepat dan tidak hanya sekadar melarang.

Eksplorasi dan Perkembangan Sensorik

Anak yang masih dalam tahap eksplorasi cenderung menggunakan tangan mereka untuk memahami lingkungan sekitar. Melempar barang adalah salah satu cara bagi mereka untuk belajar tentang gravitasi, jarak, dan reaksi dari lingkungan.

Latih anak untuk belajar melakukan berbagai perkembangan dan eksplorasi anak agar sesuai dengan kebutuhan anak. Perkembangan sensorik ini juga bisa memudahkan anak untuk merilis emosi sehingga potensi untuk melempar barang menjadi lemah. 

Komunikasi Emosi

Anak yang belum mampu mengungkapkan emosinya dengan kata-kata sering kali mengekspresikan frustasi, marah, atau bahkan kegembiraan dengan melempar barang. Ini bisa menjadi bentuk komunikasi non-verbal yang mereka gunakan untuk menarik perhatian orang tua.

Sayangnya, anak-anak yang belum memiliki kemampuan bahasa yang matang sering kali menggunakan tindakan fisik untuk mengungkapkan emosi mereka. Melempar barang bisa menjadi cara mereka mengekspresikan frustasi, kemarahan, atau bahkan kegembiraan.

Mencari Perhatian

Terkadang, anak suka melempar barang karena ingin mendapatkan reaksi dari orang tua atau orang di sekitarnya. Jika mereka mendapatkan perhatian setelah melakukan aksi ini, kebiasaan tersebut bisa terus berlanjut.

Melempar barang juga bisa menjadi cara anak-anak menarik perhatian orang dewasa. Ketika mereka merasa diabaikan atau membutuhkan perhatian, mereka mungkin melakukan tindakan yang provokatif untuk mendapatkan reaksi.

Meniru Perilaku

Anak-anak adalah peniru yang ulung. Jika mereka melihat orang lain melempar sesuatu, baik dari teman sebaya maupun tontonan yang mereka lihat, mereka cenderung meniru perilaku tersebut.

Anak-anak adalah pengamat dan peniru yang hebat. Mereka cenderung meniru perilaku yang mereka lihat di sekitar mereka, baik dari teman sebaya, anggota keluarga, atau karakter di televisi.

Kurangnya Pemahaman Konsep Konsekuensi

Anak kecil belum sepenuhnya memahami bahwa melempar barang bisa menyebabkan kerusakan atau melukai orang lain. Mereka hanya melihat aksi tersebut sebagai sesuatu yang menyenangkan tanpa menyadari dampaknya.

Pemahaman tentang konsekuensi adalah bagian dari perkembangan kognitif yang bertahap. Seiring bertambahnya usia, anak-anak akan mulai memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi.

Cara Mencegah Kebiasaan Anak Suka Melempar Barang

Setelah memahami penyebabnya, penting bagi orang tua untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mencegah kebiasaan ini. Berikut beberapa cara yang dapat diterapkan:

Bagi mereka, tindakan ini sering kali merupakan bagian dari proses belajar tentang kemampuan motorik dan pemahaman konsep dasar seperti gravitasi. Namun, kebiasaan anak suka melempar barang dapat menjadi tantangan bagi orang tua jika tidak diarahkan dengan tepat. 

Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa di balik tindakan tersebut, ada berbagai alasan yang mendasarinya, mulai dari eksplorasi sensorik hingga ekspresi emosi yang belum matang. Anda juga perlu tau kapan waktu anak memiliki amarah yang meledak. 

Langkah pertama dalam mengatasi kebiasaan ini adalah dengan memahami perspektif anak. Cobalah untuk melihat dunia dari sudut pandang mereka, memahami bahwa anak suka melempar barang adalah bagian dari cara mereka belajar. Selain itu, perhatikan juga emosi yang mungkin memicu tindakan tersebut. 

Anak-anak sering kali melempar barang ketika mereka merasa frustasi, marah, lelah, takut, atau hanya ingin mencari perhatian. Penting bagi orang tua untuk merespons dengan penuh kasih sayang dan empati, bukan dengan hukuman atau kemarahan. Validasi perasaan anak dan bantu mereka belajar cara mengendalikan emosi dengan cara yang lebih positif.

Komunikasi yang tenang dan penuh empati adalah kunci dalam mengatasi kebiasaan ini. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak, dan sampaikan bahwa Anda memahami perasaan mereka. Berikan batasan yang jelas mengenai barang apa saja yang boleh dilempar, dan alihkan perhatian mereka dengan memberikan alternatif yang aman, seperti bantal atau boneka. Hindari hukuman fisik, dan fokuslah pada mengajarkan konsekuensi dari tindakan mereka. 

Meskipun anak di bawah usia lima tahun mungkin belum sepenuhnya memahami konsep konsekuensi, latihan yang konsisten akan membantu mereka belajar.

Arahkan energi anak dengan permainan melempar yang terarah dan menyenangkan. Ini tidak hanya akan membuat kegiatan melempar menjadi lebih positif, tetapi juga mengajarkan anak bahwa melempar boleh dilakukan di tempat dan waktu yang tepat. 

Libatkan anak dalam kegiatan membersihkan mainan setelah bermain, dan buat aktivitas ini menyenangkan agar mereka belajar bertanggung jawab. Saat makan, dampingi anak untuk mencegah mereka melempar makanan, dan berikan porsi kecil agar makanan tidak terbuang percuma.

Jika ada yang terluka akibat lemparan anak, segera bantu “korban” untuk mengajarkan anak tentang empati dan tanggung jawab. Bunda juga bisa melihat dari sisi korban, anak akan belajar bahwa perilaku buruk tidak akan menarik perhatian orang tua. Ingatlah bahwa perkembangan emosi anak membutuhkan arahan yang tepat. 

Dengan pendekatan yang penuh kasih sayang, konsisten, dan pemahaman yang mendalam, Anda dapat membantu anak mengembangkan kecerdasan emosional yang baik dan mengatasi kebiasaan melempar barang dengan efektif.

Kesimpulan

Kebiasaan anak suka melempar barang merupakan bagian dari proses eksplorasi dan perkembangan mereka. Namun, jika dibiarkan tanpa arahan yang tepat, hal ini bisa menjadi kebiasaan buruk yang sulit dikendalikan. 

Dengan memahami penyebabnya dan menerapkan cara-cara yang tepat untuk mengatasi, orang tua dapat membantu anak mengembangkan perilaku yang lebih baik.

Pengasuhan yang penuh kasih, pemberian arahan yang jelas, serta pemahaman terhadap emosi anak dapat membantu mengurangi kebiasaan melempar barang dan meningkatkan regulasi emosi mereka. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan bimbingan yang positif agar anak tumbuh dengan kebiasaan yang lebih baik.

Reference 

  1. Wardatul Mufidah. Pengembangan Alat Ukur Metode Observasi Rating Scale: Perilaku Emosi Marah dan Temper Tantrum pada Anak Usia Dini. 2022. IDEA: Jurnal Psikologi ↩︎

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *