Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Apa Itu Golden Child Syndrome? Simak Penjelasan dan Cara Mengatasinya untuk Bunda

golden child syndrome
April 27, 2025

Bunda, mungkin tanpa kita sadari, kita pernah mengistimewakan anak kita diantara  yang lain. Hal ini bisa terjadi karena ia dianggap paling berbakat, penurut, atau memiliki keistimewaan tertentu. 

Namun, tahukah Bunda bahwa perlakuan yang tampak positif ini justru bisa mengarah pada golden child syndrome?

Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas apa itu golden child syndrome, mengenali ciri-ciri dan dampaknya bagi anak yang menerimanya maupun saudara kandungnya.

Lebih dari itu, kami akan memberikan panduan praktis bagi Bunda bagaimana cara mengatasi pola asuh ini agar tercipta keharmonisan dan keadilan dalam keluarga. 

Yuk, kita simak penjelasan lengkapnya demi tumbuh kembang semua buah hati tercinta secara optimal!

Apa Itu Golden Child Syndrome dan Cirinya pada Anak?

Golden child syndrome merupakan Istilah yang merujuk pada kondisi psikologis yang terjadi saat seorang anak mendapat perlakuan istimewa secara berlebihan dari orang tuanya. 

Anak yang dianggap sebagai “anak emas” atau “anak kebanggaan keluarga” kerap dipuja secara berlebihan, bahkan tanpa disadari dijadikan sebagai alat untuk memenuhi ekspektasi atau impian orang tua yang belum tercapai.

Hal ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, seperti anak selalu dipuji tanpa batas, tidak pernah disalahkan, atau dibebani dengan tanggung jawab menjadi teladan sempurna bagi saudara-saudaranya. 

Pola asuh seperti ini sering kali tidak tampak berbahaya di permukaan, tetapi efek jangka panjangnya dapat mengganggu perkembangan emosional dan relasi sosial anak.

Menurut artikel Golden Child Syndrome Could Be Hurting Your Mental Health by Charlie Health1 anak yang mengalami golden child syndrome cenderung tumbuh dengan tekanan untuk selalu sempurna, kesulitan mengenali emosi sendiri, dan sulit membangun relasi yang seimbang karena terbiasa menjadi pusat perhatian. Ada beberapa ciri anak mengalami golden child syndrome, antara lain:

1. Kebutuhan untuk Menyenangkan Orang Lain

Salah satu ciri utama dari golden child syndrome adalah dorongan yang kuat untuk selalu memenuhi harapan orang tua atau figur otoritas. Anak dengan sindrom ini merasa harus berusaha keras agar bisa mendapat perhatian dan pengakuan.

Dalam prosesnya, mereka sering mengorbankan kebutuhan dan keinginan pribadi demi memenuhi ekspektasi keluarga. Mereka meyakini bahwa kepatuhan mutlak adalah satu-satunya cara agar mendapatkan cinta dan penerimaan.

2. Dituntut untuk Tumbuh Lebih Cepat

Anak yang dijadikan kebanggaan keluarga sering kali diharapkan untuk berperan sebagai sosok dewasa lebih awal. Mereka mungkin harus mencari pekerjaan lebih cepat dibanding saudara lainnya demi membantu kondisi ekonomi keluarga.

Karena selalu dituntut menjadi panutan, mereka cenderung menghindari aktivitas yang dianggap kekanak-kanakan. Alih-alih bermain dan menikmati masa kecil, mereka lebih memilih kegiatan yang dianggap produktif dan bermanfaat.

3. Sangat Berprestasi

Anak emas biasanya memiliki semangat tinggi dalam belajar dan menyukai lingkungan yang kompetitif. Mereka bekerja keras untuk memperoleh nilai terbaik dengan tujuan membuktikan diri kepada orang tua dan lingkungan sekitar.

Kesuksesan akademik mereka sering kali dijadikan kebanggaan keluarga. Orang tua pun dengan senang hati menunjukkan pencapaian anak mereka sebagai bukti keberhasilan pola asuh yang diterapkan.

4. Takut Gagal

Sejak kecil, anak emas didorong untuk selalu mencapai kesempurnaan. Mereka terbiasa menerima tekanan besar agar selalu berhasil, sehingga kegagalan menjadi hal yang menakutkan bagi mereka.

Ketika tidak mampu memenuhi ekspektasi yang tinggi, mereka cenderung merasa frustrasi dan menyalahkan diri sendiri. Perasaan ini dapat berdampak pada kesehatan mental mereka dan membuat mereka sulit menerima kekurangan diri.

5 Cara Mengatasi Orang Tua Golden Child Syndrome

Mengakui bahwa pola asuh kita bisa menimbulkan golden child syndrome memang tidak mudah. Namun langkah pertama dalam memperbaiki pola asuh adalah dengan kesadaran dan kemauan untuk berubah. Berikut adalah lima cara yang bisa Bunda lakukan agar tidak terjebak dalam pola orang tua dengan sindrom anak emas.

1. Berikan Kasih Sayang Tanpa Syarat

Penting bagi anak untuk mengetahui bahwa kasih sayang orang tua tidak tergantung pada prestasi atau pencapaian akademik. Mereka perlu merasa bahwa nilai mereka tidak diukur berdasarkan piala atau nilai rapor yang dibawa pulang.

Dukungan emosional yang diberikan dengan tulus membantu anak membangun rasa percaya diri yang sehat. Ketika anak merasa dicintai tanpa tekanan untuk selalu sempurna, mereka akan tumbuh dengan keseimbangan psikologis yang lebih baik.

2. Validasi Semua Emosi Anak

Anak yang terbiasa menjadi anak emas sering kali merasa hanya boleh menunjukkan kebahagiaan. Padahal, semua emosi perlu diakui dan diterima agar mereka dapat memahami serta mengelola perasaan mereka sendiri.

Sebagai orang tua, penting untuk memberi anak ruang dalam mengekspresikan kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan. Dengan cara ini, mereka belajar bahwa setiap perasaan memiliki tempat dan dapat dihadapi dengan sehat.

3. Hargai Usaha, Bukan Hanya Hasil

Banyak anak merasa dihargai hanya ketika mereka mendapatkan prestasi tinggi. Padahal, usaha dan ketekunan mereka dalam mencapai sesuatu jauh lebih penting daripada sekadar hasil akhir.

Alih-alih fokus pada ranking atau piala, pujilah proses kerja keras dan konsistensi mereka. Dengan begitu, anak memiliki motivasi intrinsik yang lebih sehat dan tidak bergantung pada validasi dari luar.

4. Hindari Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Setiap anak memiliki keunikan dan potensi masing-masing. Membandingkan mereka dengan saudara atau teman sebaya dapat menimbulkan perasaan rendah diri atau sebaliknya, rasa superioritas yang tidak realistis.

Kompetisi yang tidak sehat dapat menghambat perkembangan anak dalam memahami nilai dirinya sendiri. Orang tua sebaiknya fokus pada kekuatan dan kelebihan anak tanpa menjadikannya sebagai bahan perbandingan.

5. Refleksi Diri sebagai Orang Tua

Orang tua perlu mengambil waktu untuk merenungkan apakah ekspektasi terhadap anak berasal dari pengalaman pribadi mereka. Terkadang, luka emosional yang belum terselesaikan membuat mereka tanpa sadar menaruh tekanan berlebih pada anak.

Jika menyadari hal ini, orang tua dapat mulai memulihkan diri terlebih dahulu. Dengan kesehatan emosional yang lebih stabil, mereka akan mampu membesarkan anak dengan cinta yang lebih seimbang dan penuh pengertian.

Kesimpulan

Golden child syndrome bukan bentuk kasih sayang yang ideal loh Bun, melainkan bentuk tekanan yang bisa menyebabkan anak merasa tidak nyaman dengan pola asuh yang kita terapkan. Jika dibiarkan, anak bisa tumbuh dengan kepribadian yang rapuh, merasa harus selalu menyenangkan orang lain, atau justru merasa lebih unggul dari orang lain.

Mendidik anak bukan soal membuat mereka sempurna, tapi membesarkan mereka menjadi pribadi yang utuh: yang mampu mengenali kekuatan dan kelemahannya, dan tetap merasa dicintai apa adanya.

Yuk Bunda, sadari sejak dini apakah ada kecenderungan golden child syndrome dalam pola asuh kita. Mari bersama-sama belajar menjadi orang tua yang penuh cinta, bukan tuntutan.

Reference 

  1. Golden Child Syndrome Could Be Hurting Your Mental Health. Charlie Health. Diakses pada 2025  ↩︎
Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *