Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Parenting VOC Efektif untuk Mendidik Anak Saat Ini? Simak Ini Penjelasannya  

voc parenting
May 29, 2025

Ayah dan Bunda, di tengah banyaknya trend gaya pengasuhan, mungkin Anda pernah mendengar istilah “Parenting VOC” dan bertanya-tanya, apakah metode ini efektif untuk mendidik anak di era modern ini? 

Istilah Parenting VOC mulai ramai diperbincangkan setelah banyak diperkenalkan berbagai influencer dalam pola pengasuhan yang efektif bagi anak yang dianggap kurang baik.

Sebenarnya, istilah parenting ini sebagai sindiran terhadap pola pengasuhan lama yang keras, kaku, dan penuh tekanan. Sebutan ini diambil dari gaya otoriter masa penjajahan VOC yang identik dengan hukuman, dominasi, dan tidak memberikan ruang bagi suara yang lebih lemah.

Dalam konteks parenting, gaya pengasuhan seperti ini dicirikan dengan cara mendidik anak yang menekankan kepatuhan mutlak, minim dialog, dan sering kali melibatkan ancaman atau kekerasan verbal. Kalimat seperti “Karena Mama bilang begitu!”, “Kamu harus nurut tanpa banyak alasan”, atau “Kalau nakal, Mama hukum!” merupakan contoh konkret dari praktik parenting VOC yang sering terjadi.

Apa Itu Parenting VOC dan Dampaknya

Nah, setelah kita mengenal mengenai parenting VOC yang saat ini ramai dibahas, lalu, apakah parenting VOC masih relevan dan efektif untuk mendidik anak di era saat ini?

Berikut ini beberapa dampak dari parenting VOC terhadap perkembangan anak menurut hasil penelitian dan tinjauan psikologis:

1. Anak Tumbuh dengan Rasa Takut, Bukan Respek

Gaya pengasuhan yang terlalu otoriter sering kali membuat anak lebih merasa takut daripada menghormati orang tuanya. Ketakutan ini dapat menyebabkan tekanan emosional yang berdampak pada kesejahteraan psikologis anak.

Jika berlangsung dalam jangka panjang, anak bisa mengalami kecemasan serta kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin ragu untuk mengekspresikan diri karena terbiasa dengan aturan yang terlalu ketat.

2. Minimnya Rasa Percaya Diri pada Anak

Anak yang selalu ditekan dan tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya berisiko tumbuh menjadi individu yang kurang percaya diri. Mereka merasa bahwa pendapat mereka tidak penting dan takut untuk mengungkapkan isi pikirannya.

Akibatnya, mereka bisa mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan secara mandiri. Kurangnya rasa percaya diri ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk interaksi sosial dan keberanian dalam menghadapi tantangan.

3. Sulit Menjalin Hubungan Emosional dengan Orang Tua

Pola asuh yang terlalu otoriter sering kali mengabaikan koneksi emosional antara anak dan orang tua. Meskipun anak mungkin terlihat patuh, mereka tidak selalu merasa nyaman untuk berbagi pikiran atau perasaan mereka.

Kurangnya keterbukaan ini dapat berdampak pada kemampuan anak dalam membangun hubungan interpersonal di masa depan. Anak yang terbiasa dengan komunikasi yang tidak hangat bisa mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan terhadap orang lain.

4. Anak Cenderung Meniru Gaya Kekerasan

Penelitian lain menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter lebih cenderung meniru perilaku agresif. Mereka mungkin mengadopsi pola dominatif saat berinteraksi dengan teman sebaya atau adik mereka.

Karena anak belajar dari lingkungan sekitarnya, mereka mungkin menganggap kekerasan sebagai cara yang normal untuk menyelesaikan masalah. Pola ini bisa terbawa hingga dewasa jika tidak diperbaiki dengan pendekatan yang lebih lembut dan edukatif.

5. Kemungkinan Melawan Saat Dewasa

Meskipun anak terlihat patuh saat kecil, mereka dapat berkembang menjadi individu yang konfrontatif terhadap otoritas saat mulai mandiri. Ini adalah reaksi alami dari tekanan yang mereka alami sejak kecil dan akhirnya terakumulasi.

Saat mereka memiliki kendali atas kehidupannya sendiri, mereka mungkin menolak segala bentuk aturan yang dirasa mengekang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membangun pendekatan disiplin yang seimbang antara ketegasan dan kelembutan.

5 Cara Parenting yang Tepat dan Efektif di Era Kini

Sebagai orang tua masa kini, penting bagi kita untuk meninggalkan warisan pengasuhan VOC yang penuh tekanan dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih sehat dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Berikut ini adalah lima prinsip pengasuhan modern yang bisa diterapkan:

1. Bangun Komunikasi Dua Arah

Anak perlu merasa bahwa pendapat serta perasaannya dihargai. Dengan membuka ruang dialog, mereka belajar bagaimana mengungkapkan pikiran, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, serta membangun kepercayaan diri sejak dini.

Menurut studi menjelaskan bahwa komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak berkontribusi besar terhadap kesehatan mental mereka. Saat anak merasa didengar, mereka lebih mudah menerima arahan dan terbiasa berkomunikasi dengan baik.

2. Tetapkan Aturan yang Jelas namun Fleksibel

Batasan tetap dibutuhkan agar anak merasa aman dan memiliki pedoman yang jelas dalam kehidupan sehari-hari. Namun, batasan ini sebaiknya dibuat dengan logika yang mudah dipahami, sehingga anak bisa menerima aturan dengan lebih baik.

Alih-alih melarang secara langsung, orang tua dapat menjelaskan alasannya dengan kalimat yang lebih mendukung, seperti “Kalau terlalu malam, kamu bisa kelelahan dan besok sulit bangun. Yuk, kita atur waktu bermainnya agar tetap menyenangkan.”

3. Gunakan Disiplin Positif

Daripada menghukum, orang tua sebaiknya fokus pada strategi yang membangun untuk memperbaiki perilaku anak. Teknik seperti time-in (bukan time-out), refleksi bersama, serta pemberian apresiasi terhadap perilaku positif sangat efektif dalam membentuk karakter anak.

Disiplin positif telah terbukti lebih efektif dibandingkan ancaman atau hukuman fisik. Menurut penelitian dari American Academy of Pediatrics (2020), pendekatan ini membantu anak mengembangkan regulasi diri dan meningkatkan hubungan emosional dengan orang tua.

4. Bangun Koneksi Emosional Sejak Dini

Interaksi yang penuh kasih sayang merupakan dasar utama dalam pengasuhan yang sehat. Pelukan, tatapan mata yang penuh perhatian, serta berbicara dengan nada lembut membantu anak merasa dekat dan nyaman dengan orang tua.

Anak yang memiliki koneksi emosional yang kuat dengan orang tuanya akan lebih mudah diarahkan dan memiliki kontrol emosi yang lebih baik. Hubungan yang erat juga membantu mereka merasa lebih aman dan percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi.

5. Jadilah Contoh Nyata Untuk Anak 

Anak belajar bukan hanya dari apa yang mereka dengar tetapi juga dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua ingin anak disiplin, mereka sendiri harus menunjukkan kedisiplinan. Jika ingin anak belajar mengelola emosi, mereka juga harus memberikan contoh bagaimana menenangkan diri dalam situasi sulit.

Orang tua seharusnya menjadi teladan yang baik bagi anak. Sebagaimana kisah para salafus shalih terdahulu, orang tua perlu menjadi teladan terlebih dahulu bagi anak, agar dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. 

Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalam adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan dalam al-Qur’an:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ 

“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” ( QS. al-Mumtahanah: 4)

Parenting yang efektif selalu dimulai dari orang tua sebagai teladan. Sikap serta kebiasaan yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi referensi utama bagi anak dalam membangun karakter dan kebiasaan yang positif.

Kesimpulan

Parenting VOC adalah gaya pengasuhan lama yang menekankan dominasi dan kepatuhan mutlak. Meskipun mungkin dianggap berhasil di masa lalu, pendekatan ini terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan psikologis anak. 

Anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh keras lebih berisiko mengalami kecemasan, rendah diri, hingga perilaku agresif di kemudian hari.

Saat ini, para ahli parenting dan psikolog anak merekomendasikan pendekatan yang lebih humanis, empatik, dan komunikatif. Dengan membangun hubungan emosional yang sehat, menerapkan disiplin positif, serta menjadi contoh yang baik, orang tua dapat membesarkan anak yang mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Meninggalkan pola parenting VOC bukan berarti membiarkan anak tanpa aturan, melainkan mengganti pendekatan lama yang menekan dengan metode baru yang membimbing. Karena sejatinya, menjadi orang tua bukan hanya tentang membuat anak patuh, tapi membantu mereka tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya.

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *