Parenting Islami: Mencegah Bullying dengan Menanamkan Akhlak Mulia pada Anak
Pernahkah kita mendengar anak-anak mengejek temannya dengan sebutan seperti, “Orang gila,” atau “Kudis”? Kasus viral tentang seorang pelaku yang melukai temannya karena merasa tersinggung akibat ejekan menjadi pelajaran besar bagi kita sebagai orang tua. Dalam kasus tersebut, korban sering mengejek pelaku dengan sebutan buruk, tetapi tidak pernah ditegur oleh orang tuanya. Meskipun tindakan pelaku tidak dapat dibenarkan, kita bisa memetik hikmah dari sisi parenting untuk mencegah hal serupa terjadi.
Anak-anak tidak lahir dengan kebencian. Mereka tidak mengenal istilah menghina, merendahkan, atau mengejek. Istilah-istilah buruk itu tidak datang dari fitrah mereka, melainkan dari lingkungan dan didikan yang membentuknya. Sebagaimana dalam konsep Nature vs Nurture, potensi alami anak dapat berkembang sesuai dengan bagaimana ia dibentuk oleh didikan orang tua dan lingkungannya.
Islam Mengajarkan Fitrah Kebaikan
Islam menegaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu suci dan bersih. Rasulullah ḤR bersabda:
مَا مِنْ مَوْلوّدٍ إِلَّا يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهُ أَوْ يُنَصِرَانِهُ أَوْ يُمَجِّسَانِهُ
“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia Yahudi, atau menjadikan dia Nasrani, atau menjadikan dia Majusi…”
(HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).
Hadits ini mengingatkan kita bahwa orang tua memiliki peran penting dalam menjaga dan membimbing fitrah anak agar tetap sesuai dengan apa yang Allah Ḥ turunkan. Salah satu amanah itu adalah mengajarkan akhlak mulia, termasuk menjaga lisan dan menghormati sesama.
Mengapa Anak-Anak Sering Mengejek?
Sebutan buruk seperti “Jelek,” “Dekil,” atau “Item” bukanlah bagian dari fitrah. Prasangka dan kebencian adalah hal yang dipelajari anak dari lingkungannya. Jika anak terbiasa mendengar ejekan atau melihat orang lain saling merendahkan, ia akan meniru nya. Inilah pentingnya lingkungan yang positif dalam membentuk karakter anak.
Sikap meremehkan atau berkata buruk tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Allah Ḥ berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).”
(QS. Al-Hujurat: 11).
Keteladanan Rasulullah dalam Mengajarkan Akhlak
Rasulullah ḤR adalah teladan terbaik dalam mendidik anak-anak dan masyarakat untuk menjaga lisan. Dalam sebuah kisah, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bagaimana Rasulullah ḤR tidak pernah berkata kasar kepadanya selama melayani beliau:
لَقَدْ خَدَمْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ عَشْرَ سِنِيْنَ فَمَا قَالَ لِيْ قَطٌْ أُفْ وَلَا لِشَيْءٍ فَعَلْتُهُ لِمَ فَعَلْتَهُ؟
“Aku pernah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun, dan tidak pernah beliau berkata kasar kepadaku, tidak pernah mencelaku, dan tidak pernah memarahiku.”
(HR. Tirmidzi no. 2015).
Keteladanan ini mengajarkan kita pentingnya menciptakan suasana rumah yang penuh kasih sayang dan menjaga lisan dari kata-kata yang menyakiti.
Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?
Sebagai orang tua, ada beberapa langkah konkret yang bisa kita ambil untuk mencegah anak tumbuh menjadi pelaku bullying atau korban bullying:
1. Menjadi Teladan untuk Anak
Anak adalah peniru ulung. Mereka lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat dibanding apa yang mereka dengar. Maka, orang tua harus menjadi teladan dalam menjaga lisan dan bersikap baik kepada sesama.
Tips Praktis:
- Biasakan berkata baik di depan anak, bahkan ketika sedang marah.
- Tunjukkan sikap hormat kepada semua orang, termasuk asisten rumah tangga, tetangga, atau teman.
2. Memberikan Batasan yang Jelas
Hindari berlindung di balik kalimat “Namanya juga anak-anak” untuk membiarkan perilaku buruk. Anak perlu diajarkan bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi.
Tips Praktis:
- Tegur anak dengan lembut namun tegas jika ia berbicara kasar.
- Jelaskan kepada anak mengapa kata-kata tertentu tidak boleh diucapkan dan bagaimana perasaan orang lain jika mendengarnya.
3. Membangun Empati Sejak Dini
Ajarkan anak untuk memahami perasaan orang lain. Anak-anak yang diajarkan empati akan lebih menghargai orang lain dan menghindari perilaku menyakiti.
Tips Praktis:
- Gunakan cerita atau buku yang mengajarkan nilai-nilai empati.
- Libatkan anak dalam kegiatan sosial, seperti berbagi dengan sesama atau membantu orang yang membutuhkan.
Kesimpulan
Parenting Islami menuntun kita untuk membimbing anak-anak sesuai dengan fitrah mereka yang suci dan menjaga akhlak mulia. Dengan menjadi teladan yang baik, memberikan batasan yang jelas, dan mengajarkan empati, kita dapat mencegah perilaku bullying dalam keluarga dan masyarakat.Sebagaimana pesan Rasulullah ḤR, orang tua adalah kunci utama dalam membentuk karakter anak. Maka, mari mulai dari rumah kita sendiri untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mulia akhlaknya. Dunia yang aman dimulai dari keluarga kita.