Mother Wound Bisa Berakibat Buruk Pada Anak Perempuan Hingga Dewasa? Simak Penjelasannya
Bunda, pernahkah kita mendengar istilah mother wound? Mungkin terdengar asing, namun konsep ini merujuk pada luka emosional yang tidak terselesaikan antara ibu dan anak perempuan, yang ternyata dampaknya bisa jauh lebih dalam dan terbawa hingga anak dewasa.
Sebagai seorang ibu, tentu kita ingin memberikan yang terbaik bagi putri kita, namun terkadang tanpa disadari, pola hubungan yang kurang sehat bisa meninggalkan jejak luka yang sulit disembuhkan.
Artikel ini hadir untuk membuka wawasan kita tentang mother wound dan potensi dampaknya bagi perkembangan anak perempuan, bahkan hingga ia dewasa. Kita akan mengulas berbagai bentuk mother wound yang mungkin terjadi, serta bagaimana luka emosional ini dapat mempengaruhi kepercayaan diri, hubungan interpersonal, dan kesehatan mental anak.
Dengan memahami konsep ini, diharapkan kita sebagai ibu dapat lebih reflektif dan berupaya membangun hubungan yang sehat dan suportif dengan putri tercinta. Yuk, simak penjelasan selengkapnya!
Apa Itu Mother Wound dan Penyebabnya Pada Anak Perempuan
Bunda, sebelum membahas bagaimana cara menangani anak yang mengalami luka psikologi mother wound. Anda perlu mengetahui apa itu mother wound yang kerap terjadi pada anak kita.
Pengertian Mother Wound pada Anak
Mother wound adalah luka emosional yang timbul akibat hubungan yang kurang sehat antara anak dengan ibunya, terutama dalam masa kanak-kanak. Luka ini tidak selalu datang dari kekerasan fisik atau verbal. Kadang, luka ini muncul dalam bentuk kurangnya empati, tidak adanya validasi emosi, atau ekspektasi yang berlebihan dari seorang ibu terhadap anaknya.
Istilah ini pertama kali populer di kalangan psikolog dan praktisi kesehatan mental sebagai bagian dari trauma hubungan primer (primary attachment trauma). Menurut penelitian dalam menjelaskan bahwa gangguan hubungan awal antara anak dan pengasuh utama dapat berdampak langsung pada perkembangan emosi dan sosial anak.
Penyebab Mother Wound Pada Anak
Ada banyak faktor yang bisa memicu mother wound pada anak. Beberapa di antaranya meliputi:
1. Ibu yang Perfeksionis atau Terlalu Mengontrol
Seorang ibu yang menetapkan standar tinggi tanpa memberi ruang bagi anak untuk berkembang secara alami dapat menciptakan tekanan psikologis. Anak mungkin merasa bahwa kasih sayang ibu hanya diberikan jika mereka memenuhi ekspektasi tertentu.
Ketika anak tumbuh dalam lingkungan yang terlalu terstruktur dan dikontrol secara ketat, mereka bisa mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan sendiri. Sikap ini dapat berdampak pada rasa percaya diri mereka dalam menghadapi tantangan di kehidupan sehari-hari.
2. Pengabaian Emosional
Meskipun ibu hadir secara fisik dalam kehidupan anak, ketiadaan keterlibatan emosional dapat membuat anak merasa kesepian. Ketika kebutuhan emosional tidak terpenuhi, anak mungkin mencari validasi di luar rumah untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang.
Kurangnya interaksi yang penuh empati dapat menyebabkan anak merasa tidak cukup berharga. Jika kondisi ini berlangsung lama, anak bisa mengalami kesulitan dalam mengenali serta mengungkapkan emosi mereka dengan sehat.
3. Ibu yang Menyimpan Luka Masa Lalu
Luka emosional yang belum sembuh dapat mempengaruhi cara ibu berinteraksi dengan anaknya. Tanpa disadari, pengalaman traumatis di masa lalu bisa tercermin dalam pola asuh yang kaku atau terlalu protektif.
Ketika ibu tidak menyadari bahwa mereka membawa beban emosional, anak dapat ikut merasakan dampaknya. Jika tidak diatasi, pola ini bisa berulang dari generasi ke generasi, menciptakan siklus yang sulit diputus.
4. Kondisi Sosial atau Budaya
Budaya patriarki yang membatasi peran perempuan dapat berpengaruh pada pola asuh ibu. Tekanan dari lingkungan sosial membuat ibu secara tidak sadar meneruskan ekspektasi yang menekan anak perempuan agar mengikuti norma yang ada.
Dalam situasi seperti ini, anak mungkin merasa kehilangan kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan potensinya. Dukungan yang lebih terbuka dari keluarga diperlukan agar mereka dapat berkembang tanpa batasan yang membatasi diri mereka.
Yang perlu dicatat, mother wound tidak selalu berarti bahwa sang ibu adalah “orang jahat”. Banyak ibu yang melakukan ini secara tidak sadar, karena juga belum menyembuhkan lukanya sendiri.
Dampak Mother Wound pada Anak
Dampak mother wound pada anak sangat luas dan bisa muncul dalam berbagai bentuk, baik saat anak masih kecil maupun ketika sudah dewasa:
Dampak yang terjadi pada anak yang mengalami mother would merupakan masalah yang serius jika tidak segera ditangani loh Bun. Anak bisa mengalami masalah harga diri, anak merasa tidak cukup baik atau tidak layak dicintai.
Selain itu, anak juga akan sulit menjalin sebuah hubungan dan takut untuk ditinggalkan. Anak bisa terlalu perfeksionis hingga ia bisa berpotensi mengalami inner child yang keras. Sayangnya, mother wound ini juga bisa berulang ketika dewasa. Bisa terlihat saat anak menjadi orang tua dan tanpa sadar mengulang pola yang sama ke anaknya.
1Dalam sebuah penelitian berjudul Psychological Well Being Pada Anak Pertama Gadih Minangkabau menjelaskan mengenai peran anak perempuan yang mengalami banyak tuntutan disebabkan hubungan dengan Ibu yang buruk bisa menyebabkan anak mengalami kegelisahan dan faktor lainnya.
Cara Mengatasi Mother Wound pada Anak
Ada cara yang mengatasi bagi anak yang terlanjur mengalami mother wound pada anak. Bunda perhatikan dan sadari sejak dini agar luka emosi anak tidak semakin buruk.
1. Sadari dan Validasi Luka Emosional
Langkah pertama dalam penyembuhan adalah menyadari bahwa luka emosional itu ada. Banyak orang tidak langsung mengenali mother wound karena sering kali tersembunyi dalam kenangan atau interaksi yang terasa biasa.
Validasi perasaan menjadi kunci penting dalam proses ini. Tidak apa-apa jika seseorang merasa marah, kecewa, atau sedih terhadap hubungan dengan ibu semua itu adalah bagian alami dari proses penyembuhan yang sehat.
2. Lakukan Inner Child Healing
Terapi inner child membantu seseorang terhubung kembali dengan bagian diri mereka yang terluka saat masih anak-anak. Melalui teknik ini, individu diajak untuk berbicara, memahami, dan memberikan kasih sayang kepada diri kecilnya yang dulu tidak mendapat perhatian yang cukup.
Metode ini terbukti efektif dalam mengatasi trauma yang bersumber dari relasi masa kecil, termasuk mother wound. Dengan pendekatan yang tepat, seseorang dapat meredakan emosi negatif dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan dirinya sendiri.
3. Konseling atau Terapi Psikologis
Bekerja sama dengan psikolog atau terapis dapat membantu mempercepat proses pemulihan luka emosional. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) atau Attachment-Based Therapy memberikan pendekatan yang terstruktur dalam memahami dan mengelola emosi.
Dalam terapi ini, individu diberi ruang untuk mengeksplorasi pengalaman masa lalu, mengatasi pola pikir yang tidak sehat, dan membentuk cara pandang baru yang lebih positif terhadap hubungan ibu-anak.
4. Tidak Menyalahkan, Tapi Memahami
Mother wound bukan tentang menyalahkan ibu, tetapi tentang memahami pola yang sering kali diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menelusuri latar belakang ibu, seperti tekanan hidupnya atau luka masa lalunya, dapat membantu melihat situasi dengan lebih jernih.
Empati bukan berarti menoleransi perilaku yang menyakitkan, tetapi memberi ruang untuk melepaskan beban emosional. Dengan pemahaman ini, seseorang dapat membangun batasan yang sehat tanpa perlu merasa bersalah atas emosi yang mereka alami.
5. Bangun Pola Asuh Baru
Bagi yang telah menjadi orang tua, mengenali mother wound yang mungkin pernah dialami dapat membantu membangun pola pengasuhan yang lebih sehat. Memutus pola lama dan memilih pendekatan yang lebih penuh kasih sayang adalah langkah besar yang membawa dampak positif bagi anak-anak.
Validasi emosional dan komunikasi yang terbuka akan menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara sehat. Dengan pendekatan yang lebih sadar, orang tua dapat memastikan bahwa pengalaman masa lalu tidak terulang pada generasi berikutnya.
Kesimpulan
Mother wound pada anak bukan sekadar luka masa kecil yang bisa dilupakan begitu saja. Ia adalah luka emosional yang bisa membentuk cara pandang seseorang terhadap dirinya, relasinya, dan bahkan dunia. Namun kabar baiknya, luka ini bisa disembuhkan. Dengan kesadaran, dukungan, dan proses penyembuhan yang tepat, siapa pun bisa bangkit dari luka dan membangun kehidupan yang lebih sehat secara emosional.
Mengutip penelitian dari berbagai sumber, penyembuhan trauma relasional membutuhkan waktu, tetapi sangat mungkin dilakukan melalui pendekatan psikoterapi dan refleksi diri yang berkelanjutan.
Reference
- Klara Amanda dkk. 2022. Psychological well being pada anak pertama Gadih Minangkabau: Sebuah studi psikologi indigenous. Jurnal Spirit. Vol 12 No 2 ↩︎