4 Modal Belajar Parenting yang Perlu Diketahui Calon Orang Tua
Ayah dan Bunda, perjalanan menjadi orang tua adalah sebuah anugerah sekaligus tanggung jawab besar. Kita semua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi buah hati, namun seringkali merasa tidak tahu harus memulai dari mana. Proses belajar parenting bukanlah sesuatu yang instan, melainkan sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan bekal dan persiapan matang.
Lalu, apa saja modal dasar yang perlu dimiliki oleh para calon orang tua agar siap menghadapi tantangan mendidik generasi penerus?
Artikel ini hadir untuk mengupas empat modal penting dalam belajar parenting yang perlu diketahui calon orang tua. Salah satu modal krusial yang akan kita bahas adalah kepedulian bukan hanya pada anak, tetapi juga pada diri sendiri dan pasangan.
Dengan kepedulian yang kuat, Ayah dan Bunda dapat membangun fondasi keluarga yang kokoh, harmonis, dan penuh kasih sayang. Yuk, simak penjelasan selengkapnya agar Anda siap menyambut peran mulia ini dengan bekal yang mumpuni!
Pentingnya Belajar Parenting Sejak Dini
Menjadi orang tua bukan sekadar tanggung jawab, tetapi juga perjalanan yang membutuhkan kesiapan emosional, mental, serta pemahaman yang mendalam. Belajar parenting sejak dini membantu calon orang tua dalam membangun pola asuh yang sehat dan penuh kesadaran.
Berikut beberapa manfaat utama dari belajar parenting sebelum memiliki anak.
1. Membangun Hubungan Emosional yang Sehat dengan Anak
Mempelajari parenting sejak awal memberikan pemahaman tentang cara membangun attachment yang aman dan positif dengan anak. Hubungan yang hangat dan responsif telah terbukti menjadi dasar bagi perkembangan kecerdasan emosional serta sosial anak di masa depan.
Pola asuh yang penuh perhatian akan membuat anak merasa aman dan lebih percaya diri dalam menjalin hubungan. Dengan komunikasi yang baik dan kepekaan terhadap kebutuhan emosional anak, ikatan keluarga menjadi lebih kuat.
2. Meningkatkan Kesiapan Mental Menjadi Orang Tua
Banyak pasangan mengalami culture shock setelah memiliki anak, terutama jika mereka belum memahami tantangan pengasuhan yang sebenarnya. Kurangnya persiapan mental sering kali membuat konflik kecil dalam rumah tangga menjadi lebih besar.
Dengan belajar parenting, calon orang tua akan memahami ekspektasi yang realistis, cara mengelola stres, serta pentingnya kerja sama dalam mengasuh anak. Kesiapan psikologis ini membantu keluarga menjalani fase parenting dengan lebih tenang dan harmonis.
3. Menghindari Pola Asuh yang Salah
Tanpa disadari, beberapa orang tua mengulang pola asuh yang mereka alami semasa kecil, meskipun metode tersebut kurang sehat. Pola asuh yang penuh tekanan, ancaman, atau minim empati dapat berdampak buruk pada perkembangan anak.
Belajar parenting membantu calon orang tua dalam mengenali serta memilah praktik yang baik dan yang perlu dihindari. Dengan memahami strategi pengasuhan yang lebih positif, mereka dapat membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan anak secara optimal.
4. Lebih Siap Menghadapi Tantangan Zaman Digital
Perubahan zaman membawa tantangan baru dalam pengasuhan anak. Anak-anak saat ini tumbuh dalam era digital dengan paparan teknologi, isu kesehatan mental, serta tekanan sosial yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Orang tua yang memiliki pemahaman parenting akan lebih bijak dalam mengelola screen time, membimbing anak dalam pergaulan digital, serta menanamkan nilai dan karakter yang kuat. Dengan kesiapan ini, mereka dapat membantu anak tumbuh dengan keseimbangan yang tepat antara teknologi dan kehidupan nyata.
4 Modal Belajar Parenting yang Perlu Diketahui Calon Orang Tua
Memiliki bekal ilmu parenting bukan berarti harus langsung menjadi ahli. Namun, ada empat modal belajar parenting yang penting dan bisa mulai dibangun sejak masa pranikah atau awal kehamilan:
1. Pengetahuan tentang Perkembangan Anak
Memahami tahapan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan hingga usia sekolah dasar adalah langkah awal dalam menjadi orang tua yang responsif. Misalnya, mengetahui bahwa anak usia 0–3 tahun sangat bergantung pada pengasuhan penuh kasih, atau bahwa usia prasekolah adalah masa emas perkembangan bahasa dan kemandirian.
Menurut studi dalam Early Childhood Research Quarterly (Shonkoff & Phillips, 2000), stimulasi yang tepat pada lima tahun pertama kehidupan berdampak besar terhadap kemampuan kognitif dan sosial anak di masa depan.
Ikuti kelas parenting atau webinar perkembangan anak secara rutin. Banyak lembaga yang menyediakan pelatihan ini secara gratis atau terjangkau.
2. Keterampilan Komunikasi dan Regulasi Emosi
Menjadi orang tua bukan hanya soal mengurus kebutuhan fisik anak, tapi juga menjadi teladan dalam berkomunikasi dan mengelola emosi. Kemampuan mendengarkan aktif, menyampaikan nasihat tanpa menghakimi, serta mengendalikan kemarahan adalah bagian dari parenting yang sehat.
Penelitian dari Journal of Child and Family Studies (Eisenberg et al., 2001) menunjukkan bahwa orang tua yang mampu mengelola emosi dengan baik cenderung memiliki anak yang lebih mampu mengatur diri dan memiliki hubungan sosial yang positif.
Latih teknik mindfulness atau konsultasi dengan konselor keluarga untuk memperkuat pengendalian emosi dalam pengasuhan.
3. Pemahaman Nilai dan Filosofi Parenting untuk Keluarga Anda
Setiap orang tua idealnya memiliki prinsip dan nilai pengasuhan yang disepakati bersama. Apakah ingin membesarkan anak yang mandiri? Penuh empati? Religius? Semua itu bisa dirancang sejak awal dengan memahami berbagai gaya parenting: authoritative, permissive, atau neglectful.
Menurut Baumrind (1991), gaya pengasuhan authoritative (tegas namun penuh kasih sayang) terbukti paling efektif dalam mendukung perkembangan anak yang sehat secara mental dan sosial.
Diskusikan dengan pasangan tentang nilai-nilai pengasuhan yang ingin dibentuk. Pastikan visi ini selaras agar tidak terjadi konflik saat anak lahir.
4. Kesiapan Dukungan Sosial dan Lingkungan
Belajar parenting tidak bisa sendiri. Calon orang tua membutuhkan komunitas, dukungan keluarga, dan lingkungan yang positif. Terlibat dalam kelompok diskusi parenting atau komunitas ibu dan ayah muda bisa membantu memperluas perspektif dan memberi kekuatan saat menghadapi tantangan.
Studi dalam Pediatrics Journal (Cohen & Wills, 1985) menyatakan bahwa dukungan sosial yang kuat dapat mengurangi stres orang tua dan meningkatkan kualitas pengasuhan.
Bergabunglah dalam komunitas parenting baik online maupun offline. Bertukar cerita dengan sesama calon orang tua bisa memberi banyak inspirasi.
Penutup
Menjadi orang tua bukan hanya soal memberikan yang terbaik untuk anak, tapi juga menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Dengan memiliki modal belajar parenting yang cukup, calon orang tua dapat melangkah ke jenjang keluarga dengan lebih percaya diri, penuh kasih, dan siap membimbing generasi penerus dengan bijak.
Kepedulian terhadap ilmu pengasuhan bukanlah beban, melainkan wujud cinta sejati kepada anak dan keluarga. Yuk, mulai dari sekarang, bekali diri dengan ilmu, melatih empati, dan siapkan pondasi keluarga yang harmonis sejak awal.
Reference
American Psychological Association. Diakses pada 2024. Parenting. UNICEF. Diakses pada 2025. Parenting.