Lembaga Pendidikan Montessori Islam

5 Cara Menjelaskan Kematian pada Anak sesuai Dengan Tahapan Usianya

konsep kematian pada anak
April 30, 2025

Ayah dan Bunda, topik kematian seringkali menjadi hal yang sulit untuk dibicarakan, apalagi dengan anak-anak. Namun, kematian adalah bagian dari siklus kehidupan yang tak terhindarkan, dan menghindarinya justru bisa menimbulkan kebingungan dan ketakutan pada si kecil. Maka dari itu, perlu mengetahui cara menjelaskan konsep kematian pada anak sesuai dengan usianya.

Lantas, bagaimana cara yang tepat menjelaskan kematian pada anak sesuai dengan pemahaman mereka?Artikel ini hadir untuk memberikan panduan praktis bagi Ayah dan Bunda tentang lima cara efektif menjelaskan kematian pada anak sesuai dengan tahapan usia mereka.

Kita akan membahas pendekatan yang berbeda untuk anak prasekolah, usia sekolah, hingga remaja, memastikan mereka mendapatkan penjelasan yang jujur, lembut, dan sesuai dengan kemampuan kognitif serta emosional mereka. 

Dengan pemahaman yang tepat, kita dapat membantu anak-anak melalui masa sulit ini dengan lebih baik. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Kenapa Penting Bicara Kematian kepada Anak

Banyak orang tua berusaha melindungi anak dari kesedihan dengan menghindari pembicaraan tentang kematian. Namun, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan penjelasan jujur dan sesuai usianya mengenai kematian memiliki kecenderungan lebih baik dalam mengatasi rasa duka. 

Studi lain menegaskan bahwa pembicaraan terbuka tentang kematian membantu anak memahami konsep akhir kehidupan, mengurangi kecemasan, dan memperkuat daya tahan emosional mereka.

Selain itu, dalam perspektif Islam, mengenalkan konsep kematian sejak dini merupakan bagian dari pendidikan akidah. Anak diajarkan bahwa kehidupan di dunia bersifat sementara dan kematian adalah bagian dari perjalanan menuju kehidupan akhirat.

Seperti yang sudah Allah jelaskan dalam firmanNya di Q.S Al Ankabut ayat 56 bahwa setiap makhluk yang hidup akan kembali kepada Allah. 

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ ۝٥٧

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan.  

Dengan memahami ini, anak diharapkan tumbuh dengan pemahaman yang seimbang antara kecintaan pada dunia dan persiapan untuk kehidupan setelahnya.

Berbicara tentang kematian juga mengajarkan anak keterampilan penting dalam menghadapi perasaan duka dan kehilangan yang pasti akan mereka alami dalam hidup. 

Sejumlah penelitian menjelaskan bahwa komunikasi terbuka mengenai kematian membantu anak membangun keterampilan koping yang sehat serta meningkatkan kemampuan mereka untuk berempati terhadap orang lain.

5 Cara Menjelaskan Kematian pada Anak Sesuai Tahapan Usianya

Setiap usia anak memerlukan pendekatan yang berbeda dalam menjelaskan kematian. Berikut lima cara menyesuaikan penjelasan berdasarkan tahapan perkembangan anak sesuai yang diambil dari artikel The MHPSS Collaborative dengan judul Berkomunikasi dengan Anak-anak Mengenai Kematian, dan Membantu Mengatasi Dukacita

1. Usia 0-2 Tahun: Perpisahan yang Menimbulkan Distres

Balita mengalami kesulitan memahami konsep kematian, sehingga perpisahan yang berkepanjangan dari orang tersayang dapat terasa sangat menyakitkan. Mereka cenderung menunjukkan reaksi emosional seperti menangis, menjadi pendiam, atau lebih mudah marah.

Ketidakmampuan mereka untuk memahami bahwa kematian bersifat permanen membuat mereka semakin stres seiring berjalannya waktu. Mereka mungkin menjadi lebih menuntut perhatian dan merasa takut atau enggan berinteraksi dengan pengasuh lain selain orang yang biasa merawatnya.

2. Usia 3-5 Tahun: Pemahaman Sederhana tentang Kematian

Anak-anak di usia ini masih belum sepenuhnya mengerti bahwa kematian bersifat selamanya. Mereka mungkin terus bertanya apakah orang yang telah meninggal akan kembali dan mencari penjelasan yang sederhana tentang apa yang terjadi.

Selain itu, mereka bisa memiliki pemikiran ajaib, yaitu meyakini bahwa perilaku mereka menyebabkan kematian seseorang. Misalnya, mereka mungkin berpikir bahwa orang tua mereka tidak kembali karena mereka telah berbuat nakal. Beberapa anak menunjukkan regresi perilaku, seperti mengompol atau menolak dipisahkan dari orang yang masih hidup.

3. Usia 6-11 Tahun: Kesadaran akan Permanensi Kematian

Di usia ini, anak mulai memahami bahwa kematian itu abadi dan bahwa orang yang telah meninggal tidak akan kembali. Mereka juga menyadari bahwa kematian dapat terjadi pada siapa saja, sehingga mereka mulai khawatir akan kehilangan orang-orang terdekat.

Mereka mungkin masih memiliki pemikiran ajaib, tetapi juga menunjukkan rasa penasaran terhadap sebab-akibat dari kematian seseorang. Emosi seperti kemarahan dan kesedihan bisa muncul, terkadang diarahkan pada orang yang telah meninggal atau bahkan pada diri mereka sendiri. Dalam beberapa budaya, anak laki-laki mulai diajarkan untuk menyembunyikan perasaan mereka.

4. Usia 12 Tahun ke Masa Remaja: Refleksi dan Kebutuhan Dukungan

Remaja memahami bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak dapat diubah dan bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk mereka sendiri. Mereka mulai memikirkan konsep keadilan dan ketidakadilan dalam kehidupan, serta mencari jawaban atas pertanyaan yang lebih mendalam mengenai alasan di balik suatu kejadian.

Pada tahap ini, mereka menghadapi konflik antara kemandirian dan kebutuhan akan kedekatan dengan keluarga. Kehilangan teman atau orang terdekat dapat sangat mempengaruhi mereka, dengan reaksi yang bervariasi mulai dari sikap seolah tidak peduli hingga kemarahan dan kesedihan yang mendalam. Beberapa remaja bahkan merasa bertanggung jawab atas keluarganya setelah kehilangan orang tua.

Dalam semua tahap usia, kunci terpenting adalah menjadi pendengar yang empatik. Biarkan anak mengekspresikan apa yang mereka rasakan dan pastikan mereka tahu bahwa semua perasaan itu valid. Jangan terburu-buru menghilangkan kesedihan anak, melainkan dampingi mereka dengan kasih sayang.

Lantas, Bagaimana Cara yang Tepat untuk Menjelaskan pada Anak Mengenai Kematian? 

Nah, Bunda mungkin ada beberapa hal yang membuat Anda kebingungan bagaimana menjelaskan kematian seseorang pada anak. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk memudahkan Anda memaknai kematian, antara lain: 

1. Pilih Tempat yang Tenang dan Nyaman

Temukan ruang yang aman dan hening untuk berbicara dengan anak tentang kehilangan. Jika berbagi tempat tinggal dengan orang lain, mintalah pengertian mereka agar memberikan ruang dan keheningan untuk percakapan ini.

Suasana yang tenang akan membantu anak merasa lebih nyaman saat menerima informasi sulit. Dengan mengurangi gangguan, mereka dapat lebih fokus dan memahami apa yang dikatakan tanpa merasa terlalu tertekan.

2. Persiapkan Diri Sebelum Berbicara dengan Anak

Luangkan waktu untuk memikirkan apa yang ingin disampaikan dan siapkan mental untuk menghadapi pertanyaan yang sulit. Perasaan stres atau bingung adalah hal yang wajar dalam situasi ini, baik bagi orang tua maupun anak.

Jika memiliki anak dengan rentang usia berbeda, pertimbangkan untuk berbicara dengan mereka secara terpisah. Anak yang lebih besar mungkin memiliki lebih banyak pertanyaan, sementara yang lebih kecil bisa lebih mudah teralihkan oleh emosi atau lingkungan sekitar.

3. Berikan Kenyamanan saat Berbicara

Minta anak duduk bersama Anda dan berikan mereka kenyamanan tambahan jika diperlukan, seperti mainan kesayangan atau selimut favorit. Ini akan membantu mereka merasa lebih aman saat mendengarkan kabar yang sulit.

Bicaralah dengan tenang dan perlahan, serta beri jeda agar mereka punya waktu untuk memahami informasi yang diberikan. Kesabaran sangat penting dalam situasi ini agar anak tidak merasa terburu-buru dalam memahami kenyataan yang ada.

4. Tanyakan Apa yang Anak Sudah Ketahui

Sebelum menjelaskan lebih jauh, tanyakan kepada anak tentang apa yang mereka pikirkan atau sudah ketahui mengenai situasi yang terjadi. Ini akan membantu Anda memahami bagaimana mereka melihat kejadian ini.

Menyesuaikan informasi dengan perspektif anak akan membuat mereka lebih mudah menerima kenyataan. Jika mereka memiliki kesalahpahaman, Anda bisa meluruskan dengan penjelasan yang sesuai dengan usia mereka.

5. Gunakan Kata-Kata yang Jelas dan Tidak Membingungkan

Saat menjelaskan kematian kepada anak, gunakan kata-kata yang konkret dan sesuai dengan usia mereka. Hindari frasa seperti “Kakek sedang pergi jauh” atau “Ayah sedang tertidur”, karena ini bisa membuat anak berpikir bahwa orang tersebut masih bisa kembali.

Untuk anak kecil, penjelasan sederhana sangat penting, seperti “Ibu sangat menyesal, tapi tubuh dan pikiran Ayah telah berhenti bekerja sepenuhnya. Ayah tidak bisa bergerak lagi, bernapas, berpikir, atau berbicara.”

6. Beri Waktu bagi Anak untuk Memproses Informasi

Anak mungkin bereaksi dengan terlihat tidak peduli atau bahkan tampak tidak memahami informasi yang diberikan. Bersabarlah dan tunggu hingga mereka siap untuk menanggapi.

Mereka juga mungkin akan terus menanyakan pertanyaan yang sama dalam beberapa hari atau minggu ke depan. Berikan jawaban yang konsisten setiap kali mereka bertanya untuk membantu mereka memahami secara bertahap.

7. Hadapi Pertanyaan Anak dengan Jujur

Anak yang penasaran mungkin ingin mengetahui informasi konkret seperti di mana jenazah sekarang dan apa yang terjadi padanya. Sementara itu, anak yang lebih besar bisa menanyakan pertanyaan abstrak seperti “Mengapa ini terjadi kepada kita?”.

Jawablah dengan jujur dan apa adanya. Jika Anda tidak tahu jawabannya, lebih baik mengatakan dengan lembut bahwa Anda juga tidak yakin, daripada memberikan jawaban yang kurang jelas atau menimbulkan kebingungan.

8. Bersiap Menghadapi Penolakan atau Kemarahan Anak

Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan menerima kenyataan dan menolak mempercayai informasi yang Anda berikan. Mereka bisa merasa marah dan bahkan berteriak sebagai bentuk luapan emosi mereka.

Tetaplah tenang dan beri mereka ruang untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Tegaskan bahwa Anda memahami perasaan mereka dan bahwa Anda juga merasa sedih, tetapi kenyataan ini harus diterima bersama.

9. Dorong Anak untuk Mengungkapkan Perasaan dan Ketakutannya

Berikan kesempatan bagi anak untuk berbicara tentang perasaan mereka. Tanyakan apakah ada hal lain yang membuat mereka takut atau khawatir, sehingga mereka bisa merasa lebih lega setelah mengungkapkannya.

Jelaskan bahwa berbagi perasaan dapat membantu mengurangi stres dan bahwa Anda selalu ada untuk mendengarkan mereka. Dengan komunikasi yang terbuka, anak akan merasa lebih aman dan tidak sendirian dalam menghadapi kehilangan.

Kesimpulan

Menjelaskan kematian pada anak adalah bagian penting dari membimbing mereka memahami realitas kehidupan. Dengan pendekatan yang tepat sesuai tahapan usia, anak dapat memproses pengalaman duka dengan cara yang sehat dan membangun ketahanan emosional yang kuat. 

Dalam perspektif psikologi dan agama, membicarakan kematian dengan anak tidak hanya membantu mereka memahami arti kehilangan, tetapi juga mengajarkan nilai kehidupan, kasih sayang, dan keikhlasan.

Penting bagi orang tua untuk membangun komunikasi yang jujur, terbuka, dan penuh kasih dalam setiap tahapan usia anak. Dengan begitu, anak belajar bahwa meski kehilangan itu menyakitkan, mereka tidak sendirian dalam menghadapinya. Melatih anak untuk menghadapi kematian dengan sehat adalah bekal penting bagi mereka dalam meniti perjalanan kehidupan di masa depan.

Reference 

Child Protection. Berkomunikasi Dengan Anak-Anak Mengenai Kematian, dan Membantu Mereka Mengatasi Dukacita. Diakses pada 2025. 

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *