Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Belajar Mengendalikan Tantrum Anak dengan Montessori, Simak Ini Tipsnya

mengendalikan tantrum anak
May 19, 2025

Ayah dan Bunda yang seringkali diuji kesabarannya saat si kecil mengalami tantrum, tentu mencari cara yang efektif dan penuh pengertian untuk menghadapinya. Metode Montessori, dengan penekanan pada kemandirian, pemahaman diri, dan lingkungan yang terstruktur, menawarkan pendekatan yang menarik dalam membantu mengendalikan tantrum anak dengan belajar mengendalikan emosinya. 

Alih-alih sekadar memarahi atau melarang, Montessori memberikan tips yang berfokus pada pemahaman akar masalah dan memberikan dukungan yang tepat bagi anak untuk belajar regulasi diri.

Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas bagaimana prinsip-prinsip Montessori dapat diterapkan sebagai panduan dalam menghadapi dan membantu anak mengendalikan tantrum. Kita akan membahas berbagai tips praktis yang bisa Ayah dan Bunda terapkan di rumah, mulai dari menciptakan lingkungan yang tenang dan terprediksi, memberikan pilihan yang terbatas, hingga mengajarkan anak mengenali dan mengekspresikan emosinya secara sehat. 

Dengan memahami pendekatan Montessori terhadap tantrum, diharapkan kita dapat merespons dengan lebih bijak dan membantu si kecil belajar mengelola emosinya secara konstruktif. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Pentingnya Mengendalikan Tantrum Anak Sejak Dini

Sebelum kita membahas metode, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami mengapa validasi emosi sangat krusial dalam perkembangan anak usia dini. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, mereka butuh waktu dan ruang untuk belajar tentang dunia emosinya.

Berikut ini beberapa alasan mengapa memvalidasi emosi anak menjadi langkah awal dalam melatih emosi anak dengan Montessori:

1. Meningkatkan Rasa Aman dan Dipahami

Saat orang tua mengakui dan menerima emosi anak, seperti dengan mengatakan “Kakak marah ya karena mainannya rusak?”, anak akan merasa dihargai dan didengarkan. Pengakuan terhadap perasaan mereka memberikan rasa aman, yang merupakan pondasi utama dalam membangun kepercayaan diri dan empati.

Ketika anak merasa diterima dengan perasaan apa adanya, mereka lebih mudah belajar bagaimana mengungkapkan emosinya dengan cara yang tepat. Hal ini juga menghindarkan mereka dari rasa frustasi yang berlebihan serta membantu mereka memahami bahwa perasaan mereka adalah sesuatu yang wajar dan dapat dikelola.

2. Mengajarkan Anak Mengenali Emosi Sendiri

Memvalidasi emosi bukan berarti membiarkan anak meluapkan kemarahan tanpa batas. Sebaliknya, ini adalah tentang membantu mereka mengenali serta memberi nama pada perasaan yang mereka alami. Dengan memahami jenis emosi dan penyebabnya, anak belajar mengendalikan perasaannya, bukan dikuasai oleh emosinya.

Kemampuan mengenali emosi akan menjadi bekal penting bagi anak dalam berkomunikasi serta menghadapi berbagai situasi sosial. Mereka akan lebih siap untuk mengelola reaksi mereka dan mencari cara yang lebih baik dalam menyalurkan perasaan tanpa melukai diri sendiri atau orang lain.

3. Mencegah Ledakan Emosi Berulang

Anak-anak yang mendapatkan validasi emosional sejak dini menunjukkan perilaku sosial yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu mengatur stres dengan optimal saat memasuki usia sekolah.

Saat anak merasa dimengerti dan didukung dalam mengelola emosinya, mereka lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami tantrum berulang. Dengan arahan yang tepat, mereka belajar bagaimana menenangkan diri serta mengatasi frustasi dengan cara yang lebih sehat dan konstruktif.

4. Mendorong Anak untuk Berpikir Solutif

Setelah anak merasa bahwa emosinya diterima, mereka akan lebih terbuka untuk mencari solusi dalam menghadapi masalah yang mereka hadapi. Ini adalah titik di mana metode Montessori dapat berperan besar dalam mengajarkan anak cara berpikir solutif dan kreatif.

Montessori menawarkan berbagai strategi konkret yang membantu anak belajar menyelesaikan masalah secara mandiri, seperti metode diskusi terbuka dan aktivitas reflektif. Dengan pendekatan ini, anak tidak hanya memahami emosinya tetapi juga belajar bagaimana menghadapi tantangan dengan lebih bijak.

5. Membentuk Hubungan Orang Tua dan Anak yang Positif

Ketika orang tua secara aktif memvalidasi emosi anak, hubungan antara mereka akan semakin kuat. Anak akan merasa nyaman dalam mengekspresikan perasaan mereka, sehingga komunikasi yang terjalin menjadi lebih terbuka dan penuh kasih sayang.

Hubungan yang positif ini memiliki dampak jangka panjang bagi anak. Mereka akan lebih percaya diri dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya, serta lebih mudah menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain di lingkungan sosialnya.

5 Cara Melatih Emosi Anak dengan Montessori

Metode Montessori memandang perkembangan emosi sebagai bagian penting dari pendidikan holistik anak. Kelas Montessori tidak hanya dirancang untuk belajar membaca dan berhitung, tetapi juga sebagai lingkungan emosional yang aman dan menenangkan.

Berikut adalah lima pendekatan konkret dalam melatih emosi anak dengan Montessori yang bisa Bunda terapkan baik di rumah maupun di sekolah:

1. Menciptakan Lingkungan yang Tenang dan Tertata

Lingkungan Montessori dirancang untuk selalu rapi, minim distraksi, serta ramah anak. Keteraturan ini memberikan rasa aman bagi anak, yang sangat penting dalam membantu mereka mengelola emosi dengan lebih stabil dan nyaman.

Ketika anak merasa aman dalam lingkungan yang tertata dengan baik, mereka lebih mudah mengontrol diri serta mengekspresikan perasaan dengan lebih tenang. Suasana yang kondusif juga membantu mereka beradaptasi dalam situasi baru tanpa merasa tertekan.

2. Menggunakan Alat Bantu Ekspresi Emosi

Di kelas Montessori, anak diperkenalkan dengan emotion cards atau boneka ekspresi yang menampilkan berbagai wajah dengan emosi berbeda. Melalui alat ini, anak diajak menunjuk gambar wajah marah, sedih, senang, atau takut untuk membantu mereka mengenali dan menamai perasaan yang mereka alami.

Pendekatan ini penting dalam membangun kesadaran emosi (emotional awareness), karena anak dapat memahami bahwa setiap perasaan yang mereka alami memiliki nama dan wajar untuk dirasakan. Dengan mengenali emosi sejak dini, mereka menjadi lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan kepada orang tua dan guru.

3. Mengajak Anak Berlatih Pernapasan dan Fokus

Montessori mengenalkan kegiatan seperti mindful breathing (latihan pernapasan sadar), menuang air dengan hati-hati, atau meronce manik-manik sebagai cara untuk membantu anak meningkatkan konsentrasi dan ketenangan diri.

Aktivitas ini melatih anak untuk berhenti sejenak ketika emosi mereka memuncak, lalu secara perlahan mengembalikan fokus ke diri sendiri. Latihan seperti ini sangat bermanfaat dalam membantu anak mengelola stres serta membangun kesabaran dalam menghadapi situasi sulit.

4. Memberikan Ruang Emosi Pada Anak 

Dalam lingkungan Montessori, anak didorong untuk menyelesaikan konflik secara mandiri dengan panduan guru. Mereka dilatih untuk menyampaikan perasaan menggunakan kata-kata yang jelas, seperti “Aku sedih karena mainannya diambil.”

Guru berperan sebagai fasilitator, bukan pemutus konflik. Anak diberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan mencari solusi yang saling menguntungkan, sehingga keterampilan sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah mereka berkembang sejak dini.

5. Mencoba Untuk Memberikan Pilihan

Montessori memberikan kebebasan kepada anak dalam memilih aktivitas, alat belajar, serta cara mereka menyelesaikannya. Kebebasan ini melatih anak dalam mengambil keputusan dan memahami konsekuensi dari setiap pilihan yang mereka buat.

Melalui metode ini, anak belajar mengendalikan diri, memiliki rasa tanggung jawab, serta mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan yang semuanya berkaitan erat dengan regulasi emosi. Dengan terbiasa membuat pilihan sendiri, mereka menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi.

Anak-anak yang belajar di lingkungan Montessori menunjukkan perkembangan sosial dan emosional yang lebih baik dibandingkan anak-anak dari sekolah konvensional.

Pilihan Terbaik Sekolah Montessori Terbaik Hanya di TK Islam Albata 

TK Islam Albata Montessori hadir sebagai pilihan terbaik untuk pendidikan anak usia dini.
Dengan pendekatan Montessori yang Islami, anak belajar melalui pengalaman nyata dan menyenangkan.

Bukan hanya cerdas akademis, anak juga dilatih untuk mengendalikan emosi dengan penuh kasih.

Melalui kelas toddler Albata, anak diajak mengenal huruf hijaiyah lewat permainan yang seru.
Aktivitas motorik halus dan pengembangan karakter dijalankan selaras dengan nilai-nilai Islam.
Anak belajar fokus, sabar, dan mandiri semua diawali dari cara belajar yang menyenangkan.

Jika Anda ingin mendapatkan kesempatan untuk bisa menyekolahkan anak dengan kualitas pendidikan terbaik, segera daftarkan buah hati Anda bersama kelas toddler Albata.

Untuk informasi selengkapnya cek di akun Instagram @albata.id atau menghubungi admin dengan klik tombol WhatsApp di bawah ini.

WhatsApp Icon
Belajar Mengasah Kemandirian si Kecil
Bersama Kelas Toddler Albata

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *