Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Mengenal Inner Child Menurut Islam, Simak Begini Penjelasannya

inner child
March 22, 2025

Bunda, pernahkah Anda mengetahui bahwa ada luka pengasuhan yang tidak sesuai pada anak? Setiap anak tentu mengalami pola asuh yang berbeda-beda. Sayangnya, ada pola pengasuhan yang tidak sesuai dan menimbulkan trauma, hingga luka psikolog bagi anak. Lantas bagaimana inner child dalam islam?

Dalam Islam, masa kecil dianggap sebagai masa yang suci dan penuh dengan potensi. Anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu bersih dari dosa dan kesalahan. Namun, pengalaman hidup, terutama pengalaman di masa kecil, bisa mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. 

Luka-luka emosional yang dialami di masa kecil bisa terbawa sampai dewasa dan mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain.”

Nah, penting banget buat kita sebagai orang tua buat memahami konsep ini, terutama dalam konteks Islam. Dengan memahami ini, kita bisa lebih bijak dalam mendidik anak-anak dan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara fisik dan mental. 

Selain itu dalam artikel ini, kita juga bisa belajar untuk menyembuhkan luka-luka emosional anak sesuai dengan perspektif Al-Qur’an.

Apa itu Inner Child dari Perspektif Psikolog?

 

Inner child adalah konsep psikologi yang merujuk pada bagian dalam diri seseorang yang menyimpan pengalaman masa kecil, baik positif maupun negatif. 

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Carl Jung dan kemudian dikembangkan oleh berbagai psikolog lainnya. 

Inner child merupakan aspek emosional dalam diri yang terbentuk sejak kecil dan terus mempengaruhi seseorang hingga dewasa.

Inner child yang sehat dapat mencerminkan pribadi yang bahagia, optimis, dan percaya diri. Sebaliknya, inner child yang terluka akibat pengalaman negatif di masa kecil bisa menyebabkan berbagai permasalahan emosional seperti ketidakpercayaan diri, kecemasan berlebih, hingga trauma yang sulit diatasi.

Menurut penjelasan Aisah Dahlan seorang praktisi neuro parenting skill, penjelasan dari inner child merupakan 

Memori inner child ini berada di pikiran (jiwa) bawah sadar, memori yang terekam semenjak di dalam rahim ibu hingga baligh, dan pikiran (jiwa) bawah sadar/subsconsius mind ini lebih berpengaruh karena kekuatannya 90% untuk membentuk perilaku seseorang, ada beberapa hal yang berkaitan dengan keberadaan wounded inner child, yaitu menetap di pikiran (jiwa) bawah sadar, muncul dalam bentuk perasaan, pikiran dan perilaku negatif, mempengaruhi pembuatan keputusan dan merespon masalah, menghambat perkembangan diri sewaktu dewasa, sering muncul dan mengambil alih kendali dalam diri orang dewasa (Dahlan, 2022) [1]

Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kondisi inner child seseorang antara lain:

  • Pola Asuh Orang Tua: Cara orang tua mendidik dan memberikan kasih sayang sangat berpengaruh pada inner child anak.
  • Lingkungan Sosial: Pengalaman berinteraksi dengan teman, guru, atau keluarga besar juga turut membentuk inner child.
  • Pengalaman Traumatis: Kehilangan orang tua, kekerasan fisik atau verbal, serta penolakan bisa membentuk luka emosional dalam diri anak.

Bagaimana Perspektif Islam Terkait Inner Child?

Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada setiap pasangan orangtua. Seperti dalam firman Allah di Q.S Al-Furqon ayat 25 

وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّمَاۤءُ بِالْغَمَامِ وَنُزِّلَ الْمَلٰۤىِٕكَةُ تَنْزِيْلًا ۝٢٥

wa yauma tasyaqqaqus-samâ’u bil-ghamâmi wa nuzzilal-malâ’ikatu tanzîlâ

Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Berhubungan dengan ayat Al-Qur’an diatas Bunda, anak sebagai fitrah manusia memiliki kesadaran bahwa islam mengamanahkan kepada orang tua untuk menyelesaikan tanggungjawab dengan memberikan pendidikan dan arahan pada si kecil. 

Karena sifatnya yang fitrah ini maka ada  kesucian hati, kebaikan alami, serta kecenderungan untuk mengenal Allah. Namun, pengalaman hidup, pendidikan, serta lingkungan sosial dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan psikologis anak hingga dewasa.

Maka dari itu, dalam pandangan islam dan perkembangan manusia, Bunda perlu memahami bahwa ada satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan yang berhubungan dengan perkembangan anak termasuk mental illness. 

Pengalaman yang tidak menyenangkan yang dialami anak pada usia golden age juga akan mempengaruhi kemampuannya dalam meniru hal negatif yang mengganggu ketakwaan yang sejatinya sudah terlahir dan dianugerahkan oleh Allah. 

Adanya pola pengasuhan ini terjadi secara tidak sadar dan bisa berdampak hingga dewasa. Anak yang nantinya tumbuh dengan luka yang diakibatkan dari berbagai trauma juga bisa mempengaruhi emosi dan jasmani. 

Orang tua melihat persepsi ini perlu kembali mengingatkan bahwa pola asuh pendidikan menjadi bagian penting yang harus segera disadari orang tua agar tidak menimbulkan trauma yang menyakitkan. 

Dalam islam mengenalkan inner child dan penyembuhannya dengan melibatkan berbagai perspektif mulai dari bagian dari pola pengasuhan hingga melibatkan dzikir sebagai obat dari trauma inner child.  

1. Islam Memandang Penyembuhan Inner Child Sebagai Bagian dari Tazkiyatun Nafs

Tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa adalah konsep dalam Islam yang menekankan pentingnya membersihkan hati dari penyakit-penyakit batin, termasuk luka emosional yang bisa berasal dari inner child yang tidak sehat. Al-Qur’an menyebutkan:

“Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya.” (QS. Asy-Syams: 9)

Menyembuhkan inner child yang terluka bisa dilakukan dengan introspeksi diri, muhasabah, serta mendekatkan diri kepada Allah.

2. Islam Menekankan Kasih Sayang dalam Pengasuhan Anak

Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang cukup sejak kecil membantu membentuk inner child yang positif, sehingga anak tumbuh dengan perasaan dicintai dan dihargai. 

Sebagaimana kisah Rasulullah yang kerap kali menunjukkan kasih sayangnya pada putrinya Fatimah dan putri-putrinya yang lain. 

3. Memaafkan Masa Lalu dalam Islam

Bagi orang-orang yang memiliki inner child terluka, Islam mengajarkan pentingnya memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Allah berfirman:

“…Maka hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?” (QS. An-Nur: 22)

Memaafkan orang tua, keluarga, atau lingkungan yang mungkin pernah menyakiti di masa kecil bisa menjadi langkah awal dalam penyembuhan inner child.

4. Doa dan Dzikir sebagai Terapi Emosional

Islam mengajarkan bahwa doa dan dzikir memiliki kekuatan luar biasa dalam menenangkan hati dan menyembuhkan luka batin. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Dzikir seperti istighfar, shalawat, serta doa-doa perlindungan dapat membantu menenangkan hati dan membangun kembali kepercayaan diri [2]

Kesimpulan

Inner child dalam perspektif Islam erat kaitannya dengan fitrah manusia yang suci sejak lahir. Pengalaman masa kecil dapat membentuk inner child yang positif atau sebaliknya, menyebabkan luka emosional yang berpengaruh pada kehidupan dewasa. Islam menawarkan solusi melalui konsep tazkiyatun nafs, kasih sayang dalam pengasuhan, memaafkan masa lalu, serta mendekatkan diri kepada Allah melalui doa dan dzikir.

Dengan memahami konsep inner child dalam Islam, seseorang dapat lebih mudah menerima masa lalu dan berusaha untuk hidup lebih tenang dan penuh makna. 

Reference

  1. Eka dkk. 2023. Konsep Al- Ba’ah bagi Penderita Luka Batin Masa Kecil/Wounded Inner Child Menurut Fikih Munakahat Mazhab Syafi’i. Jurnal Kajian Hukum Keluarga. Vol 2 No 1
  2. Muhammad Awwad. 2021. .Mengatasi Trauma pada Anak Melalui Terapi Inner Child dan Terapi Dzikir. Jurnal Qawwam: Journal For Gender Mainstreaming. Vol 15 No 2
  3. Leave A Comment:

    Your email address will not be published. Required fields are marked *