7 Cara Mengatasi Anak Berbohong Pada Bunda, Lakukan Hal Ini Tanpa Kekerasan!
Bunda, jangan panik saat mengetahui anak berbohong pada Anda ya. Penting untuk diingat bahwa anak memiliki alasan tertentu dalam berbohong. Sehingga, Bunda perlu menemukan cara untuk mengatasi anak berbohong tanpa amarah dan kekerasan.
Pada saat anak berbohong, alih-alih langsung menghakimi atau memberikan hukuman fisik, ada cara yang lebih efektif dan penuh kasih untuk mengatasi perilaku ini. Artikel ini hadir untuk memberikan tujuh langkah praktis yang dapat Anda terapkan sebagai bunda dalam menghadapi anak yang berbohong.
Pendekatan yang kami tawarkan mengedepankan komunikasi yang terbuka dan menghindari segala bentuk kekerasan, demi membangun hubungan yang jujur dan penuh kepercayaan antara Anda dan buah hati tercinta. Mari kita belajar bersama bagaimana cara bijak menghadapi situasi ini.
Mengapa Anak Berbohong dan Penyebab Anak Suka Berbohong
Dari sisi psikologi perkembangan, berbohong pada anak tidak selalu bermakna buruk. Menurut penelitian pada tahun 2020, berbohong pada anak usia dini seringkali berkaitan dengan kemampuan kognitif mereka dalam memahami bahwa orang lain memiliki pikiran yang berbeda.
Ini dikenal sebagai perkembangan teori pikiran atau theory of mind. Artinya, kemampuan anak untuk berbohong sebenarnya menunjukkan adanya perkembangan sosial kognitif yang sehat.
Namun demikian, tentu tetap perlu diajarkan kepada anak bahwa kejujuran adalah nilai penting. Anak-anak bisa mulai berbohong untuk berbagai alasan seperti menghindari hukuman, mencari perhatian, meniru perilaku orang dewasa, atau bahkan karena imajinasi mereka yang begitu aktif sehingga sulit membedakan antara fakta dan fiksi. Beberapa faktor penyebab anak suka berbohong antara lain:
Takut Dihukum atau Dimarahi
Anak sering kali patuh karena merasa takut akan konsekuensi negatif. Ketakutan terhadap hukuman atau teguran membuat mereka lebih berhati-hati dalam bertindak agar tidak menimbulkan masalah.
Namun, jika ketakutan ini berlebihan, anak bisa kehilangan kepercayaan diri dan cenderung melakukan sesuatu hanya karena rasa takut. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih positif dalam mendidik anak dapat membantu mereka memahami aturan tanpa merasa tertekan.
Meniru Perilaku Orang Tua atau Lingkungan Sekitar
Anak belajar melalui pengamatan, dan kebiasaan orang di sekitarnya sangat mempengaruhi cara mereka bersikap. Mereka cenderung meniru pola komunikasi, gaya mendidik, dan kebiasaan yang sering mereka lihat di rumah.
Oleh karena itu, orang tua perlu menjadi teladan yang baik dalam keseharian. Dengan menunjukkan sikap positif dan cara berinteraksi yang penuh empati, anak akan belajar bagaimana bersikap dengan cara yang lebih baik.
Ingin Menghindari Rasa Malu atau Mengecewakan Orang Tua
Sebagian anak memiliki motivasi kuat untuk menjaga kepercayaan orang tua. Mereka berusaha keras agar tidak melakukan kesalahan yang dapat membuat mereka merasa malu atau mengecewakan keluarga.
Namun, jika tekanan ini terlalu besar, anak bisa merasa terlalu terbebani dan takut mencoba hal baru. Orang tua dapat membantu dengan memberikan dukungan emosional serta memastikan anak memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
Berbohong Demi Hadiah atau Pujian
Sebagian anak berusaha mendapatkan apresiasi dari orang tua dengan cara berbohong loh Bunda. Pujian atau hadiah sering kali menjadi motivasi utama mereka dalam bersikap dan menyelesaikan tugas.
Meskipun penghargaan dapat menjadi dorongan yang baik, penting bagi orang tua untuk menyeimbangkannya dengan penanaman nilai intrinsik. Anak perlu diajarkan bahwa berbuat baik bukan hanya untuk mendapatkan imbalan, tetapi karena itu adalah hal yang benar.
Studi yang diterbitkan dalam penelitian, menunjukkan bahwa anak-anak lebih cenderung jujur ketika mereka merasa aman secara emosional dan percaya bahwa kejujuran akan diterima dengan pengertian, bukan dengan kemarahan.
Oleh karena itu, penting bagi Bunda untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kejujuran dan membimbing anak dengan sabar.
Langkah yang Tepat Menghadapi Anak Berbohong
Nah, jika kita menyadari anak kerap kali berbohong pada kita, ada cara mengatasi anak berbohong yang ditulis Child Mind Institute (2020). Berikut lima langkah yang dapat Bunda terapkan:
1. Sesuaikan Respons dengan Jenis Kebohongan
Cara orang tua menangani kebohongan anak bergantung pada seberapa sering dan seberapa serius kebohongan tersebut. Jika Bunda mendapati anak hanya sesekali berbohong untuk mencari perhatian, orang tua bisa mengabaikannya tanpa memberikan reaksi berlebihan.
Namun, jika kebohongan terjadi berulang kali, orang tua bisa dengan lembut mengoreksi anak. Misalnya, dengan mengatakan, “Cerita ini terdengar seperti khayalan. Coba ceritakan kembali apa yang sebenarnya terjadi.”
2. Berikan Konsekuensi yang Sesuai
Jika anak berbohong tentang sesuatu yang lebih serius, konsekuensi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat kesalahannya. Misalnya, jika anak berbohong tentang tidak memiliki pekerjaan rumah selama seminggu, mereka harus tetap menyelesaikan tugas tersebut.
Selain itu, mereka bisa diberikan konsekuensi tambahan, seperti kehilangan waktu bermain atau penggunaan gadget untuk sementara waktu. Hal ini membantu anak memahami bahwa kejujuran lebih dihargai daripada berbohong.
3. Mencegah Kebiasaan Berbohong Sejak Dini
Orang tua bisa mencegah kebiasaan berbohong dengan menciptakan lingkungan yang mendorong kejujuran. Salah satu caranya adalah dengan memberi tahu anak bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi lebih ringan jika berkata jujur dibandingkan jika berbohong.
Selain itu, memberi anak kesempatan kedua untuk mengatakan yang sebenarnya juga bisa membantu. Misalnya, orang tua bisa meninggalkan ruangan sebentar dan memberi anak waktu untuk berpikir sebelum menjawab kembali.
4. Hindari Menyudutkan Anak dengan Pertanyaan yang Memancing Kebohongan
Jika orang tua sudah mengetahui fakta sebenarnya, sebaiknya langsung membahasnya daripada bertanya dengan cara yang membuat anak merasa harus berbohong. Bunda coba perlahan mengganti pertanyaan Anda agar anak menjadi lebih baik.
Misalnya, daripada bertanya, “Apakah kamu sudah mengerjakan PR?” padahal orang tua tahu anak belum melakukannya, lebih baik mengatakan, “Aku tahu PR-mu belum selesai. Yuk, kita cari cara supaya kamu bisa menyelesaikannya dengan baik.”
5. Jangan Melabeli Anak sebagai Pembohong
Menjuluki anak sebagai pembohong dapat membuat mereka merasa tidak dipercaya dan semakin sulit untuk berkata jujur. Sebaliknya, orang tua perlu membangun komunikasi yang terbuka dan memberikan contoh kejujuran dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pendekatan yang tepat, anak akan belajar bahwa berkata jujur lebih baik daripada berbohong. Mereka juga akan merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan orang tua tanpa takut dihukum atau dihukum.
Penting untuk diingat bahwa proses mengajarkan kejujuran pada anak membutuhkan waktu dan konsistensi. Tidak ada perubahan instan, tetapi dengan pendekatan penuh kasih, anak akan belajar membangun nilai kejujuran dalam dirinya.
Kesimpulan
Mengatasi anak berbohong bukan hanya soal menghentikan perilaku negatif, tetapi lebih jauh lagi tentang membangun hubungan kepercayaan antara anak dan orang tua. Dengan memahami alasan di balik kebohongan, menciptakan lingkungan yang aman, menjadi contoh kejujuran, serta memberikan bimbingan tanpa kekerasan, Bunda bisa membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab.
Perjalanan ini memang tidak selalu mudah, namun dengan kesabaran dan pendekatan yang penuh cinta, Bunda bisa menanamkan nilai kejujuran dalam diri buah hati tercinta.
Reference
Child Mind Institute. Diakses pada 2020. Why Kids Lie and What Parents Can Do About It.