Lembaga Pendidikan Montessori Islam

5 Dampak Buruk Mengabaikan Motorik Anak Sejak Dini, Perhatikan Bunda

mengabaikan motorik anak
May 5, 2025

Bunda, seringkali kita fokus pada perkembangan kognitif dan akademis anak, namun tahukah kita bahwa perkembangan motorik anak di usia dini juga memegang peranan krusial bagi tumbuh kembang mereka secara keseluruhan? 

Mengabaikan stimulasi motorik anak sejak kecil ternyata dapat menimbulkan berbagai dampak buruk yang mungkin baru terasa di kemudian hari. Padahal, melalui gerakan dan aktivitas fisik, fondasi penting bagi kemampuan belajar, sosial, dan emosional anak sedang dibangun.

Artikel ini hadir untuk membuka mata para Bunda tentang lima dampak buruk yang mungkin terjadi jika perkembangan motorik anak diabaikan sejak dini. Kita akan mengulas bagaimana kurangnya stimulasi gerakan dapat mempengaruhi koordinasi, keseimbangan, kemampuan belajar, hingga rasa percaya diri si kecil. 

Dengan memahami betapa pentingnya aspek ini, diharapkan kita sebagai orang tua dapat lebih proaktif dalam memberikan kesempatan dan dukungan bagi perkembangan motorik buah hati tercinta. Yuk, simak ulasan selengkapnya!

Bahaya Mengabaikan Motorik Anak Sejak Dini dan Dampaknya

Bunda, pernahkah memperhatikan bagaimana anak bergerak, menggenggam mainan, atau melompat riang saat bermain? Semua aktivitas fisik ini berkaitan langsung dengan perkembangan motorik anak. 

Sayangnya, masih banyak orang tua yang tanpa sadar justru mengabaikan motorik anak sejak usia dini. Padahal, keterampilan motorik bukan hanya tentang kemampuan fisik, melainkan juga pondasi penting bagi perkembangan otak, emosi, dan sosial anak.

Menurut Journal , perkembangan motorik yang optimal di masa kanak-kanak awal sangat berkaitan dengan kesiapan belajar anak, keseimbangan emosional, dan kecerdasan sosial. Artinya, mengabaikan motorik anak bisa berdampak jangka panjang pada kualitas hidup mereka kelak1.

Berikut ini lima dampak buruk yang bisa muncul jika orang tua mengabaikan stimulasi motorik sejak dini:

1. Keterlambatan dalam Perkembangan Kognitif

Gerakan motorik, terutama motorik halus seperti mencoret, meronce, atau menyusun balok, berperan penting dalam membantu otak anak membentuk koneksi saraf baru. Stimulasi fisik yang cukup memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir, fokus, serta daya ingat dengan lebih baik.

Jika anak kurang aktif secara fisik atau tidak memiliki kesempatan untuk berlatih keterampilan motorik, perkembangan fungsi eksekutif seperti pemecahan masalah dan konsentrasi bisa ikut terhambat. Hal ini berpotensi mempengaruhi kesiapan mereka dalam menghadapi tantangan akademik maupun sosial di kemudian hari.

2. Masalah Koordinasi dan Keseimbangan Tubuh

Aktivitas fisik yang cukup membantu anak mengatur keseimbangan, refleks tubuh, serta koordinasi antara tangan dan mata. Anak yang tidak terbiasa bergerak atau berolahraga sering kali mengalami kesulitan dalam aktivitas yang membutuhkan ketangkasan tubuh.

Akibatnya, mereka bisa merasa kurang percaya diri saat bermain atau melakukan aktivitas fisik bersama teman-temannya. Jika dibiarkan dalam jangka panjang, mereka mungkin menjadi lebih pasif dan kurang aktif secara sosial, yang dapat berdampak pada interaksi serta keterampilan komunikasi mereka.

3. Kesulitan dalam Keterampilan Belajar di Sekolah

Keterampilan motorik halus memiliki peran penting dalam mendukung kegiatan belajar anak di sekolah. Kemampuan seperti menulis, memegang pensil dengan baik, atau menggunakan gunting secara presisi sangat bergantung pada koordinasi motorik yang sudah terlatih sejak dini.

Jika anak tidak mendapatkan stimulasi yang cukup di rumah, mereka mungkin mengalami kesulitan mengikuti pelajaran. Mereka juga bisa merasa cepat lelah saat mengerjakan tugas yang membutuhkan fokus tinggi, sehingga mempengaruhi motivasi belajar mereka secara keseluruhan.

4. Risiko Obesitas dan Masalah Kesehatan Fisik

Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan menyebabkan otot menjadi lemah. Anak yang tidak terbiasa bergerak juga lebih rentan mengalami gangguan postur tubuh, seperti mudah merasa pegal atau kesulitan menjaga keseimbangan saat berdiri lama.

Menurut penelitian dalam American Journal of Public Health, anak yang kurang bergerak sejak usia dini memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas saat mereka memasuki usia sekolah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mendorong kebiasaan bergerak aktif agar anak tetap sehat dan bugar.

5. Gangguan Regulasi Emosi dan Perilaku

Gerakan motorik tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga berperan dalam menyalurkan emosi anak. Anak yang jarang bergerak atau tidak mendapatkan ruang untuk bermain bebas bisa mengalami ketegangan emosional, lebih mudah marah, atau justru menjadi pasif dan kurang bersemangat.

Aktivitas fisik yang cukup membantu anak mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati. Ketika anak memiliki kesempatan untuk bergerak, mereka lebih mampu mengelola emosi dengan baik dan mengekspresikan diri secara positif dalam berbagai situasi sosial.

Melihat berbagai dampak tersebut, penting bagi setiap orang tua untuk mulai memberi perhatian serius terhadap perkembangan motorik anak sejak usia dini. Tidak perlu dengan alat khusus yang mahal, yang terpenting adalah konsistensi dan keterlibatan orang tua dalam prosesnya.

5 Langkah Memaksimalkan Motorik Anak yang Benar

Bunda dan Ayah tak perlu khawatir, memaksimalkan potensi motorik anak bisa dilakukan di rumah dengan cara sederhana namun efektif. Berikut lima langkah tepat yang bisa dilakukan untuk mendukung tumbuh kembang motorik anak secara optimal:

1. Berikan Anak Waktu Bermain Fisik Setiap Hari

Aktivitas fisik yang cukup setiap hari membantu anak mengembangkan keterampilan motorik kasar seperti berlari, memanjat, dan melompat. Setidaknya satu hingga dua jam bermain bebas sangat dianjurkan agar anak dapat melatih keseimbangan dan koordinasi tubuhnya dengan baik.

Jika bermain di luar rumah tidak memungkinkan, orang tua bisa mengajak anak melakukan aktivitas fisik di dalam rumah. Menari, bermain rintangan ringan, atau lompat tali bisa menjadi pilihan seru yang tetap memberikan stimulasi fisik dan menjaga kesehatan tubuh anak.

2. Libatkan Anak dalam Kegiatan Rumah Tangga Sederhana

Melibatkan anak dalam tugas rumah tangga sederhana seperti menyapu, memungut mainan, atau mengaduk adonan kue bukan hanya sekadar membantu pekerjaan rumah. Kegiatan ini melatih koordinasi tangan, konsentrasi, serta keterampilan motorik halus yang penting bagi perkembangannya.

Selain itu, aktivitas ini juga membangun rasa percaya diri dan tanggung jawab anak sejak dini. Mereka akan merasa lebih dihargai karena ikut berkontribusi dalam tugas keluarga, yang nantinya membentuk karakter mandiri dan peduli terhadap lingkungan sekitar.

3. Berikan Mainan Edukatif yang Merangsang Motorik Halus

Mainan seperti playdough, balok kayu, puzzle, atau meronce manik-manik merupakan alat yang sangat baik untuk melatih motorik halus anak. Kegiatan ini memperkuat koordinasi tangan, ketelitian, serta mengembangkan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas yang membutuhkan fokus tinggi.

Selain manfaat motorik, bermain dengan benda-benda kecil juga membantu anak membangun daya tahan dalam menghadapi tantangan. Anak belajar untuk lebih sabar dan tekun saat mencoba menyelesaikan puzzle atau merangkai sesuatu yang membutuhkan ketelitian.

4. Kurangi Screen Time Berlebihan

Waktu yang terlalu lama dihabiskan di depan layar dapat menghambat perkembangan fisik anak. Terlalu banyak duduk menonton atau bermain gadget dapat mengurangi kesempatan mereka untuk melatih keterampilan motorik dan berinteraksi secara aktif dengan lingkungan sekitar.

Orang tua perlu menetapkan batasan screen time dan menggantinya dengan aktivitas fisik yang lebih bermanfaat. Bermain bersama anak, baik di dalam maupun di luar rumah, memberikan manfaat yang lebih besar bagi perkembangan emosional dan sosial mereka dibandingkan sekadar duduk pasif menonton layar.

5. Jadilah Teladan dan Teman Bermain yang Aktif

Anak-anak belajar dengan meniru orang tua, sehingga penting bagi Ayah dan Bunda untuk menjadi contoh yang aktif. Jika orang tua terbiasa bergerak, seperti berjalan pagi, bermain bola, atau bersepeda, anak akan terdorong untuk melakukan hal yang sama.

Selain membantu perkembangan motorik anak, keterlibatan orang tua dalam aktivitas fisik juga mempererat ikatan emosional. Momen bermain bersama menciptakan hubungan yang lebih hangat dan memberikan anak rasa aman serta kebahagiaan dalam proses tumbuh kembangnya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), anak usia 3 hingga 5 tahun sebaiknya aktif sepanjang hari dengan berbagai jenis gerakan. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan anak mendapatkan cukup waktu dan ruang untuk bergerak bebas dan terarah guna mendukung perkembangan mereka secara optimal.

Kesimpulan

Mengabaikan motorik anak sejak dini bisa berdampak pada banyak aspek dalam hidupnya, mulai dari kognitif, sosial, hingga emosional. Sebaliknya, memberikan perhatian dan stimulasi motorik yang tepat dapat membuka jalan bagi anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, aktif, dan percaya diri.

Sebagai orang tua, mari kita mulai dari langkah kecil namun konsisten. Berikan waktu, ruang, dan cinta dalam setiap proses anak bertumbuh. Karena masa emas perkembangan tidak akan terulang, dan hari ini adalah kesempatan terbaik untuk mendampingi anak menjadi versi terbaik dirinya.

Referensi 

  1. Nabila Amini. Urgensi Pengembangan Kecerdasan Fisik Motorik Anak Usia Dini Sesuai Konsep Montessori. 2022. Skripsi. UIN Suska Riau.  ↩︎
Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *