Mendidik Anak Berbicara Baik dan Anjurannya Dalam Islam
Ayah dan Bunda tugas dalam mendidik buah hati bukan hanya tentang mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk akhlak dan tutur kata yang baik. Dalam Islam, anjuran untuk berbicara ahsan atau berbicara baik memiliki kedudukan yang sangat penting.
Bagaimana kita sebagai orang tua menanamkan kebiasaan berbicara yang santun, jujur, dan bermanfaat pada buah hati kita sejak dini? Artikel ini akan mengupas tuntas cara mendidik anak agar memiliki lisan yang terjaga, sesuai dengan tuntunan Islam.
Kita akan membahas langkah-langkah praktis menanamkan nilai-nilai komunikasi yang baik, sekaligus memahami lebih dalam tentang konsep berbicara baik dalam ajaran agama kita.
Dengan pemahaman ini, semoga kita dapat membimbing anak-anak menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki tutur kata yang mulia dan diridhoi Allah ﷻ. Yuk, kita simak penjelasannya!
Fenomena Gaya Komunikasi Anak Saat Ini dan Solusinya
Bunda dan ayah di era digital saat ini tidak jarang kita menemukan anak dengan gaya komunikasi yang buruk di media sosial loh. Sayangnya, anak-anak jadi semakin mudah terpapar konten verbal dari media sosial, tontonan, dan interaksi daring, tantangan orang tua untuk mendidik anak berbicara baik semakin besar.
Tak sedikit anak-anak usia dini hingga remaja yang sudah terbiasa mengucapkan kata kasar, menyindir, bahkan merendahkan orang lain tanpa memahami dampaknya. Padahal, dalam Islam, berbicara baik (qawlan ahsan) bukan hanya soal sopan santun, tapi bagian dari ibadah dan cerminan iman.
Oleh karena itu, mendidik anak agar terbiasa berbicara baik dengan lembut, jujur, dan penuh hormat adalah tanggung jawab penting yang harus ditanamkan sejak dini.
Fenomena anak yang suka berkata kasar atau menyakiti dengan kata-kata sebenarnya bukan hal baru. Namun, dalam dunia yang serba cepat dan instan, kontrol terhadap apa yang diucapkan anak menjadi lebih sulit. Banyak dari mereka yang meniru cara bicara teman sebaya, karakter dalam film, atau bahkan anggota keluarga yang mungkin tanpa sadar sering berkata keras1.
Lantas, bagaimana cara mendidik anak berbicara baik dalam situasi seperti ini?
1. Meminta Pertolongan Allah ﷻ
Bunda, dalam pola pengasuhan anak yang tepat dan mengajarkan anak untuk berbicara baik, jangan lupa untuk senantiasa melibatkan Allah.
Ayah dan Bunda bisa memohon pertolongan Allah ﷻ agar menjadikan anak-anak kita sebagai anak yang shalih dan shalihah dan terhindar dari pergaulan buruk maupun paparan sosial media yang membuatnya berperilaku kurang baik.
Berikut contoh doa yang disunnahkan dari Rasulullah ﷺ
Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ”
Artinya:
“Rasulullah ﷺ apabila keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan: ‘Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan dari berbuat bodoh atau dibodohi.'” (HR. Abu Dawud No. 5094)
2. Menjadi Teladan yang Konsisten
Anak-anak memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku orang tua lebih cepat daripada memahami nasihat yang diberikan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu berbicara dengan sopan, sabar, dan jujur agar anak dapat belajar dari contoh yang baik.
Sebagaimana kisah para salafus shalih terdahulu, Bunda memiliki contoh yang baik untuk menjadi teladan terlebih dahulu bagi anak, agar dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalam adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan dalam al-Qur’an:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (Terjemahan QS. al-Mumtahanah: 4)
Ketika anak terbiasa mendengar tutur kata yang santun dalam lingkungan sehari-hari, mereka akan otomatis mengadopsi kebiasaan tersebut. Dengan konsistensi, anak akan memahami bahwa berbicara dengan baik adalah norma yang harus diterapkan dalam kehidupan sosialnya.
3. Memberikan Koreksi dengan Kasih Sayang
Saat anak mengucapkan kata yang tidak pantas, orang tua sebaiknya tidak langsung menegur dengan nada keras. Koreksi yang diberikan dengan lembut dan penuh kasih sayang akan lebih efektif dalam membantu anak memahami kesalahannya.
Misalnya, ketika anak menggunakan kata yang kurang sopan, orang tua bisa berkata, “Nak, kata itu kurang baik. Yuk, kita berbicara dengan lembut supaya orang lain merasa nyaman mendengarnya.” Dengan pendekatan ini, anak akan lebih mudah menerima arahan tanpa merasa tertekan.
4. Menguatkan dengan Pujian
Memberikan apresiasi saat anak berhasil menggunakan bahasa yang baik akan memperkuat kebiasaannya. Ketika mereka melihat bahwa berbicara baik dengan sopan mendapat respons positif, mereka akan lebih terdorong untuk terus melakukannya.
Misalnya, ketika anak mampu menenangkan situasi dengan kata-kata lembut, orang tua bisa berkata, “Kamu hebat! Kata-kata yang kamu pilih tadi membantu membuat semuanya lebih tenang.” Penguatan ini akan menanamkan pemahaman bahwa berbicara baik membawa manfaat.
5. Menggunakan Cerita dan Kisah Teladan
Anak-anak cenderung menyukai cerita, sehingga kisah dapat menjadi media pembelajaran yang efektif. Kisah tentang nabi, sahabat, atau orang saleh yang memiliki tutur kata lembut akan lebih mudah mereka serap dibandingkan sekadar nasihat langsung.
Menyampaikan pesan melalui cerita akan membuat anak lebih antusias memahami nilai-nilai yang diajarkan. Pendekatan ini juga terasa lebih alami dan tidak menggurui, sehingga anak lebih terbuka untuk menerapkan pesan dari kisah tersebut.
6. Batasi Akses ke Konten Verbal Negatif
Orang tua perlu selektif dalam memilih tayangan dan permainan yang dikonsumsi anak. Konten dengan kekerasan verbal dapat berdampak pada pola komunikasi mereka, sehingga penting untuk membatasi paparan terhadap hal-hal yang berpotensi merusak perkembangan sosial mereka.
Menurut penelitian menjelaskan anak yang sering terpapar kekerasan verbal dari media cenderung lebih mudah meniru dan memiliki kecenderungan mengalami gangguan perilaku. Dengan pengawasan yang bijak, orang tua dapat menjaga anak agar berkembang dalam lingkungan yang mendukung komunikasi positif.
5 Anjuran dalam al-Qur’an untuk Berbicara Baik
Islam menempatkan adab berbicara dalam posisi yang sangat tinggi. Tidak hanya sebagai bentuk etika sosial, berbicara baik adalah perintah agama. Berikut ini lima anjuran penting dari Al-Qur’an dan hadis tentang berbicara baik yang dapat menjadi pedoman dalam mendidik anak berbicara baik:
1. Qawlan Sadīdan (Ucapan yang Benar)
Bunda, Anda bisa mulai mengajarkan anak dengan ucapan yang benar. Pastikan anak tidak berbohong atau bercanda berlebihan.
Allah ﷻ berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠
yâ ayyuhalladzîna âmanuttaqullâha wa qûlû qaulan sadîdâ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
(QS. Al-Ahzab: 70)
Ucapan yang jujur dan tidak menyimpang adalah pondasi komunikasi Islami. Anak harus dibiasakan untuk berkata benar meskipun sulit.
2. Qawlan Karīma (Ucapan yang Mulia)
Bunda juga selalu menjaga ucapan anak untuk tidak menyakiti perasaan orang lain. Biasakan memuji dan mengatakan hal yang benar.
Dalam QS. Al-Isra: 23, Allah memerintahkan agar anak berbicara lembut dan mulia kepada orang tua. Hal ini bisa diperluas menjadi adab berbicara kepada siapa pun, terutama kepada yang lebih tua.
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا ٢٣
wa qadlâ rabbuka allâ ta‘budû illâ iyyâhu wa bil-wâlidaini iḫsânâ, immâ yablughanna ‘indakal-kibara aḫaduhumâ au kilâhumâ fa lâ taqul lahumâ uffiw wa lâ tan-har-humâ wa qul lahumâ qaulang karîmâ
“…maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
3. Qawlan Ma‘rūfa (Ucapan yang Baik dan Tepat)
Jangan lupa untuk memastikan anak menjaga ucapannya agar tepat. Sesuaikan kondisi bagaimana anak ingin berpendapat dan tidak menyakiti orang lain ya.
Perintah untuk berkata yang baik, bukan sekadar sopan tapi juga bijak dan tidak menyakiti. QS. An-Nisa: 8 menjadi rujukan:
وَاِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ اُولُوا الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنُ فَارْزُقُوْهُمْ مِّنْهُ وَقُوْلُوْا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ٨
wa idzâ ḫadlaral-qismata ulul-qurbâ wal-yatâmâ wal-masâkînu farzuqûhum min-hu wa qûlû lahum qaulam ma‘rûfâ
“…maka berkatalah kepada mereka dengan perkataan yang pantas (ma’ruf).”
4. Qawlan Layyina (Ucapan yang Lembut)
Allah juga memerintahkan kita untuk selalu berkata yang lembut. Biasakan pada anak untuk tidak berkata kasar dan menjaga lisannya.
Saat Nabi Musa diperintah mendakwahi Firaun yang kejam pun, Allah tetap memerintahkan untuk berbicara dengan lembut:
فَقُوْلَا لَهٗ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهٗ يَتَذَكَّرُ اَوْ يَخْشٰى ٤٤
fa qûlâ lahû qaulal layyinal la‘allahû yatadzakkaru au yakhsyâ
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut…”
(QS. Thaha: 44)
Jika kepada musuh pun kita diminta berkata lembut, apalagi kepada anak sendiri. Ini prinsip penting dalam mendidik anak berbicara baik.
5. Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-Sia dan Kasar
Jangan lupa, Bunda juga harus menjaga lisan anak-anak agar tidak terbiasa berkata yang kasar dan sia-sia. Pastikan anak selalu mengatakan kebaikan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim nomor 6018)
Anjuran ini sangat relevan di tengah budaya digital yang sering membuat anak berbicara tanpa berpikir panjang. Membiasakan anak menahan lisan dan berpikir sebelum berbicara adalah nilai emas dalam pendidikan Islam.
Kesimpulan
Mendidik anak berbicara baik adalah proses jangka panjang yang menuntut kesabaran dan keteladanan. Namun, dengan menanamkan nilai-nilai Islam yang luhur tentang adab berbicara sejak dini, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang santun, penuh hormat, dan berakhlak mulia.
Islam telah menyediakan panduan lengkap tentang bagaimana berbicara yang baik melalui Al-Qur’an dan sunnah. Kini, tinggal peran kita sebagai orang tua untuk mengamalkan dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Ingatlah, dari lisan anak yang terdidik, lahir masyarakat yang beradab.
Reference
- Dian Fitriani dkk. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang Berbicara Kasar Pada Anak di Dusun Jatimontong Desa Sumberjosari Kecamatan Karangrayung. Jurnal Bimbingan dan Konseling PGRI Semarang. Vol 5 No 2 ↩︎