Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Manfaat Social Play yang Kerap Diabaikan Orang Tua, Begini Penjelasannya

social play
May 5, 2025

Ayah dan Bunda, dalam tumbuh kembang si kecil, kita seringkali fokus pada aspek kognitif dan akademis. Namun, tahukah Anda bahwa interaksi sosial melalui bermain, atau yang dikenal sebagai social play, memiliki manfaat yang luar biasa dan seringkali terabaikan? 

Padahal, melalui social play, anak-anak belajar berbagai keterampilan penting yang akan menjadi bekal mereka di masa depan, jauh melampaui sekadar kesenangan semata.

Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas berbagai manfaat social play yang mungkin belum sepenuhnya kita sadari sebagai orang tua. Kita akan membahas bagaimana interaksi dengan teman sebaya dapat mengembangkan kemampuan komunikasi, empati, kerjasama, hingga penyelesaian masalah pada anak. 

Dengan memahami betapa krusialnya social play, diharapkan kita dapat lebih mendorong dan memfasilitasi anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan bermain bersama yang positif dan konstruktif. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut!

Pentingnya Mengoptimalkan Social Play pada Anak dan Manfaatnya

Sebagai orang tua, kita tentu ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, percaya diri, dan mampu berinteraksi dengan baik di lingkungannya. Namun, sering kali fokus kita lebih tertuju pada aspek akademis dan melupakan satu elemen penting dalam tumbuh kembang anak, yaitu social play pada anak. Padahal, bermain bersama teman sebaya bukan sekadar hiburan. Social play merupakan pondasi penting dalam pembentukan keterampilan sosial, emosional, dan bahkan intelektual anak.

Social play atau bermain sosial merujuk pada aktivitas bermain yang melibatkan interaksi antara dua anak atau lebih, baik melalui permainan pura-pura, peran, berbagi mainan, hingga kerja sama dalam kelompok. Menurut menjelaskan keterlibatan anak dalam social play secara aktif dapat meningkatkan kemampuan empati, komunikasi, serta regulasi emosi.

Berikut beberapa manfaat penting dari social play pada anak yang sering kali terabaikan:

1. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Bahasa

Saat anak bermain dengan teman-temannya, mereka belajar menyampaikan ide dengan jelas dan mengungkapkan pemikiran secara terbuka. Mereka juga belajar bagaimana mendengarkan orang lain dan memahami makna di balik ucapan serta ekspresi teman-temannya.

Proses ini membangun keterampilan berbahasa yang lebih kaya dan efektif. Anak akan lebih percaya diri dalam berbicara, memahami aturan komunikasi sosial, serta mengembangkan kemampuan untuk berdiskusi dengan baik dalam berbagai situasi.

2. Mengembangkan Empati dan Rasa Peduli

Bermain bersama teman memberikan kesempatan bagi anak untuk memahami berbagai perasaan yang dialami orang lain. Ketika melihat temannya sedih atau gembira, anak dapat ikut merasakan dan belajar bagaimana cara menunjukkan kepedulian.

Kemampuan ini menjadi dasar dalam pembentukan karakter sosial yang positif. Dengan empati yang terus berkembang, anak akan lebih mudah membangun hubungan baik, menjaga persahabatan, serta bersikap penuh perhatian terhadap orang-orang di sekitarnya.

3. Belajar Bekerja Sama dan Berbagi

Dalam permainan sosial, anak belajar tentang pentingnya berbagi dan bekerja sama dengan orang lain. Mereka mulai memahami konsep bergiliran, berkompromi, serta menyesuaikan diri dengan aturan yang telah disepakati bersama.

Kemampuan ini sangat penting dalam kehidupan sosial sehari-hari, terutama saat anak memasuki lingkungan sekolah yang lebih formal. Anak yang terbiasa bermain dengan kerja sama akan lebih mudah beradaptasi dan menjadi bagian dari komunitas dengan cara yang positif.

4. Meningkatkan Keterampilan Memecahkan Masalah

Dalam permainan kelompok, sering kali muncul konflik kecil atau ketidaksepakatan yang menuntut anak untuk berpikir dan menemukan solusi. Mereka belajar bagaimana menyelesaikan masalah melalui diskusi, bernegosiasi, dan mencari solusi yang bisa diterima semua pihak.

Kemampuan ini memperkuat keterampilan berpikir kritis dan logis mereka. Anak yang sering dihadapkan pada tantangan dalam permainan akan lebih terbiasa menghadapi masalah dengan cara yang bijak dan mencari alternatif solusi yang efektif.

5. Menumbuhkan Kepercayaan Diri dan Kemandirian

Saat anak mampu menjalin hubungan sosial dan menyelesaikan masalah dalam konteks bermain, rasa percaya dirinya pun meningkat. Mereka merasa dihargai, diterima, dan memiliki tempat dalam kelompoknya, yang memberi mereka rasa aman dan nyaman.

Kepercayaan diri yang terbangun melalui interaksi sosial akan mendukung perkembangan kemandirian mereka. Anak akan lebih berani mencoba hal baru, berbicara di depan orang lain, serta mengambil inisiatif dalam berbagai situasi kehidupan.

Sebuah studi dalam studi bahkan menunjukkan bahwa anak-anak yang sering terlibat dalam social play memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik di lingkungan sekolah dan lebih kecil resikonya mengalami kecemasan sosial.

5 Contoh Social Play bagi Anak dan Penerapannya dalam Sehari-hari

Setelah memahami pentingnya social play pada anak, pertanyaannya kini adalah bagaimana orang tua bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Berikut adalah lima contoh kegiatan social play yang bisa dilakukan di rumah maupun di luar, lengkap dengan cara penerapannya:

1. Bermain Peran dengan Nilai Islam

Bermain peran dapat diarahkan agar anak-anak memahami nilai-nilai Islam. Mereka bisa berpura-pura menjadi seorang guru yang mengajarkan doa-doa harian, seorang pedagang jujur yang meniru keteladanan Rasulullah ﷺ, atau seorang dokter yang membantu dengan kasih sayang. Dengan permainan ini, anak-anak tidak hanya melatih imajinasi tetapi juga mengasah akhlak dan memahami peran sosial yang baik sesuai ajaran Islam.

Orang tua bisa menyediakan kostum sederhana dan alat bermain yang menunjang, seperti jilbab kecil, peci, atau miniatur masjid. Mengundang teman sebaya untuk bermain bersama juga membantu anak belajar kerja sama dan sopan santun. Orang tua dapat menyisipkan pujian Islami, seperti “MasyaAllah, kamu sudah sangat sabar mengajarkan doa kepada teman-teman.” agar anak memahami bahwa Islam selalu mengajarkan kesabaran dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bermain Permainan Papan dengan Prinsip Islam

Permainan papan seperti ular tangga, ludo, atau kartu edukatif bisa diadaptasi agar lebih Islami. Misalnya, anak bisa naik langkah karena melakukan perbuatan baik seperti berbagi dengan teman atau menghafal ayat Al-Qur’an, dan turun langkah karena melakukan hal kurang baik seperti berkata kasar atau malas beribadah. 

Dengan modifikasi ini, anak-anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, sebagaimana konsep pahala dan dosa dalam Islam.

Orang tua bisa menjadikan permainan ini sebagai bagian dari aktivitas keluarga, misalnya dengan menjadwalkan waktu bermain pada akhir pekan. 

Mengundang teman atau sepupu untuk ikut serta juga dapat membuat pengalaman bermain lebih edukatif dan menyenangkan. Dengan pendekatan ini, anak-anak terbiasa menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari tanpa merasa terbebani.

3. Kegiatan Proyek Kelompok dengan Nilai Islam

Kegiatan proyek kelompok kecil dapat menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk mempraktikkan kerja sama dan tanggung jawab dalam bingkai nilai Islam. 

Mereka bisa menggambar poster bertema akhlak Nabi Muhammad ﷺ, menghias ayat Al-Qur’an dengan kreativitas mereka, atau menanam tanaman sambil memahami pentingnya menjaga alam sebagai amanah dari Allah. 

Dengan pendekatan ini, anak-anak tidak hanya belajar berbagi tugas tetapi juga memahami makna kebermanfaatan dalam Islam.

Orang tua dapat bertindak sebagai fasilitator, membantu anak-anak memahami tujuan dari setiap kegiatan tanpa terlalu mencampuri prosesnya. Dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengatur peran mereka sendiri, mereka belajar mandiri, bertanggung jawab, dan memahami konsep kerja sama yang Islami.

4. Bermain di Taman dengan Adab Islami

Saat bermain di taman, anak-anak bisa diajarkan adab Islami seperti sabar menunggu giliran, mengucapkan salam saat bertemu teman, serta membantu teman yang kesulitan. 

Bermain di luar rumah juga memberi kesempatan bagi mereka untuk berlatih kesopanan dan berbagi dengan anak-anak lain, sebagaimana yang dianjurkan dalam Islam tentang interaksi sosial yang baik.

Orang tua bisa secara rutin mengajak anak ke taman bermain dan memberi kebebasan mereka berinteraksi dengan teman-teman tanpa tekanan. Dengan hanya memantau dari kejauhan, anak-anak dapat berlatih bersosialisasi secara alami sambil tetap dalam koridor nilai-nilai Islam.

5. Pentas Cerita Islami

Bermain drama kecil atau pentas cerita dapat menjadi alat yang menarik untuk mengenalkan anak pada kisah-kisah Islami. Anak-anak bisa memerankan karakter dari kisah para nabi, seperti Nabi Nuh yang penuh kesabaran atau Bilal bin Rabah yang teguh dalam keimanan. 

Dengan cara ini, mereka tidak hanya memahami cerita tetapi juga menghayati hikmah yang terkandung di dalamnya.

Orang tua bisa membuat sesi mendongeng interaktif di rumah atau sekolah, mengajak anak dan teman-temannya untuk berperan dalam kisah Islami yang menginspirasi. Dengan pendekatan ini, bermain tidak hanya menjadi sarana hiburan tetapi juga bagian dari pembelajaran karakter Islami yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak.

Dengan membiasakan anak terlibat dalam social play yang Islami, mereka tidak hanya belajar bersosialisasi tetapi juga mengembangkan karakter Islami yang akan membantu mereka menjadi pribadi yang baik di masa depan. 

Kesimpulan

Social play bukan sekadar bermain biasa. Ini adalah wahana penting yang membantu anak membangun kecerdasan emosional, sosial, dan kognitif secara seimbang. Sayangnya, banyak orang tua masih menganggap bermain hanyalah kegiatan pengisi waktu. Padahal, justru di sanalah anak belajar menjadi manusia yang utuh.

Sebagai orang tua, mari hadir dan terlibat dalam setiap tahap perkembangan anak, termasuk saat mereka bermain. Berikan ruang, waktu, dan teman bagi anak untuk berinteraksi secara alami. Karena dalam proses bermain sosial, ada banyak pelajaran hidup yang diam-diam sedang ia pelajari dan simpan sebagai bekal masa depannya.

Reference 

Fatin Philia dkk. 2023. Social Skills-Facilitated Play untuk Stimulasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini yang Menunjukkan Reticent Behavior. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP), Volume 9, Nomor 1

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *