Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Benarkah Ada Keistimewaan Anak Menangis? Simak Ini Penjelasannya

anak menangis
May 3, 2025

Ayah dan Bunda, seringkali kita merasa khawatir atau bahkan frustrasi saat si kecil menangis. Tangisan anak terkadang dianggap sebagai bentuk ketidaknyamanan atau cara mereka menarik perhatian. 

Namun, pernahkah kita berpikir, benarkah melihat anak menangis memiliki fungsi lebih dari sekadar ekspresi kesedihan atau kekecewaan?

Artikel ini hadir untuk mengupas lebih dalam tentang fenomena tangisan pada anak. Kita akan menelusuri berbagai perspektif dan penelitian yang mungkin mengungkapkan sisi positif atau “keistimewaan” dari tangisan anak dalam konteks perkembangan emosional dan komunikasi mereka. 

Dengan memahami lebih jauh tentang hal ini, diharapkan kita sebagai orang tua dapat merespons tangisan anak dengan lebih bijak dan penuh empati. Yuk, simak penjelasannya lebih lanjut!

Manfaat dan Keistimewaan Anak Menangis yang Tidak Disadari Bunda

Setiap anak pasti pernah menangis, entah karena kelelahan, marah, lapar, atau sekadar butuh perhatian. Meski terkadang membuat orang tua kewalahan, tahukah Bunda dan Ayah bahwa tangisan anak ternyata memiliki manfaat tersendiri? 

Dalam penjelasan Consultan Psikologi Alison Macklin dalam artikel berjudul Crying; Is It Good or Bad? 5 Eye-Opening Facts Parent Needs to Know, menjelaskan 

For toddlers, the reasons for crying are much more complex. The part of the brain that handles emotions only starts to develop around 24 months of age. The part of the brain that handles thinking, language and decision making develops later and does not mature until 21 years old. So imagine, an explosion of emotions at 2 years old, met with an underdeveloped center for complex thinking. This is a recipe for a lot of crying. Things a child used to cry for when they were an infant (tired, hungry, uncomfortable) now transition to whining or crankiness. Full blown tears and tantrums are often a result of more advanced wants or fears1

Bunda, dalam pernyataan tersebut, anak toddler menangis karena menangis merupakan bagian dalam mengekspresikan rasa tidak nyaman yang ia rasakan. Misalnya capek, lapar, hingga kecemasan emosional yang tidak terselesaikan. 

Menangis bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru bagian dari perkembangan emosi anak. Sejak bayi, tangisan adalah cara utama anak untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Semakin anak bertumbuh, bentuk tangisan pun berubah. 

Dari sekadar ekspresi kebutuhan fisik, menjadi cara anak mengekspresikan kekecewaan, ketakutan, hingga frustasi yang belum bisa disampaikan lewat kata-kata. Berikut manfaat anak menangis yang diabaikan orang tua: 

1. Air Mata Sebagai Ekspresi Meluapkan Emosi

Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan emosinya, termasuk melalui tangisan. Anak yang merasa aman dalam mengekspresikan perasaan cenderung menangis dengan cara yang sehat, sebagai respons alami terhadap kesedihan, kegembiraan, atau frustrasi.

Sebaliknya, anak yang tidak merasa nyaman dalam mengungkapkan emosi bisa menangis dengan cara yang kurang terkendali atau tidak sesuai konteks. Hal ini menunjukkan bahwa gaya keterikatan anak dengan orang tua sangat mempengaruhi bagaimana mereka mengelola emosi dalam kehidupan sehari-hari.

2. Air Mata sebagai Alat Komunikasi

Tangisan bukan sekadar luapan emosi, tetapi juga berfungsi sebagai alat komunikasi yang penting. Saat anak menangis, mereka sebenarnya sedang mengirimkan pesan bahwa mereka membutuhkan perhatian, bantuan, atau sekadar pengertian dari orang-orang di sekitarnya.

Bagi orang tua, memahami makna di balik tangisan anak bisa membantu memberikan respons yang lebih tepat. Dengan memberikan dukungan emosional yang cukup, anak akan merasa lebih nyaman mengungkapkan perasaannya tanpa harus menyembunyikannya.

3. Air Mata Membantu Meredakan Stres

Menangis merupakan bagian dari proses eksokrin, yaitu mekanisme tubuh untuk mengeluarkan zat tertentu. Dalam konteks emosional, air mata membantu mengeluarkan bahan kimia yang berpotensi menyebabkan stres, sehingga tubuh dapat kembali merasa lebih tenang.

Ketika anak menangis, mereka sebenarnya sedang menjalani proses alami untuk mengurangi ketegangan yang mereka rasakan. Memberikan ruang bagi anak untuk menangis tanpa merasa malu atau terbebani akan membantu mereka dalam mengelola stres dengan lebih baik.

Penelitian lain juga menjelaskan, menangis membantu anak melepaskan ketegangan emosional dan stres, serta menjadi mekanisme alami untuk mengatur emosi. Anak yang diperbolehkan menangis dengan aman, cenderung lebih mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya secara sehat saat dewasa.

Nah Bunda, saat Anda mengetahui bahwa ada manfaat air mata bagi anak, maka memandang tangisan kini bukan sebagai gangguan, tetapi sebagai sinyal yang membutuhkan perhatian, pengertian, dan pendampingan.

5 Langkah Menangani Anak Menangis yang Tepat

Menangani tangisan anak tidak perlu dengan panik atau emosi. Justru, butuh ketenangan dan kepekaan agar pesan di balik tangisan bisa dipahami. Berikut lima langkah yang dapat diterapkan Ayah dan Bunda dalam merespons anak yang menangis.

1. Melibatkan Allah dalam Penanganan si Kecil 

Langkah pertama yang paling penting adalah kehadiran penuh. Tatap mata anak, tundukkan badan hingga sejajar dengan tinggi badannya, dan tunjukkan bahwa Ayah atau Bunda siap mendengarkan. Jangan langsung menyuruh diam, karena itu bisa membuat anak merasa ditolak secara emosional.

Bunda, juga senantiasa meminta pertolongan Allah ﷻ , seperti doa yang telah diajarkan Rasullullah ﷻ. 

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ ٱللَّهِ ٱلتَّامَّاتِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

A’ūdzu bikalimātillāhit-tāmmāti min kulli syaiṭānin wa hāmmatin wa min kulli ‘ainin lāmmatin (aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang telah sempurna dari godaan setan, binatang beracun, dan dari pengaruh ‘ain yang buruk).” (HR. Bukhari, no. 3371). 

Libatkan Allah dalam setiap pengasuhan dan berdoa memohon pertolongan Allah ﷻ agar si kecil terhindar segala marabahaya. Anda juga perlu selalu waspada dengan informasi penculikan anak. 

2. Validasi Perasaan Anak Tanpa Menghakimi

Kalimat seperti “Ayah dan Bunda tahu kamu sedang sedih karena mainanmu rusak” jauh lebih membangun daripada “Udah ah jangan lebay nangis terus”. Validasi perasaan membantu anak belajar mengenali emosi dan mengelola reaksinya secara perlahan.

Dengan memahami keistimewaan anak menangis, orang tua bisa menjadi sosok yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga hangat secara emosional. Ini akan membuat anak merasa lebih diterima dan aman saat mengungkapkan perasaannya.

3. Mengajak Anak Bernapas Perlahan Bersama

Saat emosi anak memuncak, ajak ia untuk melakukan teknik pernapasan sederhana. Misalnya, tarik napas perlahan selama 4 detik, tahan, lalu buang napas pelan. Latihan ini membantu menenangkan sistem saraf dan menurunkan intensitas emosi.

Teknik ini juga dikenal dalam pendekatan emotional regulation pada anak, seperti yang dijelaskan dalam sejumlah penelitian. Anak yang terbiasa melakukan teknik ini cenderung lebih tenang dan mampu mengontrol reaksi emosional dengan lebih baik.

4. Gunakan Kata-Kata Sederhana dan Empatik

Pilih kata yang lembut, singkat, dan mudah dimengerti. Hindari ceramah panjang lebar saat anak sedang menangis karena pikirannya sedang tidak bisa fokus sepenuhnya. Alih-alih menasehati, cukup katakan “Tidak apa-apa kalau kamu merasa marah. Kita bisa cari solusi bareng-bareng ya.”

Hal ini sekaligus mengajarkan anak bahwa semua perasaan valid, dan yang penting adalah bagaimana cara menghadapinya. Orang tua yang memahami keistimewaan anak menangis bisa menjembatani dunia emosi anak dengan cara yang bijak dan suportif.

5. Beri Pelukan atau Sentuhan yang Menenangkan

Pelukan adalah bahasa cinta paling kuat yang bisa menenangkan anak saat menangis. Sentuhan ringan di punggung atau kepala juga bisa memberikan rasa aman. Penelitian lainnya menegaskan bahwa sentuhan kasih sayang dapat meredakan stres dan membangun koneksi saraf yang sehat di otak anak.

Pelukan dari seorang orang tua bukan hanya bentuk kenyamanan, tetapi juga pengakuan bahwa perasaan anak penting dan dihargai.

Kesimpulan 

Menangis adalah bagian alami dari kehidupan anak yang tidak seharusnya dihindari atau dimatikan. Justru, dalam tangisan itulah tersimpan potensi penguatan hubungan emosional antara anak dan orang tuanya. Ketika orang tua mulai memahami keistimewaan anak menangis, maka hadir kesempatan emas untuk membangun koneksi batin yang kuat dan mendalam.

Jangan buru-buru menilai anak lemah hanya karena menangis. Sebaliknya, temani ia melewati badai kecil dalam dirinya, karena dari situlah anak belajar memahami, menerima, dan mencintai dirinya sendiri. Dan bukankah itu bekal paling berharga untuk masa depannya?

Reference 

  1. Alison Macklin. 2022. Crying; Is It Good or Bad? 5 Eye-Opening Facts Parent Needs to Know. Good Nite Sleep Night. Diakses pada 2025  ↩︎
Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *