Langkah-langkah Menjaga Keimanan Anak Sedari Dini, Bunda Bisa Lakukan Hal Ini
Ayah dan Bunda, bagi kita menanamkan nikmat iman islam pada anak bisa dilakukan sejak dini. Menjaga keimanan anak bisa dimulai dengan strategi dan cara yang tepat. Jangan sampai Bunda, ingin anak melalui step proses iman si kecil langsung ke level yang tinggi dalam melewati tahapan penting lainnya.
Artikel ini hadir untuk membantu Bunda dan Ayah tentunya dengan memberikan langkah-langkah praktis menjaga keimanan anak sedari dini.
Kita akan membahas berbagai cara efektif, mulai dari mengenalkan Allah dan Rasul-Nya melalui cerita dan teladan, membiasakan ibadah sederhana, hingga menumbuhkan kecintaan pada Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam dalam keseharian.
Dengan mengikuti panduan ini, diharapkan si kecil akan tumbuh dengan hati yang terpaut pada kebaikan dan jiwa yang selalu bersandar pada Allah ﷻ. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Kesalahan Orang Tua dalam Menjaga Keimanan Anak
Sebelum membahas cara efektif untuk menjaga keimanan anak, penting bagi orang tua untuk memahami beberapa kekeliruan yang sering terjadi dalam proses pendidikan agama.
1. Terlalu Menekankan Hasil Instan, Mengabaikan Keteladanan
Sebagian orang tua mengukur keberhasilan anak dalam beriman hanya dari kemampuan membaca Al-Qur’an atau menghafal doa. Padahal, esensi keimanan sejati tidak hanya terletak pada hafalan, tetapi juga tercermin dalam sikap dan akhlak sehari-hari.
Misalnya, Bunda ingin anak segera mencintai Allah dan Rasulullah tapi lupa bahwa ada peran Bunda untuk menceritakan tentang nikmat pahala dari kasih sayang Allah, serta mencintai Allah dengan iman.
Memberikan keteladan untuk shalat awal waktu namun ingin anak terbiasa dan mampu mempraktikkan shalat dengan baik. Sayangnya, hal ini membuat anak menjadi kesulitan karena tidak mendapatkan contoh langsung dari kedua orang tuanya.
Anak lebih mudah menyerap nilai Islam jika mereka melihat contoh nyata dari orang tua. Keteladanan dalam bersikap jujur, berbuat baik, dan menjalankan ibadah dengan khusyuk jauh lebih berdampak dibanding sekadar memberikan instruksi tanpa praktik nyata.
2. Menggunakan Konsep Agama untuk Menakut-nakuti Anak
Beberapa orang tua menggunakan ancaman seperti “Kalau bohong nanti masuk neraka” dalam mengajarkan agama. Pendekatan ini bisa membuat anak merasa takut dan melihat Islam sebagai sesuatu yang menekan, bukan sebagai ajaran yang membawa cinta dan kedamaian.
Sebaliknya, mengenalkan Allah melalui kasih sayang dan rahmat akan lebih membantu anak memahami bahwa Islam adalah agama yang penuh kelembutan. Mereka akan lebih terdorong untuk berbuat baik bukan karena rasa takut, tetapi karena kesadaran bahwa kebaikan mendekatkan mereka kepada Allah.
3. Kurang Konsisten dalam Memberikan Contoh
Anak adalah peniru ulung, mereka belajar dari apa yang mereka lihat lebih dari apa yang mereka dengar. Jika orang tua menyuruh anak untuk shalat tetapi mereka sendiri menunda-nunda, anak akan melihat ketidakkonsistenan dan mulai mempertanyakan pentingnya ibadah.
Konsistensi dalam menjalankan ajaran agama di rumah sangat penting. Ketika anak melihat bahwa orang tua selalu berusaha menjalankan nilai Islam dengan sungguh-sungguh, mereka akan lebih termotivasi untuk mengikuti dengan kesadaran penuh.
4. Membatasi Agama Hanya pada Rutinitas Ibadah
Sebagian orang tua mengenalkan Islam hanya dalam bentuk rutinitas seperti salat dan puasa tanpa memberikan pemahaman mendalam. Akibatnya, anak menjalankan ibadah hanya karena kewajiban, bukan karena memahami makna di baliknya.
Keimanan anak perlu dibangun dengan pendekatan yang utuh. Selain ibadah, mereka juga perlu memahami bagaimana Islam mengajarkan kepedulian terhadap sesama, menjaga lingkungan, dan berperilaku baik dalam kehidupan sosial.
5. Lupa Membersamai Anak dalam Mengenal Allah
Beberapa orang tua lebih fokus memberikan perintah tanpa benar-benar mendampingi anak dalam perjalanan spiritual mereka. Anak membutuhkan bimbingan langsung, bukan hanya sekadar diajarkan konsep agama tanpa interaksi yang bermakna.
Membersamai anak dalam mengenal Allah bisa dilakukan dengan berbincang tentang keajaiban ciptaan-Nya, membaca Al-Qur’an bersama, atau menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran. Pendekatan ini membantu mereka memahami bahwa Islam bukan sekadar aturan, tetapi jalan hidup yang penuh makna.
5 Langkah Menjaga Keimanan Anak Sejak Dini
Setelah memahami beberapa kesalahan umum yang sering terjadi, kini saatnya orang tua mengambil peran aktif dalam menanamkan keimanan kepada anak sejak dini. Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan agar anak tumbuh dengan kecintaan kepada Allah1.
1. Tumbuhkan Cinta kepada Allah Melalui Cerita dan Dialog
Anak-anak menyukai cerita, sehingga memperkenalkan kisah para nabi, sahabat, serta keajaiban ciptaan Allah akan membantu mereka memahami Islam dengan cara yang menyenangkan. Gunakan bahasa yang lembut dan penuh harapan agar mereka mengaitkan keimanan dengan pengalaman positif.
Misalnya, ketika melihat bunga yang mekar, katakan, “Lihat bunga ini, indah ya? Itu karena Allah sayang sama kita.” Dengan pendekatan seperti ini, anak akan memahami bahwa segala sesuatu di sekelilingnya adalah bentuk kasih sayang Allah, sehingga keimanannya tumbuh dengan rasa syukur dan cinta.
2. Jadikan Rumah sebagai Lingkungan Spiritual
Menjadikan rumah sebagai tempat yang bernuansa Islami membantu membangun kebiasaan spiritual anak sejak dini. Orang tua dapat memperdengarkan murattal bersama, mengajak salat berjamaah, serta membiasakan berdzikir setelah salat agar anak merasa terhubung dengan Allah dalam kesehariannya.
Dengan lingkungan yang mendukung, anak akan terbiasa menjadikan Allah sebagai pusat kehidupannya. Nuansa spiritual yang konsisten di rumah akan membentuk pola pikir mereka bahwa ibadah bukan hanya kewajiban, tetapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari.
3. Bangun Rutinitas Ibadah Sejak Kecil
Mengenalkan rutinitas ibadah seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an sebaiknya dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Tidak perlu menuntut kesempurnaan, cukup ajak anak untuk terbiasa mengikuti kegiatan ibadah secara perlahan.
Misalnya, minta anak ikut berwudhu dan duduk menemani orang tua saat salat. Kebiasaan kecil ini akan membentuk keimanan mereka secara alami, sehingga mereka menganggap ibadah sebagai sesuatu yang akrab dan penting dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ajak Anak Berdiskusi tentang Nilai Kebaikan
Saat anak melakukan kebaikan, jangan hanya memuji dengan kata-kata seperti “pintar” atau “hebat”, tetapi kaitkan dengan nilai iman. Misalnya, dengan mengatakan, “MasyaAllah, kamu bantu adik, itu perbuatan yang disukai Allah.”
Dengan pendekatan ini, anak akan memahami bahwa setiap perbuatan baik memiliki nilai spiritual, bukan sekadar bermanfaat secara sosial. Mereka akan lebih menyadari bahwa perilaku baik adalah bentuk pengamalan iman dalam kehidupan sehari-hari.
5. Meminta Pertolongan Allah dalam Mendidik Anak
Ayah dan Bunda jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah dalam mengatasi dan mendidik anak. Hal ini biasa membantu Ayah dan Bunda untuk bersikap tenang dalam setiap menjaga pola pengasuhan anak. Ada salah satu doa yang bisa Anda coba bacakan setiap hari.
Salah satu doa untuk meminta pertolongan kepada Allah ﷻ yang dinukilkan dari hadist Rasulullah ﷻ. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ قَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ”
Artinya:
“Rasulullah ﷺ apabila keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan: ‘Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, dan dari berbuat bodoh atau dibodohi.’ (HR. Abu Dawud No. 5094).
Kesimpulan
Menjaga keimanan anak adalah proses jangka panjang yang membutuhkan kesabaran, cinta, dan konsistensi. Di masa kecil inilah waktu terbaik untuk menanam benih iman yang akan tumbuh menjadi pohon ketakwaan yang kuat.
Anak yang sejak kecil telah dikenalkan kepada Allah dan diajarkan nilai-nilai kebaikan akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual.
Penguatan nilai spiritual dan agama di usia dini terbukti membentuk kecerdasan moral anak yang lebih stabil dalam jangka panjang.
Maka dari itu, peran orang tua sangat signifikan dalam membentuk karakter dan keimanan anak, terutama melalui keteladanan, rutinitas ibadah bersama, dan pendekatan dialogis.
Yuk Bunda, mulai dari rumah, dari hal-hal kecil, dan dari sekarang. Karena iman anak adalah bekal terbaik yang akan menuntunnya seumur hidup.
Reference
- Dina Nur. 2025. Strategi Orang Tua Menanamkan Keimanan dan Mengajarkan Ibadah Sehari-hari Kepada Anak Usia Dini. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. ↩︎