7 Kesalahan Orang Tua yang Bisa Mengganggu Keuangan Anak di Masa Depan
Ayah dan Bunda, mengenalkan konsep uang pada anak adalah salah satu pelajaran hidup terpenting yang bisa kita berikan. Namun, seringkali kita, tanpa sadar, melakukan beberapa kesalahan fatal yang bisa menambah kesalahan orang tua yang bisa menganggu keuangan anak saat pertama kali mengajari si kecil tentang uang.
Kesalahan ini bisa berakibat pada pemahaman yang keliru atau kebiasaan finansial yang kurang sehat di kemudian hari.
Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda mengidentifikasi enam kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua saat mengenalkan uang pada anak pertama kali.
Mari kita belajar bersama bagaimana menghindari jebakan seperti terlalu banyak memberi, tidak menjelaskan nilai uang, atau kurangnya konsistensi.
Dengan memahami kesalahan ini dan menerapkan pendekatan yang tepat, diharapkan kita dapat membentuk anak-anak yang cerdas finansial sejak dini. Yuk, simak ulasan selengkapnya agar buah hati tumbuh menjadi pribadi yang bijak dalam mengelola rezeki!
Cara Bijak Mengenalkan Konsep Keuangan Anak
Mengenalkan konsep keuangan kepada anak sejak dini adalah langkah penting agar mereka memahami nilai uang dan bagaimana mengelolanya dengan bijak. Dengan pembelajaran yang tepat, anak akan tumbuh dengan kesadaran finansial yang kuat. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh orang tua.
1. Menanamkan Konsep Nilai dan Usaha
Anak perlu memahami bahwa uang tidak didapat begitu saja, melainkan hasil dari usaha dan kerja keras. Mengenalkan keuangan anak saat ketika mereka mengetahui bahwa membeli sesuatu memerlukan uang dan uang diperoleh melalui pekerjaan, mereka akan lebih menghargai barang yang dimiliki.
Dengan pemahaman ini, anak belajar tentang tanggung jawab serta nilai dari setiap usaha yang dilakukan. Kesadaran bahwa segala sesuatu membutuhkan usaha akan membentuk sikap lebih bijak dalam mengelola keinginan mereka.
2. Mengenalkan Perbedaan Antara Keinginan dan Kebutuhan
Saat anak mulai meminta berbagai hal yang mereka lihat di sekitar, itu menjadi kesempatan untuk mengenalkan konsep keinginan dan kebutuhan. Keuangan anak bisa dengan memberikan pemahaman bahwa mainan atau permen adalah keinginan, sementara makanan dan pakaian adalah kebutuhan utama.
Pemahaman ini sangat penting, terutama dalam mempersiapkan anak sebelum memasuki preschool. Dengan mengerti bahwa tidak semua keinginan harus terpenuhi, mereka akan lebih bisa mengendalikan emosi dan menghindari tantrum ketika suatu hal tidak bisa didapatkan.
3. Melatih Anak Menabung dan Menunda Kepuasan
Menabung adalah salah satu cara efektif untuk melatih pengendalian diri. Dengan menanamkan kebiasaan keuangan anak, Anda juga bisa memberikan pelajaran bahwa anak belajar bahwa tidak semua hal bisa didapatkan secara instan dan ada proses yang harus dijalani sebelum mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Kebiasaan ini tidak hanya membentuk sikap disiplin, tetapi juga kesabaran dalam mencapai tujuan. Latihan menunda kepuasan sejak dini akan menjadi bekal berharga bagi anak dalam menghadapi tantangan keuangan di masa depan.
4. Menghindari Sikap Konsumtif Sejak Dini
Tanpa pemahaman yang baik tentang uang, anak berisiko tumbuh menjadi pribadi yang mudah tergoda oleh barang baru tanpa mempertimbangkan kebutuhan sebenarnya. Membiasakan keuangan anak, membuat orang tua perlu membantu anak memahami bahwa uang harus digunakan dengan bijak.
Menurut Journal of Economic Psychology (Webley & Nyhus, 2006), anak-anak yang diajarkan pengelolaan keuangan sejak usia dini cenderung memiliki sikap keuangan yang lebih sehat saat dewasa. Dengan bimbingan yang tepat, mereka akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial.
7 Kesalahan Orang Tua Mengenalkan Keuangan Anak
Nah Bunda, meski tujuannya baik, tak jarang orang tua melakukan kekeliruan saat pertama kali mengenalkan uang. Kesalahan ini bisa membuat anak salah mengartikan nilai uang atau bahkan menjadi tidak bijak dalam penggunaannya. Berikut 7 kesalahan umum yang perlu dihindari:
1. Tidak Menanamkan Konsep Rezeki Hanya Milik Allah
Ayah dan Bunda, hal pertama yang seringkali kita luput dalam mengenalkan uang pada anak yakni mengenalkan bahwa rezeki itu milik Allah. Kita sering kali merasa bahwa uang itu hadir atas segala usaha kita, namun lupa jika setelahnya kita harus bertawakal terhadap rezeki. Anak mungkin mengira bahwa uang datang begitu saja tanpa usaha atau kerja keras. Hal ini dapat menghambat pemahaman mereka tentang pentingnya berikhtiar.
۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَاۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ ٦
Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Q.S Hud: 6)
Orang tua perlu mengajarkan bahwa Allah memberikan rezeki melalui berbagai cara, termasuk melalui kerja keras dan usaha yang dilakukan. Dengan pemahaman ini, anak akan belajar menghargai nilai usaha serta mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam mengelola keuangan.
2. Kurang Mengajarkan Anak Bersedekah
Nah, Bunda selanjutnya mengenai pentingnya bersedekah. Membiasakan anak bersedekah sejak dini membantu mereka memahami pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama dan menghargai uang. Sebagaimana Allah berfirman pada Q.S Al Baqarah ayat 261 mengenai Allah yang berkehendak atas sedekah.
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١
Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui. ( Al-Baqarah: 216)
Selain mengajarkan berbagi, orang tua juga perlu menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan yang bijak adalah bagian dari keberkahan. Anak perlu memahami bahwa bersedekah tidak berarti harus memberikan semua yang mereka miliki, tetapi dilakukan dengan seimbang agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan orang lain.
3. Tidak Mengajarkan Nilai Uang
Jika anak tidak diberi pemahaman tentang bagaimana uang diperoleh dan digunakan, mereka bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang datang dengan mudah. Tanpa edukasi yang tepat, mereka cenderung kurang menghargai nilai kerja keras dalam mendapatkan uang.
Orang tua perlu menjelaskan bahwa uang bukan sekadar alat tukar, tetapi hasil dari usaha dan tanggung jawab. Dengan mengenalkan konsep ini sejak kecil, anak akan lebih bijak dalam membelanjakan dan mengelola keuangan mereka di masa depan.
4. Menuruti Semua Keinginan Anak dengan Tidak Bijak
Memberikan semua yang anak minta tanpa pertimbangan dapat membuat mereka sulit memahami batasan antara kebutuhan dan keinginan. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang konsumtif dan kurang menghargai barang yang dimiliki.
Sebaliknya, orang tua perlu mengajarkan anak untuk menentukan prioritas dalam pengeluaran. Dengan memahami bahwa tidak semua keinginan harus terpenuhi, mereka akan belajar mengelola uang dengan lebih bertanggung jawab.
5. Tidak Transparan Soal Kondisi Keuangan Keluarga
Menutup-nutupi kondisi finansial keluarga bisa membuat anak memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap keuangan. Mereka mungkin berasumsi bahwa uang selalu tersedia, tanpa memahami keterbatasan atau pentingnya perencanaan.
Orang tua bisa mulai membicarakan kondisi finansial dengan cara yang sesuai dengan usia anak. Memberikan pemahaman tentang anggaran keluarga akan membantu mereka mengerti pentingnya mengelola uang dengan bijak dan tidak boros.
6. Tidak Bisa Memberikan Contoh Mengelola Uang
Anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang diajarkan. Jika orang tua tidak menunjukkan kebiasaan finansial yang sehat, maka keuangan anak seperti menabung atau membuat anggaran, anak akan kesulitan memahami pentingnya pengelolaan uang.
Menjadi teladan dalam hal keuangan membantu anak mengembangkan sikap yang bijak terhadap uang. Ketika mereka melihat orang tua mengatur pengeluaran dengan baik, mereka lebih cenderung meniru kebiasaan tersebut dalam kehidupan mereka sendiri.
7. Tidak Melibatkan Anak dalam Diskusi Soal Uang
Jika anak tidak diajak berbicara tentang uang, mereka mungkin kesulitan memahami bagaimana membuat keputusan finansial. Padahal, melibatkan mereka dalam diskusi keuangan anak sederhana tentang keuangan dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan finansial yang lebih baik.
Orang tua bisa mulai dengan mengajak anak berdiskusi tentang harga barang, cara mengatur uang jajan, atau pentingnya menabung. Dengan pembelajaran yang interaktif, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan keuangan di masa depan.
Kesimpulan
Keuangan anak menjadi bagian penting dalam persiapan anak sebelum masuk preschool, bukan sekadar soal nilai mata uang, tapi juga tentang menanamkan sikap hidup bijak, bertanggung jawab, dan tidak konsumtif.
Dengan menghindari enam kesalahan di atas, Bunda dan Ayah bisa membantu si kecil memahami bahwa uang bukan segalanya, tapi bagian dari kehidupan yang perlu dikelola dengan bijak. Dan yang terpenting, anak belajar bahwa cinta, kehangatan, dan kebersamaan keluarga tak bisa dibeli dengan uang.
Yuk, mulai dari sekarang, ajarkan anak tentang uang dengan cara yang sehat dan penuh cinta. Karena pendidikan finansial bukan soal angka, tapi soal karakter.
Reference
Sumiyati. 2017. Mengenalkan Pengelolaan Keuangan pada Anak Sejak Usia Dini. Islamic Review: Jurnal Riset dan Kajian Keislaman.