5 Kesalahan Islamic Parenting yang Perlu Bunda Perhatikan! Jangan Lakukan Hal Ini Ya
Bunda sayang, mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai Islam tentu menjadi kewajiban kita sebagai seorang muslim. Namun, terkadang tanpa disadari, dalam upaya menanamkan kebiasaan islam pada anak justru ada beberapa kesalahan islamic parenting yang justru kurang efektif pada anak.
Mengidentifikasi dan menghindari kesalahan-kesalahan ini akan membantu kita menjadi orang tua yang lebih baik dalam membimbing buah hati tercinta menuju ridha Allah.
Artikel ini hadir untuk membuka mata para Bunda tentang lima kesalahan umum dalam Islamic parenting yang perlu kita perhatikan dan hindari. Kita akan mengulas berbagai praktik yang mungkin tampak biasa namun memiliki dampak kurang baik pada perkembangan spiritual dan emosional anak.
Dengan memahami potensi kesalahan ini, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam menerapkan Islamic parenting secara holistik dan penuh kasih sayang. Yuk, kita simak ulasan selengkapnya!
Apa Itu Islamic Parenting dan Keunggulannya
Islamic parenting adalah pola asuh anak yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, baik dalam aspek spiritual, emosional, maupun sosial. Dalam konsep ini, orang tua tidak hanya berperan sebagai pengasuh fisik, tetapi juga sebagai pendidik akhlak, pembimbing iman, dan teladan dalam kehidupan beragama.
Islamic parenting menekankan keseimbangan antara kasih sayang dan ketegasan, serta mendidik anak dengan tujuan agar mereka tumbuh menjadi insan yang beriman, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab di dunia maupun akhirat. Keunggulan islamic parenting bagi anak:
1. Pendekatan Menyeluruh yang Selaras dengan Fitrah Anak
Islamic parenting didasarkan pada prinsip yang selaras dengan fitrah anak, menciptakan pola asuh yang penuh kasih dan bimbingan. Dalam Al-Qur’an dan hadits, terdapat pedoman mengenai bagaimana orang tua dapat mendidik anak dengan bijak, tanpa tekanan, namun tetap memberikan arahan yang jelas.
Pendekatan ini mencakup memberi contoh yang baik, mencintai anak tanpa syarat, serta mengenalkan nilai-nilai ibadah secara bertahap. Rasulullah ﷺ sendiri menjadi teladan dalam mendidik generasi muda dengan penuh kesabaran, pengertian, dan empati, sehingga anak tumbuh dalam lingkungan yang harmonis.
2. Membentuk Empati dan Ketahanan Emosi Anak
Menurut penelitian, anak-anak yang dibesarkan dengan prinsip Islamic parenting memiliki tingkat empati yang lebih tinggi. Mereka belajar memahami dan peduli terhadap orang lain dengan lebih tulus.
Selain itu, mereka menunjukkan perilaku sosial yang lebih baik dan memiliki ketahanan emosi yang kuat dibanding anak-anak yang diasuh tanpa dasar nilai spiritual. Nilai-nilai Islam yang ditanamkan sejak dini membantu anak menghadapi tantangan hidup dengan sikap sabar dan keteguhan hati.
Namun, dalam praktiknya, ada banyak orang tua yang belum sepenuhnya memahami esensi dari Islamic parenting dan akhirnya melakukan kesalahan tanpa disadari. Kesalahan-kesalahan ini bisa berdampak jangka panjang pada perkembangan spiritual dan psikologis anak.
5 Kesalahan Islamic Parenting yang Perlu Dihindari
Sebagai orang tua muslim, tentu kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang cinta Allah dan Rasul-Nya. Namun, penting untuk diingat bahwa pendekatan yang kita gunakan dalam mendidik mereka akan sangat mempengaruhi sikap mereka terhadap agama. Berikut adalah lima kesalahan Islamic parenting yang sering dilakukan dan perlu dihindari.
1. Memaksa Anak Beribadah Sebelum Usianya Siap
Salah satu kesalahan Islamic parenting yang umum terjadi adalah memaksa anak untuk melaksanakan ibadah secara penuh sebelum mereka benar-benar memahami maknanya. Misalnya, meminta anak shalat lima waktu secara disiplin sejak usia tiga atau empat tahun, padahal mereka belum masuk usia tamyiz atau belum memahami arti ibadah itu sendiri.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadist dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu, beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِى الْمَضَاجِعِ
“Perintahkan anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Pukul mereka jika tidak mengerjakannya ketika mereka berumur 10 tahun. Pisahkanlah tempat-tempat tidur mereka“. (HR. Abu Daud no. 495. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Nah, dalam hadis ini kita perlu membiasakan anak agar diajak shalat sejak usia tujuh tahun, dan jika belum melakukannya dengan baik baru ditegur di usia sepuluh tahun. Ini menunjukkan bahwa ada fase belajar, membiasakan, dan memberi teladan sebelum anak diminta menjalankan perintah agama secara serius.
Jika anak dipaksa sebelum siap, bukan cinta yang tumbuh, melainkan resistensi dan trauma terhadap ibadah. Anak perlu dikenalkan pada ibadah dengan cara yang menyenangkan, penuh cinta, dan tanpa paksaan.
2. Terlalu Fokus pada Hukuman daripada Edukasi
Kesalahan Islamic parenting berikutnya adalah terlalu menekankan hukuman fisik atau verbal saat anak melakukan kesalahan, tanpa memberikan pemahaman yang jelas. Dalam Islam, mendidik anak bukan sekadar memberi sanksi, melainkan membimbing dengan kasih sayang dan hikmah.
Rasulullah ﷺ sendiri tidak pernah memukul anak-anak, bahkan saat mereka melakukan kesalahan. Beliau lebih memilih pendekatan dialog, memberi contoh, dan menanamkan pengertian. Sayangnya, masih banyak orang tua yang menggunakan dalih agama untuk bersikap keras, padahal ini justru menjauhkan anak dari nilai-nilai Islam yang sejati.
Menurut penelitian menjelaskan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh hukuman cenderung mengalami kecemasan, menurunnya empati, dan sikap memberontak terhadap aturan agama di masa depan.
3. Terlalu Sering Membahas Neraka atau Azab sebagai Ancaman
Islam memang mengajarkan tentang surga dan neraka, tetapi tidak untuk ditanamkan kepada anak-anak dengan cara yang menakut-nakuti. Salah satu kesalahan Islamic parenting adalah ketika orang tua terlalu sering mengancam anak dengan azab neraka setiap kali mereka melakukan kesalahan kecil.
Contohnya, mengatakan “kalau kamu tidak shalat nanti masuk neraka” pada anak usia lima tahun. Alih-alih membuat anak taat, kalimat semacam ini justru menumbuhkan ketakutan irasional dan persepsi bahwa Allah hanya memberi hukuman, bukan kasih sayang.
Islam adalah agama rahmat. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Oleh karena itu, pengenalan agama kepada anak sebaiknya dimulai dari sisi kasih sayang-Nya, bukan ancaman-Nya. Ajarkan bahwa Allah mencintai anak yang jujur, yang membantu orang tua, dan yang mengucap doa dengan tulus.
4. Tidak Terbuka dalam Menjawab Pertanyaan Anak Tentang Agama
Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka mungkin bertanya, “Mengapa kita harus puasa?” atau “Mengapa perempuan harus memakai jilbab?” Kesalahan Islamic parenting yang sering terjadi adalah mengabaikan atau bahkan memarahi anak karena dianggap bertanya hal yang tidak sopan.
Padahal pertanyaan tersebut adalah bentuk proses berpikir dan pencarian makna. Jika dibiarkan tanpa jawaban, anak bisa mencari dari sumber yang salah atau tumbuh dengan persepsi negatif tentang Islam.
Menjadi orang tua berarti menjadi pembimbing spiritual yang siap menjawab dengan bijak. Jika tidak tahu jawabannya, kita bisa mengajak anak mencari bersama, membaca buku, atau berkonsultasi kepada ustaz terpercaya. Ini sekaligus menjadi contoh bahwa dalam Islam, belajar adalah proses seumur hidup.
5. Kurang Menjadi Teladan dalam Perilaku Sehari-hari
Anak-anak lebih mudah meniru daripada mendengar nasihat. Kesalahan Islamic parenting yang fatal adalah ketika orang tua menuntut anak berlaku Islami, tapi tidak memberikan contoh. Misalnya, menyuruh anak jujur tapi sering berbohong di depan mereka. Atau menyuruh anak shalat, tapi orang tua sendiri jarang melakukannya tepat waktu.
Islam sangat menekankan pentingnya teladan. Dalam surat Al-Ahzab ayat 21, Allah berfirman bahwa Rasulullah adalah suri teladan terbaik.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ٢١
Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Maka, orang tua pun harus menjadi role model yang menunjukkan nilai-nilai Islam lewat sikap, tutur kata, dan kebiasaan sehari-hari.
Kesimpulan
Islamic parenting adalah amanah besar sekaligus anugerah mulia. Namun agar berhasil, kita perlu memahami prinsip-prinsipnya secara utuh dan menghindari berbagai kesalahan yang bisa menghambat pertumbuhan iman anak. Kunci dari pengasuhan Islami adalah kasih sayang, keteladanan, dan kesabaran.
Dengan menghindari kesalahan Islamic parenting seperti memaksa ibadah sebelum waktunya, terlalu keras, dan menakut-nakuti dengan azab, kita bisa membangun generasi yang selalu mencintai Allah dengan tauhid.