Kenali Periode Sensitif Anak dengan Montessori dan Cara Mengoptimalkannya
Ayah dan Bunda yang mengamati tumbuh kembang buah hati dengan penuh perhatian, pernahkah Anda mendengar tentang “periode sensitif” dalam filosofi Montessori? Periode sensitif anak merupakan tahapan perkembangan anak di mana mereka memiliki ketertarikan dan kemampuan belajar yang luar biasa terhadap aspek tertentu dari lingkungannya.
Mengenali periode sensitif anak dan memberikan respons yang tepat dapat mengoptimalkan potensi belajar mereka secara alami dan efektif. Lantas, apa saja periode sensitif yang dialami anak dan bagaimana cara kita sebagai orang tua dapat mendukungnya?
Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas konsep periode sensitif dalam metode Montessori dan memberikan panduan praktis bagi Ayah dan Bunda tentang cara mengenali serta mengoptimalkannya pada anak-anak.
Kita akan membahas berbagai periode sensitif yang umum terjadi, mulai dari periode bahasa, gerakan, hingga ketertarikan pada keteraturan dan detail. Dengan memahami periode-periode ini, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih responsif terhadap kebutuhan anak, sehingga mereka dapat belajar dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi alaminya. Yuk, kita simak ulasan selengkapnya!
Kenali Apa Saja Periode Sensitif Anak
Setiap anak memiliki periode sensitif anak yang berlangsung dalam rentang usia tertentu. Dalam montessori ini juga sudah dikenal sebagai 6 sensitive period. Dalam sebuah penjelasan Sunshine Teachers Training juga mendeskripsikan tahapan sensitif anak dalam analogi seperti ini:
Selama periode sensitif ini, otak anak Anda seperti spons, menyerap informasi dan pengalaman seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sama seperti pohon yang berbeda membutuhkan nutrisi yang berbeda, anak-anak yang berbeda memiliki periode sensitif yang unik. Beberapa anak mungkin lebih sensitif terhadap pembelajaran bahasa sejak dini, sementara yang lain mungkin lebih tertarik pada gerakan dan aktivitas fisik. Penting untuk memperhatikan minat dan preferensi individu anak Anda untuk memberikan stimulasi yang tepat selama periode sensitif mereka. Anggaplah diri Anda sebagai tukang kebun atau pengasuh otak anak Anda (2016)
Jika orang tua tidak peka terhadap fase ini, ada kemungkinan anak melewati kesempatan emas untuk belajar hal penting secara alami. Berikut ini adalah beberapa periode sensitif anak yang umum terjadi, sebagaimana dijelaskan dalam pendekatan Montessori:
1. Periode Sensitif untuk Bahasa (Usia 0–6 Tahun)
Pada fase ini, anak memiliki kepekaan tinggi terhadap suara, intonasi, serta kata-kata yang mereka dengar. Mereka dapat menyerap kosakata secara cepat hanya dengan mendengarkan percakapan sehari-hari. Kemampuan berbicara mulai berkembang, diikuti dengan ketertarikan untuk menyanyi dan menirukan kata-kata yang sering mereka dengar.
Paparan bahasa yang kaya pada usia dini berkontribusi besar terhadap kecerdasan linguistik anak di masa depan. Oleh karena itu, orang tua disarankan untuk sering berbicara dengan anak, membacakan buku, serta memperkenalkan berbagai kosakata baru agar mereka terbiasa dengan bahasa yang beragam.
2. Periode Sensitif untuk Gerakan (Usia 0–4 Tahun)
Sejak lahir, anak mulai belajar mengendalikan gerakan tubuhnya, dari tahap awal seperti merangkak dan berjalan hingga kemampuan yang lebih kompleks seperti menggenggam benda kecil. Fase ini sangat penting dalam membangun koordinasi antara otot dan saraf, yang menjadi dasar bagi keterampilan motorik halus dan kasar.
Montessori menekankan pentingnya lingkungan yang aman serta alat bantu yang sesuai untuk mendukung perkembangan gerakan ini. Memberikan ruang eksplorasi, seperti kesempatan untuk naik turun tangga, bermain dengan benda kecil, atau menyusun balok, akan membantu anak mengasah keterampilan geraknya secara alami.
3. Periode Sensitif untuk Keteraturan (Usia 2–4 Tahun)
Pada tahap ini, anak mulai menunjukkan preferensi terhadap rutinitas dan pola yang teratur. Mereka lebih nyaman jika lingkungannya konsisten, seperti makan di waktu yang sama atau tidur setelah ritual yang sama setiap malam. Jika ada perubahan mendadak dalam jadwal, mereka mungkin merasa terganggu dan menjadi rewel.
Periode ini adalah waktu yang ideal untuk menanamkan kebiasaan baik dan kemandirian. Membantu anak mengenali alur rutinitas seperti menyimpan mainan setelah bermain atau mencuci tangan sebelum makan akan membuat mereka terbiasa dengan struktur dan aturan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Periode Sensitif untuk Indra dan Eksplorasi (Usia 0–6 Tahun)
Balita belajar dengan menggunakan pancaindra mereka. Mereka sangat tertarik untuk menyentuh berbagai tekstur, mencium bau-bauan, mencicipi makanan, serta mengamati warna dan bentuk benda di sekitar mereka. Kegiatan eksploratif ini membantu mereka memahami dunia dengan lebih baik.
Montessori menyediakan banyak aktivitas sensorik yang mendukung perkembangan ini, seperti bermain dengan pasir, air, atau bahan alami lainnya. Aktivitas ini tidak hanya merangsang rasa ingin tahu, tetapi juga melatih konsentrasi dan kemampuan logis anak dalam memahami hubungan antar objek di lingkungan mereka.
5. Periode Sensitif untuk Keterampilan Sosial (Usia 2,5–6 Tahun)
Anak mulai menunjukkan minat untuk bermain bersama teman serta belajar berbagi dan bekerja sama. Mereka mulai memahami aturan sosial, seperti bergiliran dalam permainan dan mengekspresikan perasaan dengan kata-kata.
Ini adalah waktu yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan nilai sopan santun, empati, dan kerja tim. Dengan membimbing mereka dalam interaksi sosial dan memberikan contoh yang baik, anak akan lebih mudah mengembangkan keterampilan sosial yang kuat serta membentuk hubungan yang sehat dengan orang lain.
Penting untuk dicatat bahwa periode sensitif anak tidak selalu muncul dengan tanda-tanda jelas. Namun, orang tua bisa melihatnya dari perubahan perilaku, ketertarikan baru, atau kemajuan keterampilan yang signifikan. Bila fase ini terlewat tanpa stimulasi yang sesuai, proses belajar bisa menjadi lebih sulit di kemudian hari.
Cara Mengoptimalkan Periode Sensitif Anak dengan Montessori
Montessori menyediakan pendekatan yang sangat cocok untuk memaksimalkan periode sensitif anak. Berikut lima cara sederhana namun efektif yang bisa dilakukan orang tua di rumah dalam membantu mengoptimalkan periode sensitif anak:
1. Ciptakan Lingkungan yang Nyaman dan Terencana
Lingkungan yang tertata dengan baik, aman, dan sesuai tinggi anak akan membantu mereka bereksplorasi dengan lebih leluasa. Letakkan benda-benda edukatif di tempat yang mudah dijangkau, seperti rak buku rendah, meja belajar kecil, atau mainan edukatif berbahan alami yang sesuai dengan tahap perkembangan mereka.
Montessori menyebut konsep ini sebagai prepared environment, yaitu lingkungan yang dirancang khusus untuk mendorong pembelajaran mandiri. Dengan akses mudah terhadap alat bantu pembelajaran, anak lebih termotivasi untuk menjelajah dan mencoba hal baru secara mandiri tanpa bergantung pada bantuan orang tua.
2. Biarkan Anak Memilih Aktivitasnya Sendiri
Ketika anak berada dalam periode sensitif, mereka memiliki kecenderungan alami terhadap aktivitas tertentu. Orang tua dapat mendukungnya dengan memberikan pilihan aktivitas yang sesuai dengan minat mereka, misalnya menyusun huruf kayu atau membaca gambar bagi anak yang tertarik dengan huruf.
Jika anak lebih senang bermain dengan air, sediakan kegiatan yang melibatkan keterampilan praktis seperti menuang air dari satu gelas ke gelas lain. Dengan kebebasan memilih, anak lebih fokus dan antusias dalam belajar karena merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri.
3. Hindari Perintah atau Arahan yang Berlebihan
Saat anak sedang berkonsentrasi dalam suatu aktivitas, usahakan untuk tidak mengganggu proses mereka. Montessori percaya bahwa fokus anak adalah bagian penting dalam perkembangan otak mereka, sehingga gangguan yang tidak perlu bisa menghambat pembelajaran mereka.
Biarkan anak menyelesaikan aktivitasnya sendiri, meskipun hasilnya belum sempurna. Dengan cara ini, mereka belajar menghadapi tantangan dan membangun rasa percaya diri serta kemandirian dalam menyelesaikan tugas tanpa tergantung pada orang dewasa.
4. Gunakan Bahan Ajar yang Sesuai Periode Sensitif
Setiap anak memiliki periode sensitif yang berbeda, sehingga penting untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan fase perkembangan mereka. Untuk fase sensorik, orang tua bisa memberikan kegiatan seperti memilah biji-bijian, meraba berbagai tekstur kain, atau bermain dengan air.
Sementara untuk fase bahasa, kegiatan seperti membacakan buku dengan intonasi menyenangkan atau menggunakan kartu bergambar dengan tulisan besar dapat membantu anak mengenali huruf dan kosakata. Dengan bahan ajar yang sesuai, anak akan lebih mudah memahami konsep dan mengembangkan keterampilan dengan cara yang alami.
5. Bangun Rutinitas yang Konsisten
Rutinitas harian sangat membantu anak yang sedang berada dalam fase keteraturan. Jadwal yang konsisten mulai dari waktu bangun pagi, makan, bermain, hingga tidur. Hal ini bisa membantu anak merasa aman dan nyaman dalam kesehariannya.
Anak yang merasa aman dalam rutinitasnya akan lebih siap untuk belajar hal baru karena mereka memiliki struktur yang jelas dalam kehidupan mereka. Rutinitas ini juga membantu membangun disiplin serta mengajarkan anak konsep waktu dan tanggung jawab dengan cara yang menyenangkan dan alami.
Stimulasi yang tepat selama periode sensitif berdampak besar terhadap keberhasilan belajar anak jangka panjang. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan Montessori cenderung memiliki inisiatif tinggi, mandiri, dan lebih siap menghadapi tantangan akademik maupun sosial.
Membersamai Periode Sensitif Anak di Kelas Toddler Albata
Demikian Bunda, Anda perlu mengenali dan mengoptimalkan periode sensitif anak merupakan langkah penting dalam mendidik anak secara efektif. Melalui pendekatan Montessori, orang tua bisa memberikan stimulasi yang tepat pada waktu yang tepat, tanpa tekanan atau paksaan. Hasilnya, anak tumbuh sebagai individu yang percaya diri, mandiri, dan mencintai proses belajar.
Maka dari itu Bunda, metode montessori diperlukan untuk membantu mengoptimalkan masa periode sensitif anak. Montessori yang digabungkan dengan nilai-nilai islam mencoba menggabungkan peran montessori seperti bahasa, sensorik, matematika, budaya hingga practical life dengan pembiasaan adab dan ibadah bagi anak.
Dengan keunggulan montessori Islam yang menawarkan pendekatan secara lembut anak akan terbiasa dengan pembelajaran islami serta peningkatan kemampuan individu yang berprogres.
Lantas, dimana sih Bun, tempat pendidikan yang bisa mewujudkan keduanya? Kelas Toddler Albata jawabannya. Bersama kelas Toddler Albata, Anda akan mendapatkan pendekatan pendidikan Islami berdasarkan sunnah dan Al-Qur’an yang membantu menjaga dan membantu anak tumbuh mandiri dan berakhlak mulia.
Bersama Albata, Ananda akan belajar cara membangun komunikasi positif, mengelola emosi anak, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Daftarkan buah hati Anda sekarang dan belajar memahami fase tumbuh kembang anak bersama kelas toddler Albata. Klik tautan untuk informasi lebih lanjut!

Belajar Montessori Secara Fun Learning Semakin Seru