Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Kenali Gejala Tantrum Manipulatif pada Anak, Bunda Perhatikan Sikap Anak Ya  

tantrum manipulatif
May 31, 2025

Ayah dan Bunda, tantrum merupakan bagian normal dari perkembangan anak, terutama balita yang sedang belajar mengelola emosi. Namun, pernahkah Anda merasa bahwa tantrum si kecil terkadang terasa berbeda? Bisa jadi anak mulai menunjukkan tantrum manipulatif pada Bunda.

Ada kalanya, tantrum bukan lagi sekadar luapan emosi murni, melainkan mulai menunjukkan indikasi manipulatif sebuah upaya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mengenali perbedaan ini sangat penting agar kita bisa merespons dengan tepat.

Artikel ini hadir untuk membantu Bunda mengenali gejala tantrum manipulatif pada anak. Kami akan membahas tanda-tanda yang membedakan tantrum biasa dengan tantrum yang bertujuan untuk mengontrol atau mendapatkan perhatian lebih.

Memahami kebiasaan anak ini akan membekali Anda dengan kesadaran untuk tidak terjebak dalam pola yang justru memperkuat perilaku manipulatif. Dengan penanganan yang tepat, Bunda dapat membimbing si kecil untuk belajar mengelola emosi dan berkomunikasi secara sehat. Yuk, simak penjelasan selengkapnya agar pengasuhan lebih efektif!

Gejala Tantrum Manipulatif pada Anak

Tantrum manipulatif memiliki ciri yang berbeda dengan tantrum yang wajar akibat ketidakmampuan anak dalam mengelola emosi. Berikut beberapa gejala yang bisa dikenali:

1. Tantrum Muncul Setelah Permintaan Tidak Dipenuhi

Anak mungkin tiba-tiba menangis kencang, berteriak, atau melempar barang begitu orang tua menolak permintaannya. Situasi ini sering terjadi ketika anak meminta mainan atau permen, tetapi keinginannya tidak dikabulkan oleh orang tua.

Reaksi ekstrem seperti ini bisa menjadi tanda bahwa tantrum digunakan untuk memaksa orang tua mengalah. Jika pola ini terus berulang setiap kali anak tidak mendapatkan yang diinginkan, perlu langkah bijak untuk mengatasinya.

2. Anak Mengamati Reaksi Orang Tua Saat Tantrum

Saat melakukan tantrum manipulatif, anak cenderung memperhatikan respon orang tua. Mereka akan sesekali menengok untuk melihat apakah tangisan atau amukan mereka efektif dalam mendapatkan perhatian.

Jika tangisan awalnya tidak membuahkan hasil, anak mungkin meningkatkan intensitas tantrumnya. Mereka bisa mulai menangis lebih keras atau menunjukkan perilaku lain untuk memastikan orang tua menyerah pada keinginannya.

3. Tantrum Terhenti Saat Keinginannya Dipenuhi

Salah satu ciri utama tantrum manipulatif adalah berhentinya tangisan secara tiba-tiba setelah permintaan anak dipenuhi. Tantrum jenis ini berbeda dengan tantrum emosional yang biasanya tetap berlangsung meskipun anak sudah mendapatkan yang diinginkan.

Dalam tantrum emosional, anak membutuhkan waktu untuk menenangkan diri karena sistem regulasi emosinya belum sepenuhnya pulih. Sementara dalam tantrum manipulatif, mereka hanya menggunakan amukan sebagai strategi untuk mencapai tujuan.

4. Pola Tantrum Berulang dengan Situasi Serupa

Jika anak selalu menunjukkan tantrum dalam situasi tertentu, misalnya setiap kali permintaannya ditolak, maka besar kemungkinan mereka sudah menyadari bahwa perilaku ini efektif untuk mendapatkan keinginannya.

Pola tantrum yang terus berulang dalam kondisi serupa menunjukkan bahwa anak telah belajar bahwa menangis atau berteriak bisa menjadi cara untuk mengubah keputusan orang tua. Jika tidak diatasi, anak bisa semakin mengandalkan tantrum dalam berbagai situasi.

5. Anak Sadar bahwa Tantrumnya Menghasilkan Hasil

Tantrum manipulatif biasanya muncul karena anak sudah memahami bahwa tangisan atau keributan dapat membuat orang tua menyerah. Mereka mengulanginya karena pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa cara ini berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Dalam psikologi, pola ini disebut reinforcement positif terhadap perilaku manipulatif anak. Menurut penelitian dalam Early Childhood Research Quarterly, jika tantrum terus dibiarkan sebagai alat negosiasi, anak bisa mengalami kesulitan dalam mengembangkan pengendalian diri, empati, serta kemampuan bersosialisasi yang sehat.

Tips Cara Mengatasi Tantrum Manipulatif pada Anak

Menghadapi anak yang melakukan tantrum manipulatif memang menantang, tetapi Bunda dan Ayah bisa mengambil langkah-langkah bijak agar perilaku ini tidak berlanjut. Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan:

1. Tetap Tenang dan Perbanyak Berdzikir Kepada Allah 

Langkah pertama dalam menghadapi tantrum adalah tetap tenang dan tidak langsung memenuhi keinginan anak. 

Bunda perlu perbanyak berdzikir kepada Allah agar suasana hati Ibu tetap tenang. Jangan memaksakan diri dengan amarah yang bergejolak ya Bun. Jika orang tua menyerah hanya karena tidak tahan melihat anak menangis, anak akan belajar bahwa tantrumnya efektif dan akan terus menggunakannya sebagai strategi.

Setiap kita punya kebutuhan, maka hendaklah manusia berdoa kepada Allah ﷻ, Mohonlah kepada Allah ﷻ agar keinginan terpenuhi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku). 

Semakin sering tantrum membuahkan hasil, semakin besar kemungkinan anak akan mengulanginya di masa mendatang. Konsistensi dalam mempertahankan keputusan tanpa menyerah dapat membantu anak memahami batasan yang jelas.

2. Konsisten dengan Aturan yang Telah Disepakati

Jika orang tua sudah mengatakan tidak, maka penting untuk tetap pada keputusan tersebut. Konsistensi adalah kunci utama dalam mengatasi tantrum manipulatif agar anak belajar bahwa respons orang tua tidak dapat diubah dengan tangisan.

Jelaskan alasan penolakan dengan cara yang lembut namun tetap tegas, misalnya dengan mengatakan, “Mama tidak bisa membelikan mainan sekarang karena kita sudah sepakat hanya membeli mainan di akhir pekan.” Hindari bersikap inkonsisten, karena anak akan mencoba cara yang sama di lain waktu.

3. Ajak Anak Mengekspresikan Emosi dengan Kata-Kata

Tantrum sering kali terjadi karena anak belum terbiasa mengekspresikan emosinya dengan kata-kata. Bantu anak memahami perasaan yang sedang dialaminya dengan mengatakan, “Kamu kecewa karena tidak bisa membeli mainan ya. Itu memang bikin sedih.”

Mengajarkan anak mengenali dan mengungkapkan emosinya sejak dini membantu mereka mengelola frustasi dengan lebih baik. Menurut Child Development Journal, anak yang terbiasa menamai emosinya cenderung lebih mampu mengatasi konflik saat mereka memasuki usia sekolah.

4. Beri Perhatian Saat Anak Tidak Sedang Tantrum

Kadang anak melakukan tantrum manipulatif karena merasa hanya mendapatkan perhatian saat mereka bersikap ekstrem. Oleh karena itu, pastikan orang tua juga memberikan perhatian positif saat anak menunjukkan perilaku yang baik.

Berikan pelukan, pujian, atau ajak berbicara saat anak bersikap sesuai harapan. Dengan cara ini, anak belajar bahwa ada cara lain untuk mendapatkan perhatian selain tantrum, sehingga perilaku negatifnya dapat berkurang.

5. Ajak Anak Berdiskusi Setelah Tantrumnya Reda

Saat anak masih berada dalam emosi tinggi, hindari membahas perilaku mereka secara langsung. Tunggu sampai mereka tenang, lalu ajak berbicara tentang apa yang sebenarnya mereka inginkan dan bagaimana cara menyampaikannya dengan lebih baik.

Dengan pendekatan ini, anak belajar bahwa ada cara lain untuk meminta sesuatu tanpa perlu mengamuk. Diskusi yang tenang juga membantu mereka memahami pentingnya komunikasi yang sehat dalam mengungkapkan keinginan.

6. Libatkan Ayah dalam Mengelola Emosi Anak

Mengatasi tantrum manipulatif tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu. Kehadiran ayah sebagai support system sangat penting dalam memberikan contoh ketegasan dan konsistensi dalam pola asuh.

Keterlibatan ayah juga memperkuat rasa aman dan kepercayaan diri anak. Saat anak merasa didukung oleh kedua orang tuanya, mereka akan lebih memahami aturan keluarga tanpa harus menggunakan tantrum sebagai alat manipulasi.

Kesimpulan

Tantrum manipulatif bisa menjadi tantangan besar dalam pengasuhan anak usia dini. Namun dengan mengenali gejalanya dan menerapkan pendekatan yang konsisten dan penuh empati, Bunda bisa membantu anak memahami bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi, dan ada cara yang lebih sehat untuk mengekspresikan keinginan maupun emosinya.

Dalam proses ini, yang dibutuhkan bukan hanya kesabaran, tetapi juga dukungan dari Ayah dan lingkungan sekitar. Mengutip panduan dari American Academy of Pediatrics, kunci keberhasilan pengasuhan anak bukan hanya pada strategi disiplin, tetapi juga pada kualitas hubungan emosional antara orang tua dan anak.

Tantrum manipulatif bukan akhir dari segalanya. Justru dari sinilah Bunda dan Ayah bisa mengajarkan keterampilan hidup yang sangat berharga, yaitu bagaimana mengelola emosi, menyampaikan kebutuhan dengan bijak, dan belajar menerima kenyataan dengan lapang dada.

Reference 

The Journal of Pediatrics. Diakses pada 2025.Temper Tantrums in Healthy Versus Depressed and Disruptive Preschoolers: Defining Tantrum Behaviors Associated with Clinical Problems.

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *