Lembaga Pendidikan Montessori Islam

5 Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Bisa Merusak Kepribadian Anak, Apa Saja?

kebiasaan buruk orang tua
June 3, 2025

Ayah dan Bunda, setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya, namun terkadang ada saja kebiasaan buruk orang tua yang bisa mempengaruhi kepribadian anak. Namun, tanpa disadari, beberapa kebiasaan sehari-hari yang kita lakukan justru bisa berdampak negatif dan merusak kepribadian anak dalam jangka panjang. 

Niat baik terkadang tidak sejalan dengan metode, dan inilah mengapa penting bagi kita untuk terus belajar dan mengevaluasi pola asuh.

Artikel ini hadir untuk mengupas tuntas lima kebiasaan orang tua yang tanpa disadari dapat merusak kepribadian anak. Kami akan membahas berbagai perilaku yang seringkali luput dari perhatian, seperti terlalu banyak mengkritik, membanding-bandingkan, atau kurang memberikan ruang untuk berekspresi. 

Dengan memahami kebiasaan-kebiasaan ini, diharapkan Ayah dan Bunda dapat lebih peka dan mengambil langkah untuk mengubahnya, demi memastikan si kecil tumbuh dengan kepribadian yang sehat dan positif. Yuk, simak penjelasan selengkapnya agar kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik!

Kebiasaan Buruk Orang Tua yang Bisa Merusak Kepribadian Anak 

Kebiasaan buruk orang tua ternyata bisa sangat berpengaruh pada kepribadian anak loh Bun. Karena itu, setiap tindakan dan ucapan kita akan sangat mudah direkam oleh anak. Menurut Prof. Dr. Rachma Hasibuan, M.Kes., pakar pendidikan anak usia dini UNESA bahwa setiap ucapan orang tua berdampak pada psikologi dan pengembangan karakter anak. 

Dalam konteks ini, Bunda harus mulai mengetahui kebiasaan apa saja yang berpotensi bisa melukai perasaan anak hingga membuat kepribadian anak berubah. Anda perlu tahu cara tepat untuk mengatasinya.  

1. Terlalu Sering Memarahi atau Merendahkan Anak

Kebiasaan buruk orang tua dengan melakukan teguran keras sangat tidak dianjurkan. Teguran memiliki peran penting dalam mendidik anak, tetapi jika dilakukan dengan nada tinggi atau disertai kata-kata yang merendahkan, anak bisa kehilangan rasa percaya dirinya. Perlakuan seperti ini dapat membuat mereka merasa tidak berharga, malu, dan takut mengambil inisiatif.

Seiring waktu, anak yang sering dimarahi tanpa pendekatan yang tepat dapat menjadi lebih tertutup, cemas, atau bahkan menunjukkan perilaku agresif. Studi dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry (2021) menunjukkan bahwa anak yang sering mengalami verbal abuse dari orang tua berisiko mengalami gangguan perilaku serta rendahnya harga diri.

2. Membandingkan Anak dengan Orang Lain

Kebiasaan buruk orang tua yang buruk seperti pernyataan seperti “Lihat kakakmu lebih rajin” atau “Kenapa kamu tidak seperti anak tetangga?” tampak sederhana, tetapi dapat membuat anak merasa tidak cukup baik. Kebiasaan ini dapat melahirkan kepribadian yang minder serta menekan potensi anak untuk berkembang dengan percaya diri.

Setiap anak memiliki keunikan dan waktu perkembangan yang berbeda. Daripada membandingkan, orang tua sebaiknya memberikan motivasi dengan cara yang positif agar anak memahami pentingnya menghargai proses dan bukan hanya berfokus pada hasil akhir.

3. Kurangnya Perhatian dan Validasi Emosi

Kebiasaan buruk orang tua yang satu ini yaitu kesibukan orang tua sering kali membuat mereka lupa meluangkan waktu berkualitas untuk anak. Ketika anak ingin berbicara atau menunjukkan emosi, mereka justru diabaikan atau dilarang mengekspresikan perasaan.

Menurut American Psychological Association, anak yang emosinya sering ditekan memiliki risiko lebih tinggi mengalami kesulitan dalam mengatur diri dan membangun relasi sosial yang sehat di masa dewasa. Anak yang tidak mendapatkan validasi emosional dari lingkungan terdekat cenderung tumbuh dengan kepribadian yang tidak stabil dan sulit mengelola perasaan.

4. Terlalu Memanjakan dan Tidak Memberi Batasan

Kasih sayang memang penting, tetapi jika diberikan tanpa batasan yang jelas, anak tidak akan belajar tentang tanggung jawab serta disiplin. Kebiasaan buruk orang tua yang bisa menyebabkan anak yang tumbuh tanpa aturan yang tegas berisiko menjadi egois, sulit diatur, dan kurang memahami empati terhadap orang lain.

Disiplin yang dilakukan dengan penuh kasih sayang, baik dalam Islam maupun pendekatan psikologi modern, menjadi pondasi dalam membentuk karakter anak. Keseimbangan antara cinta dan aturan akan membantu mereka berkembang menjadi individu yang mandiri serta bertanggung jawab.

5. Tidak Menjadi Teladan yang Baik

Anak lebih banyak belajar dari tindakan orang tua dibandingkan sekadar kata-kata. Jika orang tua sering berbohong, marah-marah, atau tidak menepati janji, anak akan meniru perilaku tersebut tanpa sadar.

Menurut teori Social Learning yang dikembangkan oleh Albert Bandura, anak meniru perilaku dari orang-orang yang dianggap sebagai figur penting dalam hidupnya. Oleh karena itu, orang tua perlu memastikan bahwa mereka memberikan contoh yang baik dalam ucapan dan tindakan agar anak dapat mengembangkan karakter yang positif. 

Cara Sehat Mendidik Anak dalam Membentuk Kepribadiannya

Menyadari bahwa pola asuh berperan besar dalam membentuk karakter anak, orang tua perlu menerapkan pendekatan yang sehat dan penuh kesadaran. Dengan metode yang tepat, anak dapat tumbuh menjadi individu yang empatik, percaya diri, dan berdaya dalam menghadapi kehidupan.

1. Bangun Komunikasi Positif Setiap Hari

Komunikasi yang terbuka dan penuh perhatian akan membuat anak merasa aman serta dihargai. Ajak mereka berbicara tanpa menghakimi, berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan, serta dengarkan cerita mereka dengan sepenuh hati.

Kebiasaan ini membantu anak mengembangkan rasa percaya diri serta keterbukaan terhadap masukan. Saat mereka merasa didengar, mereka akan lebih mudah mengutarakan pikiran dan membangun hubungan yang sehat dengan lingkungan sekitar.

2. Berikan Pujian yang Tulus dan Spesifik

Pujian yang diberikan dengan tulus bukan hanya meningkatkan kepercayaan diri anak, tetapi juga memotivasi mereka untuk terus berkembang. Sebaiknya fokuskan pujian pada usaha yang telah mereka lakukan, bukan sekadar hasil akhir.

Misalnya, daripada hanya mengatakan “Kamu pintar,” lebih baik mengatakan, “Ayah bangga melihat kamu berusaha keras menyelesaikan PR-mu.” Pujian seperti ini membuat anak memahami nilai dari kerja keras dan ketekunan.

3. Tetapkan Aturan yang Konsisten dan Adil

Aturan yang jelas dan konsisten membantu anak memahami konsekuensi dari setiap tindakan mereka. Namun, aturan juga perlu dibuat dengan adil dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak agar dapat diterima tanpa paksaan.

Dalam Islam, pendekatan pendidikan anak sejak dini menekankan pembiasaan baik yang dilakukan dengan kesabaran. Anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan aturan yang seimbang akan lebih mudah memahami tanggung jawab serta batasan yang perlu dihormati.

4. Jadilah Teladan yang Mencerminkan Nilai-Nilai Positif

Anak banyak belajar dari apa yang mereka lihat dibanding sekadar apa yang mereka dengar. Jika ingin anak disiplin, orang tua juga harus menunjukkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga dalam hal kejujuran, jika orang tua ingin anak berkata jujur, maka mereka perlu memberikan contoh dengan bersikap jujur dalam berbagai situasi. Teladan yang baik akan membentuk karakter anak secara alami dan berkelanjutan.

5. Luangkan Waktu Berkualitas Bersama Anak

Kehadiran orang tua dalam kehidupan anak, meski hanya sebentar, sangat berpengaruh terhadap ikatan emosional serta pembentukan karakter mereka. Bermain bersama, membaca buku, atau sekadar makan bersama bisa menjadi momen yang berarti bagi anak.

Interaksi yang hangat dan penuh perhatian akan membantu anak merasa dicintai serta dihargai. Dengan hubungan yang erat, anak akan lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh orang tua. 

Penutup

Kepribadian anak dibentuk bukan dalam semalam, melainkan dari interaksi harian yang terus menerus. Maka, penting bagi orang tua untuk lebih sadar dalam bersikap dan berucap. Hindari kebiasaan merendahkan, membandingkan, atau mengabaikan anak, karena semua itu akan meninggalkan bekas yang sulit dihapus. Sebaliknya, hadirkan pola asuh yang sehat, penuh cinta, dan konsisten dalam nilai.

Dengan menjadi pendidik pertama yang bijak, orang tua tidak hanya membentuk anak yang berprestasi, tetapi juga berakhlak mulia dan siap menghadapi dunia dengan hati yang kuat.

Reference 

Kebiasaan Orang Tua yang Bisa Merusak Perkembangan dan Potensi Anak. Prof Dr Rachma Hasibuan M.Kes. Universitas Negeri Surabaya. Diakses 2025. 

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *