5 Kebiasaan Buruk Anak yang Tidak Bisa Dibiarkan, Lakukan Hal Ini Untuk Mencegahnya
Tumbuh kembang anak tentu menjadi bagian dari parenting dengan tantangannya sendiri. Bunda, mengetahui apa saja kebiasaan-kebiasaan buruk anak. Sebagai orang tua, tentu kita memiliki peran untuk mengarahkan si kecil menuju perilaku positif.
Beberapa kebiasaan buruk anak, jika dibiarkan, dapat berdampak negatif pada perkembangan sosial, emosional, hingga akademiknya kelak. Artikel ini hadir sebagai panduan bagi Anda, para orang tua hebat, untuk mengenali 5 kebiasaan buruk anak yang perlu segera diatasi.
Lebih dari sekadar itu, kami akan berbagi langkah-langkah efektif untuk mencegah dan mengarahkan anak agar terhindar dari kebiasaan tersebut, demi masa depan mereka yang gemilang. Mari kita simak bersama!
5 Kebiasaan Buruk Anak yang Tidak Bisa Dibiarkan dan Dampaknya
Mengasuh anak memang penuh tantangan, apalagi saat menghadapi perilaku yang kurang baik. Tanpa penanganan yang tepat, kebiasaan buruk anak bisa berkembang menjadi karakter negatif di masa depan.
Dalam artikel How To Respond When Your Kid Gives You Attitude by Jenifer Margulis menulis mengenai pernyataan salah satu psikiater asal Inggris mengenai perilaku buruk anak yang tidak bisa dibiarkan saja.
“The biggest mistake we make is assuming rude behavior is a phase that will go away on its own,” says Michele Borba, PhD, author of Don’t Give Me That Attitude: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them.
Michele Borba berpendapat bahwa sikap buruk anak tidak bisa pergi begitu saja Bunda. Anda perlu mengkomunikasikan itu kepada anak dengan cara yang sesuai dengan usianya.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami kebiasaan buruk anak sejak dini dan mengetahui cara efektif untuk mencegahnya. Masa kanak-kanak adalah masa belajar; namun bukan berarti semua perilaku bisa dianggap remeh. Berikut ini adalah lima kebiasaan buruk anak yang perlu Bunda waspadai:
1. Kebiasaan Berbohong
Anak dapat mulai berbohong karena berbagai alasan, seperti takut dihukum, ingin menghindari masalah, atau sekadar menguji batasan yang diberikan orang tua. Perilaku ini sering kali muncul sebagai bagian dari perkembangan sosial mereka.
Menurut studi lainnya, berbohong pada anak usia dini berhubungan dengan kecerdasan sosial. Namun, tanpa bimbingan yang tepat, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi perilaku manipulatif di masa dewasa.
2. Kurangnya Rasa Tanggung Jawab
Saat anak sering mengabaikan kewajibannya, seperti tidak membereskan mainan atau tidak mengerjakan tugas sekolah, ini bisa menjadi tanda kurangnya rasa tanggung jawab. Kebiasaan ini, jika terus dibiarkan, dapat memengaruhi perkembangan disiplin mereka.
Anak yang tidak terbiasa bertanggung jawab bisa tumbuh menjadi pribadi yang sulit diandalkan dalam lingkungan sosial maupun akademik. Oleh karena itu, orang tua perlu memberikan arahan dan dukungan agar anak terbiasa menyelesaikan tugasnya dengan baik.
3. Mudah Marah dan Sering Mengamuk
Tantrum adalah hal yang wajar pada balita karena mereka masih belajar mengelola emosinya. Namun, jika anak yang lebih besar terus menunjukkan perilaku marah yang berlebihan tanpa kontrol, ini bisa menjadi tanda adanya masalah emosional.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa perilaku agresif yang tidak ditangani dengan tepat di masa kecil dapat meningkatkan risiko masalah emosional dan sosial di masa remaja. Membantu anak mengenali dan mengelola emosinya sejak dini akan berdampak positif dalam jangka panjang.
4. Kurangnya Rasa Hormat terhadap Orang Lain
Sikap tidak sopan, seperti membentak orang tua, guru, atau teman, adalah tanda yang tidak boleh diabaikan. Jika tidak ditangani dengan baik, perilaku ini dapat berkembang menjadi kebiasaan yang sulit diperbaiki di kemudian hari.
Kurangnya rasa hormat sejak dini juga bisa berdampak pada kesulitan anak dalam membangun hubungan yang sehat. Penting bagi orang tua untuk memberikan teladan dalam berkomunikasi dengan sopan dan penuh empati agar anak meniru sikap yang baik.
5. Ketergantungan pada Gadget
Paparan layar yang berlebihan dapat membawa dampak negatif bagi anak, terutama dalam perkembangan bahasa, kemampuan konsentrasi, dan pola tidur mereka. Terlalu sering bermain gadget tanpa batasan bisa menghambat perkembangan sosial dan emosional anak.
Menurut JAMA Pediatrics, penggunaan gadget yang tidak terkontrol dapat menyebabkan gangguan dalam berbagai aspek perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menetapkan aturan yang jelas terkait waktu penggunaan perangkat elektronik agar keseimbangan aktivitas anak tetap terjaga.
Setiap kebiasaan buruk ini tidak hanya berdampak pada masa kecil anak; namun juga mempengaruhi karakter dan kualitas hidup mereka di masa depan. Karena itu penting bagi orang tua untuk melakukan intervensi sejak dini.
Cara Mencegah Anak Melakukan Kebiasaan Buruk yang Tepat
Mengatasi kebiasaan buruk anak memerlukan pendekatan yang sabar, konsisten, dan penuh cinta. Berikut ini beberapa langkah efektif yang bisa Bunda lakukan:
1. Jadilah Teladan yang Baik
Anak belajar dengan mengamati perilaku orang-orang di sekitarnya. Jika orang tua ingin anak tumbuh dengan sikap jujur, bertanggung jawab, dan sopan, maka contoh nyata dalam keseharian adalah kunci utama.
Penelitian penelitian lain menunjukkan bahwa anak lebih cenderung meniru kebiasaan orang tua. Oleh karena itu, membangun lingkungan yang mencerminkan nilai-nilai positif akan membantu anak mengembangkan karakter yang baik.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu berbicara dengan sopan, sabar, dan jujur agar anak dapat belajar dari contoh yang baik.
Sebagaimana kisah para salafus shalih terdahulu, Bunda memiliki contoh yang baik untuk menjadi teladan terlebih dahulu bagi anak, agar dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalam adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan dalam al-Qur’an:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ
“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (Terjemahan QS. al-Mumtahanah: 4)
Anda juga perlu mengajarkan anak dengan nilai-nilai islam untuk menanamkan kebiasaan baik pada anak. Misalnya mulai mengenalkan tauhid, adab hingga fiqih dengan cara sederhana agar anak mudah mengerti.
2. Tetapkan Aturan dan Konsekuensi Secara Konsisten
Batasan yang jelas membantu anak memahami perilaku yang dapat diterima dan yang perlu dihindari. Orang tua sebaiknya membuat aturan sederhana yang mudah dipahami dan menetapkan konsekuensi yang masuk akal.
Misalnya, jika anak lupa membereskan mainan, ia bisa diberikan konsekuensi berupa larangan bermain dengan mainan tersebut keesokan harinya. Konsistensi dalam menerapkan aturan akan membantu anak belajar disiplin dengan lebih baik.
3. Ajarkan Anak Cara Mengelola Emosi
Alih-alih langsung menghukum saat anak marah atau tantrum, ajarkan mereka cara mengekspresikan perasaan secara sehat. Orang tua bisa membantu anak mengenali emosi mereka dan mengajarkan teknik sederhana seperti pernapasan dalam untuk menenangkan diri.
Menurut Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, terapi berbasis regulasi emosi terbukti efektif dalam membantu anak mengatasi emosi negatif. Dengan bimbingan yang tepat, mereka dapat belajar menghadapi situasi sulit tanpa reaksi impulsif.
4. Batasi Penggunaan Gadget dan Dorong Aktivitas Fisik
Paparan layar yang berlebihan bisa berdampak kurang baik bagi perkembangan anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mengatur waktu penggunaan gadget dan mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang lebih beragam.
Bermain di luar, membaca buku, atau berkreasi dalam seni tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik tetapi juga memperkuat keterampilan kognitif dan sosial mereka. Keseimbangan ini sangat penting untuk perkembangan anak secara menyeluruh.
5. Gunakan Komunikasi Positif untuk Mendorong Perilaku Baik
Daripada terlalu fokus pada kesalahan anak, berikan apresiasi saat mereka melakukan hal baik. Pujian sederhana, seperti “Bunda bangga kamu sudah membereskan mainan sendiri”, dapat meningkatkan rasa percaya diri anak.
Komunikasi yang positif membantu membentuk pola pikir yang lebih sehat. Dengan pendekatan ini, anak lebih terdorong untuk mengulang perilaku baik tanpa merasa takut gagal.
Kesimpulan
Kebiasaan buruk anak bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan. Dengan memahami jenis kebiasaan yang berpotensi merugikan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, Bunda bisa membantu si kecil tumbuh menjadi pribadi yang positif, bertanggung jawab, dan mampu mengelola emosinya dengan baik.
Bunda perubahan perilaku yang terjadi pada anak memerlukan proses dalam pengasuhan. Anda bisa melakukannya dengan penuh kesabaran, konsistensi, dan kasih sayang, Bunda bisa menjadi pilar utama dalam membentuk karakter buah hati.
Referensi Jurnal Ilmiah
Jenifer Margulis. 2021. How To Respond When Your Kid Gives You Attitude. Parents. Diakses 2025