Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Karakter Anak Bossy dan Langkah Tepat Menghadapinya: Dimulai dari Pola Asuh Orang Tua

anak bossy
April 29, 2025

Ayah dan Bunda, jika anak kita terlihat mendominasi dalam bermain, suka mengatur teman-temannya, atau bahkan bersikap “memerintah” di rumah, maka ada yang perlu dievaluasi dari karakter anak yang satu ini. Perilaku yang sering disebut anak bossy ini mungkin membuat kita khawatir tentang bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain. 

Namun, tahukah kita bahwa karakter ini seringkali berakar dari pola asuh yang kita terapkan di rumah?

Artikel ini hadir untuk membantu Ayah dan Bunda memahami lebih dalam tentang karakter bossy pada anak. Kita akan mengulas berbagai faktor yang dapat memicu perilaku ini, dengan fokus utama pada bagaimana pola asuh orang tua berperan dalam pembentukannya. 

Lebih dari sekadar mengidentifikasi, kami juga akan memberikan langkah-langkah tepat dan efektif untuk menghadapi karakter bossy pada anak, dimulai dari perubahan kecil dalam interaksi kita sehari-hari. Yuk, kita simak ulasan selengkapnya!

Mengenal Karakter Anak Bossy: Penyebab dan Kesalahan Pola Asuh Orang Tua 

Anak bossy biasanya menunjukkan perilaku seperti memberi perintah kepada teman sebaya, memutuskan permainan yang harus dilakukan, atau bahkan mengatur bagaimana saudara kandungnya bersikap. 

Meskipun sekilas terlihat dominan dan percaya diri, ada beberapa penyebab mendasar yang mendorong perilaku ini.

Pertama, gaya pengasuhan orang tua memiliki peran penting. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan di mana semua keinginannya selalu dituruti atau tidak diajarkan batasan dengan tegas, cenderung merasa bahwa ia memiliki kontrol atas orang lain. 

Sebaliknya, anak yang mengalami pola asuh terlalu ketat juga bisa meniru gaya kontrol tersebut terhadap teman-temannya sebagai bentuk pelampiasan. 

Hal ini sejalan dengan penelitian menunjukkan bahwa pola asuh permisif dan otoriter sama-sama bisa menghasilkan perilaku dominan yang berlebihan pada anak. Selain itu, ada beberapa hal lagi yang membuat anak berperilaku bossy, diantaranya: 

1. Orang Tua Sering Memberikan Perintah

Anak belajar dengan mengamati lingkungan sekitar. Mereka menyerap informasi dari perilaku orang dewasa dan pada akhirnya meniru apa yang sering mereka lihat. Jika anak cenderung suka memerintah, bisa jadi mereka telah mengamati sikap tersebut dari orang-orang di sekelilingnya.

Tidak selalu berasal dari cara orang tua memperlakukan anak, tetapi juga dari interaksi dengan orang lain di rumah. Misalnya, jika orang tua sering memberi arahan dengan nada perintah kepada asisten rumah tangga atau anggota keluarga lain, anak bisa memahami bahwa gaya komunikasi tersebut wajar dilakukan.

2. Pola Asuh yang Terlalu Permisif atau Terlalu Mengontrol

Studi menunjukkan bahwa pengasuhan yang terlalu terbuka, di mana anak diberi kebebasan tanpa batasan yang jelas, berhubungan dengan kecenderungan anak untuk bersikap dominan. Anak yang terbiasa dengan aturan longgar cenderung mengembangkan perilaku bossy.

Di sisi lain, jika orang tua terlalu mengontrol anak, mereka mungkin akan mencari cara untuk mendapatkan kendali atas situasi. Sering kali, perilaku dominan ini muncul di lingkungan luar rumah, seperti saat berinteraksi dengan teman-temannya.

3. Sikap Dominan Dianggap Hal Positif

Banyak orang tua senang ketika anaknya menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi. Mereka merasa bahwa keberanian anak dalam mengambil keputusan adalah tanda perkembangan yang baik.

Namun, jika kepercayaan diri ini terus dipuji tanpa diarahkan dengan benar, anak bisa tumbuh dengan perilaku yang cenderung ingin mengatur orang lain. Tanpa pengawasan, sikap dominan dapat berubah menjadi kebiasaan yang tidak sehat dalam hubungan sosialnya.

4. Tekanan untuk Menjadi Sangat Cerdas

Anak dengan tingkat kecerdasan tinggi sering kali memiliki dorongan alami untuk mengendalikan situasi atau mengambil keputusan sendiri. Mereka merasa mampu memahami banyak hal dan ingin memengaruhi lingkungan di sekitar mereka.

Namun, dengan bimbingan yang tepat, dorongan tersebut bisa diarahkan menjadi sesuatu yang lebih positif. Orang tua perlu membantu anak dalam mengembangkan empati, kontrol diri, serta kemampuan memahami perspektif orang lain.

5. Pola Asuh yang Terlalu Kaku

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang terlalu ketat atau penuh aturan bisa merasa terkekang dan frustasi. Sebagai bentuk reaksi terhadap situasi ini, mereka mungkin menunjukkan perilaku bossy sebagai strategi untuk menghadapi hambatan yang mereka alami.

Semakin dominan dan kaku gaya pengasuhan, semakin besar kemungkinan anak akan meniru pola tersebut. Mereka menjadi kurang fleksibel dalam berinteraksi, kesulitan berempati, dan berusaha keras agar segala sesuatu berjalan sesuai keinginan mereka.

Kedua, anak bossy mungkin belum mengembangkan empati dan kemampuan untuk bernegosiasi secara sehat. Mereka belum memahami bahwa setiap individu memiliki keinginan dan sudut pandang berbeda. Ini bisa menyebabkan konflik di lingkungan sosial, termasuk dengan saudara kandung dan teman sebaya.

Dampak dalam keluarga juga tidak bisa diabaikan. Ketika anak bossy terus mendominasi adik atau kakaknya, suasana rumah bisa menjadi tidak harmonis. Anak yang lain merasa tidak dihargai atau ditekan, sehingga memunculkan persaingan atau rasa frustasi. 

Jika dibiarkan, anak bossy bisa tumbuh menjadi pribadi yang sulit menerima pendapat, kurang toleran, dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan sosial yang sehat.

4 Cara Menghadapi Anak Bossy bagi Orang Tua

Menghadapi anak bossy membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan pendekatan yang bijak. Berikut lima cara yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak mengelola karakter dominannya agar tumbuh menjadi pemimpin yang bijak, bukan pengatur yang otoriter.

Jadilah Teladan yang Baik Bagi Anak 

Orang tua perlu mengetahui pola asuhnya selama ini. Hal ini dilakukan agar anak bisa mengontrol apa yang ia inginkan. Jika selama ini Anda berperilaku buruk pada anak dengan cara mendidik yang salah maka ubah pola mendidiknya. 

Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitar mereka. Oleh karena itu, dengan menjadi role model yang baik, orang tua dapat membantu anak memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu juga dengan penjelasan dalam Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai Rasulullah ﷺ yang merupakan suri tauladan sebab akhlaknya yang sempurna. Para orang tua perlu mencontoh Rasulullah ﷺ yang memberikan contoh terbaik bagi anak. 

Allah Ta’ala berfirman,

ﻟَّﻘَﺪْ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃُﺳْﻮَﺓٌ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻟِّﻤَﻦ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍْﻷَﺧِﺮَ ﻭَﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺜِﻴﺮًﺍ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21).

Ajarkan Empati Pada Anak 

Anak bossy perlu dilatih untuk memahami perasaan orang lain. Ajak anak berdiskusi ringan, “Kira-kira adik senang tidak kalau kamu selalu menentukan permainannya?” 

Orang tua juga bisa memberikan gambaran mengenai apa saja keinginan anak, misalnya “Kalau kamu dipaksa ikut keinginan teman terus, kamu suka tidak?” Dengan membiasakan anak berpikir dari sudut pandang orang lain, perlahan ia akan belajar untuk tidak selalu mendominasi.

Berikan Peran Kepemimpinan yang Sehat

Alih-alih mematikan karakter dominan, arahkan anak untuk menyalurkannya secara positif. Misalnya, beri kesempatan untuk memimpin permainan dengan syarat harus mendengarkan ide teman-temannya juga. Peran sebagai ketua kelompok dalam kegiatan sekolah atau rumah pun bisa dijadikan sarana belajar bertanggung jawab tanpa menjadi otoriter.

Menurut penelitian, anak yang diberi tanggung jawab kepemimpinan dengan panduan yang tepat akan mengembangkan keterampilan sosial, kemandirian, dan resiliensi yang lebih kuat.

Beri Pujian pada Perilaku Kolaboratif, Bukan Dominan

Sering kali anak bossy mendapat perhatian saat mereka bersikap mengatur atau memaksa. Ubah fokus perhatian orang tua. Saat anak menunjukkan kerja sama, mau mendengarkan orang lain, atau menyelesaikan konflik dengan kompromi, berikan pujian seperti, “Bunda bangga kamu bisa menghargai pendapat teman tadi.”

Pujian yang tepat akan memperkuat perilaku positif dan mengurangi kebiasaan mengatur-atur yang negatif.

Kesimpulan

Anak bossy bukanlah anak nakal atau bermasalah. Mereka hanya membutuhkan arahan yang tepat agar potensi dominasi yang dimilikinya tidak menjadi penghambat dalam relasi sosial. Peran orang tua sangat penting dalam membentuk sikap anak, mulai dari menetapkan batasan, melatih empati, hingga memberi teladan dalam berkomunikasi yang sehat.

Dengan memahami karakter anak bossy dan menghadapinya dengan penuh kesabaran serta strategi yang tepat, Ayah dan Bunda bisa membantu anak tumbuh menjadi pemimpin yang adil, penuh empati, dan mampu bekerja sama dengan orang lain. Semua dimulai dari pola asuh yang bijak dan penuh cinta.

Referensi 

Mini Rose. 2003. Perilaku Anak Usia Dini: Masalah dan Pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius 

Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *