Lembaga Pendidikan Montessori Islam

Mengenal Gentle Parenting, Metode Pola Asuh yang Kini Tengah Viral

gentle parenting
May 6, 2025

Ayah dan Bunda, belakangan ini istilah gentle parenting semakin sering kita dengar dan menjadi perbincangan hangat di kalangan orang tua.

Bahkan tidak heran kita melihat dari berbagai media social, kalangan artis hingga influencer mulai mengenalkan gentle parenting sebagai bagian dari metode pola asuh terbaik bagi anak.

Metode pola asuh yang satu ini menawarkan pendekatan yang berbeda dalam mendidik anak, menekankan pada empati, rasa hormat, dan pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan serta perasaan si kecil.

Namun, apa sebenarnya gentle parenting itu? Mengapa metode ini begitu populer dan dianggap efektif di era modern ini?

Artikel ini hadir untuk mengenalkan lebih dekat tentang konsep gentle parenting.

Kita akan mengupas tuntas prinsip-prinsip dasar yang melandasi metode pengasuhan ini, bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mengapa gentle parenting dianggap sebagai alternatif yang menarik dan relevan bagi para orang tua masa kini. 

Dengan memahami esensi gentle parenting, semoga kita dapat menemukan pendekatan yang paling sesuai untuk membimbing tumbuh kembang buah hati tercinta dengan penuh kasih sayang dan pengertian. Yuk, kita simak ulasan selengkapnya!

Mengenal Apa Itu Gentle Parenting dan Dampak Positifnya

Di tengah meningkatnya kesadaran orang tua masa kini terhadap pentingnya pola asuh yang sehat, istilah gentle parenting semakin ramai diperbincangkan. Metode ini tidak hanya menjadi topik hangat di media sosial, tetapi juga mulai diterapkan oleh banyak keluarga muda yang ingin membangun hubungan harmonis dengan anak. 

Bahkan menurut Ockwell-Smith menjelaskan bahwa Gentle parenting menjadi sebuah pendekatan yang berakar pada prinsip penghargaan terhadap emosi, empati, dan komunikasi positif1

Gentle parenting merupakan pola asuh yang berfokus pada pengasuhan penuh kasih sayang, tanpa kekerasan, dan tidak menggunakan hukuman keras atau sistem hadiah berlebihan. Inti dari pendekatan ini adalah membimbing anak secara sabar dan konsisten, sambil tetap menegakkan batasan yang sehat. 

Orang tua yang menerapkan metode ini berusaha memahami emosi anak dan merespons dengan empati, bukan dengan amarah atau reaksi impulsif.

Menurut Sarah Ockwell-Smith dalam bukunya The Gentle Parenting Book, metode ini mengajak orang tua untuk melihat anak bukan sebagai objek yang harus dikontrol, tetapi sebagai individu yang setara dan layak dihargai. 

Tujuannya bukan hanya membentuk anak yang patuh, tetapi juga anak yang punya kepercayaan diri, empati, dan kemampuan sosial yang baik. Berikut adalah beberapa dampak positif dari penerapan gentle parenting pada tumbuh kembang anak:

1. Anak Merasa Aman secara Emosional

Ketika anak dibesarkan dalam lingkungan yang responsif terhadap perasaannya, mereka akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang lebih kuat. Mereka merasa dihargai, diterima, dan memiliki keyakinan bahwa dunia di sekitar mereka adalah tempat yang aman untuk bereksplorasi.

Keamanan emosional ini menjadi dasar penting bagi kesehatan mental jangka panjang. Anak yang merasa didukung sejak kecil cenderung memiliki regulasi emosi yang baik, lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan, serta mampu membangun hubungan sosial yang sehat.

2. Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi

Gentle parenting membantu anak mengenali dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat. Mereka belajar bahwa marah, sedih, atau kecewa adalah bagian dari kehidupan yang normal dan perlu diekspresikan dengan cara yang tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Dengan bimbingan yang lembut, anak dapat mengembangkan keterampilan dalam menghadapi frustasi dan menyelesaikan konflik secara positif. Hal ini juga membantu mereka memahami bahwa emosi bukan sesuatu yang harus ditahan, tetapi sesuatu yang perlu diproses dengan baik.

Selain itu, mereka mengembangkan empati karena terbiasa menerima perlakuan yang penuh kasih sayang. Mereka lebih mampu memahami perasaan orang lain, menunjukkan kepedulian, serta berinteraksi dengan sikap yang hormat dan penuh kesadaran.

Sebuah studi menunjukkan bahwa pendekatan pengasuhan berbasis kehangatan dan responsivitas, seperti gentle parenting, dapat meningkatkan keterampilan sosial dan akademik anak. Penelitian tersebut juga menyoroti pentingnya komunikasi positif dalam membentuk perilaku prososial dan pengendalian diri pada anak.

5 Cara Menerapkan Gentle Parenting pada Anak yang Tepat

Meskipun terdengar mudah, menerapkan gentle parenting dalam keseharian membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Begitu pula dalam islam, gentle parenting yang saat ini kita kenal, dalam islam penerapannya sudah dilakukan bahwa tertulis dalam Al-Qur’an. Berikut lima cara menerapkan gentle parenting yang bisa dilakukan di rumah:

1. Dengarkan Anak dengan Penuh Perhatian

Anak-anak, sekecil apa pun usianya, memiliki kebutuhan untuk didengarkan dan dipahami. Saat mereka marah, sedih, atau bahkan tantrum, orang tua bisa menunjukkan kehadiran penuh dengan menatap mata mereka, mendengarkan tanpa menyela, dan memberikan validasi atas perasaan mereka.

Seperti dalam Q.S Luqman ayat 17, bagaimana Luqman memberikan nasihat dan menjelaskan kepada anak dengan bahasa yang lemah lembut dan penyayang. Saat itu, Luqman mengajarkan anaknya menaati Allah dengan melaksanakan shalat. 

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ ۝١٧

Wahai anakku, tegakkanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.

Misalnya, saat anak mengungkapkan kemarahan, orang tua bisa mengatakan, “Bunda tahu kamu sedang marah, tidak apa-apa marah, tapi kita tetap tidak boleh memukul, ya.” Kalimat ini membantu anak mengenali emosinya sekaligus memahami batasan perilaku yang dapat diterima.

2. Tetapkan Batasan dengan Lembut namun Tegas

Gentle parenting bukan berarti membiarkan anak tanpa aturan, tetapi memberikan batasan yang jelas dengan cara yang penuh kasih sayang. Batasan membantu anak merasa aman karena mereka memahami aturan yang konsisten dan memiliki pedoman dalam bersikap. Bagaimana Allah memerintahkan kita untuk berkata lembut

Ayat ini sama maknanya dengan firman Allah Ta’ala,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ

“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159).

Alih-alih bersikap keras, orang tua bisa memberikan penjelasan logis yang membuat anak merasa dihargai. Contohnya, “Sekarang waktunya tidur, besok kita main lagi supaya kamu bisa bangun dengan segar.” Pendekatan ini mengajarkan disiplin tanpa menciptakan ketakutan.

3. Jadilah Contoh Perilaku yang Baik

Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat dibandingkan dari apa yang mereka dengar. Jika orang tua ingin anak tumbuh menjadi individu yang sabar dan penuh pengertian, maka orang tua pun perlu menunjukkan sikap tersebut dalam keseharian mereka.

Sebagaimana kisah para salafus shalih terdahulu, Bunda memiliki contoh yang baik untuk menjadi teladan terlebih dahulu bagi anak, agar dapat dicontoh dalam kehidupan sehari-hari. 

Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mendapatkan karunia anak shaleh seperti Isma’il ‘alaihissalam adalah karena beliau sendiri berhasil mendidik dan membentuk dirinya menjadi seorang hamba yang shaleh. Allah Azza wa Jalla menegaskan dalam al-Qur’an:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِۖ 

“Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya.” (Terjemahan QS. al-Mumtahanah: 4)

Anda juga perlu mengajarkan anak dengan nilai-nilai islam untuk menanamkan kebiasaan baik pada anak. Misalnya mulai mengenalkan tauhid, adab hingga fiqih dengan cara sederhana agar anak mudah mengerti. 

Hindari membentak atau memarahi dengan keras karena perilaku ini dapat memperkuat pola agresif dalam diri anak. Sebaliknya, tunjukkan cara mengelola emosi dengan baik sehingga anak dapat meniru dan belajar dari keteladanan yang mereka lihat setiap hari.

4. Gunakan Pendekatan Problem Solving, Bukan Hukuman

Alih-alih menghukum anak saat mereka berbuat kesalahan, ajak mereka berdiskusi untuk mencari solusi bersama. Pendekatan ini mengajarkan tanggung jawab tanpa memunculkan rasa takut atau rendah diri pada anak.

Misalnya, jika anak menumpahkan makanan, daripada langsung menegur, orang tua bisa bertanya, “Apa yang bisa kita lakukan untuk memberikannya?” Cara ini membantu anak belajar berpikir dan memahami konsekuensi dari tindakan mereka dengan lebih bijak.

5. Tunjukkan Kasih Sayang Setiap Hari

Kasih sayang yang ditunjukkan secara konsisten membangun rasa aman dan kepercayaan anak kepada orang tua. Pelukan, kata-kata positif, serta perhatian kecil seperti membacakan buku sebelum tidur adalah bentuk ekspresi yang sangat berarti bagi anak.

Anak yang merasa dicintai tanpa syarat akan tumbuh dengan rasa percaya diri dan kebahagiaan. Saat hubungan antara orang tua dan anak didasarkan pada kasih sayang, mereka akan lebih terbuka dalam berbagi perasaan dan menghadapi tantangan hidup dengan tenang.

Menurut sebuah penelitian menjelaskan, pengasuhan yang hangat dan suportif tidak hanya mengurangi stres anak, tetapi juga memperkuat struktur otak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan empati. Hal ini membuktikan bahwa gentle parenting bukan hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga berpengaruh besar dalam perkembangan neurologis anak.

Kesimpulan

Gentle parenting bukan sekadar tren parenting modern, tetapi sebuah pendekatan yang didukung oleh ilmu perkembangan anak dan psikologi positif. Dengan menerapkan gentle parenting, orang tua membangun pondasi kuat bagi tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan moral. 

Pendekatan ini mengajarkan anak untuk tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri, empatik, dan bertanggung jawab.

Tentu, setiap orang tua akan mengalami tantangan saat menerapkan metode ini. Namun, dengan pemahaman yang tepat dan komitmen yang tulus, gentle parenting bisa menjadi kunci untuk membentuk generasi yang lebih sehat secara mental dan lebih kuat secara karakter.

Reference 

  1. Hardayani Rahmah. 2024. Penerapan Gentle Parenting Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Logis, dan Kreatif Anak Usia Dini. Jurnal SERUMPUN.  ↩︎
Leave A Comment:

Your email address will not be published. Required fields are marked *