5 Gejala Burnout pada Ibu, Simak Dampak dan Cara Mengatasinya
Bunda di tengah kesibukan mengurus rumah tangga dan buah hati tercinta, seringkali kita lupa untuk memperhatikan diri sendiri. Kelelahan fisik dan emosional yang menumpuk tanpa disadari bisa mengarah pada kondisi yang disebut burnout. Burnout pada Ibu kerap kali diabaikan dan membuat ibu justru semakin tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya.
Mungkin kita merasa lelah biasa, namun burnout pada ibu memiliki dampak yang lebih dalam, tidak hanya pada diri kita sendiri, tetapi juga pada kualitas pengasuhan dan keharmonisan keluarga.
Artikel ini hadir untuk membantu para Bunda mengenali lima gejala umum burnout pada ibu yang mungkin sedang kita alami. Lebih dari itu, kita akan membahas berbagai dampak negatif yang bisa timbul akibat burnout pada diri sendiri dan keluarga, serta yang terpenting, memberikan panduan praktis tentang cara mengatasi kondisi ini agar kita bisa kembali menjadi ibu yang bahagia,sehat dan hadir sepenuhnya untuk buah hati tercinta. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Penyebab Burnout pada Ibu dan Gejalanya
Menjadi seorang ibu bukan hal yang mudah kan Bunda, ada banyak tanggung jawab dalam keseharian, seorang ibu tidak hanya menjadi pengasuh anak tetapi juga pengatur rumah tangga, pendidik, bahkan terkadang pencari nafkah.
Ketika beban ini terus menerus menumpuk tanpa ruang untuk bernapas, seorang ibu berisiko mengalami burnout. Istilah burnout pada ibu mengacu pada kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang berkepanjangan akibat tekanan dalam menjalankan peran sebagai orang tua.
Menurut penelitian, burnout parental dialami oleh banyak ibu di seluruh dunia, terutama ketika mereka merasa tidak mendapat cukup dukungan atau waktu untuk diri sendiri. Burnout tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan pribadi ibu, tetapi juga berdampak langsung pada pola asuh dan perkembangan anak. Berikut beberapa penyebab umum burnout pada ibu
1. Tekanan Ekspektasi Sosial yang Tinggi
Banyak ibu merasa harus selalu tampil sempurna dalam setiap aspek kehidupan, termasuk mengurus anak, rumah, dan pekerjaan. Beban ini semakin berat karena standar kesempurnaan yang sering kali tidak realistis.
Media sosial juga berkontribusi dalam memperkuat tekanan ini, dengan menampilkan gambaran kehidupan yang terlihat ideal. Akibatnya, ibu merasa harus selalu memenuhi ekspektasi tersebut, meskipun kenyataannya jauh lebih kompleks.
2. Kurangnya Waktu untuk Istirahat dan Me Time
Ibu yang terlalu sibuk seringkali kesulitan meluangkan waktu untuk merawat dirinya sendiri. Mereka terus-menerus mengutamakan kebutuhan keluarga, tanpa menyisihkan waktu untuk mengisi ulang energi.
Tanpa istirahat yang cukup, kelelahan emosional akan semakin menumpuk. Kurangnya waktu untuk diri sendiri membuat ibu lebih cepat merasa stres dan sulit mengelola tekanan sehari-hari.
3. Beban Kerja Ganda
Bagi ibu yang bekerja di luar rumah, tanggung jawab mereka tidak berhenti saat jam kerja berakhir. Sesampainya di rumah, mereka masih harus menjalankan berbagai tugas domestik tanpa jeda.
Kondisi ini menyebabkan ibu sering kali merasa tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun mental.
4. Kurangnya Dukungan dari Pasangan atau Keluarga Besar
Tanpa adanya bantuan dari pasangan atau keluarga besar, ibu harus menjalankan semuanya sendiri. Hal ini meningkatkan risiko kelelahan karena setiap tanggung jawab hanya ditanggung oleh satu pihak.
Minimnya dukungan juga membuat ibu lebih rentan mengalami stres berkepanjangan. Jika tidak ada sistem pendukung yang memadai, mereka bisa merasa kesepian dan kehilangan keseimbangan hidup.
Burnout pada ibu bukan sekadar lelah biasa. Gejalanya kompleks dan bisa meliputi
- Kehilangan motivasi dalam menjalani aktivitas harian sebagai ibu
- Merasa tidak kompeten atau selalu gagal dalam mengasuh anak
- Mudah marah, frustrasi, dan tersinggung terhadap anak maupun pasangan
- Menarik diri dari interaksi sosial atau kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai
- Gangguan tidur, nafsu makan, serta munculnya keluhan fisik seperti sakit kepala atau nyeri otot
Jika dibiarkan tanpa penanganan, burnout pada ibu bisa berdampak serius, seperti meningkatnya risiko depresi postpartum, konflik rumah tangga, dan pola asuh yang kurang responsif terhadap anak.
5 Cara Mengatasi Burnout pada Ibu
Burnout bukan kondisi yang harus ditoleransi atau dianggap biasa. Dengan pendekatan yang tepat, ibu bisa kembali menemukan energi dan semangatnya. Berikut lima cara mengatasi burnout pada ibu yang terbukti efektif dan mudah diterapkan menurut berjudul Mom Burnout: Symptoms , Causes, & How to Recovery by Choosing Therapy.
1. Kenali Pemicu Burnout dan Perbanyak Berdzikir Kepada Allah

Ibu yang hidup dalam budaya individualistik lebih rentan mengalami kelelahan emosional dibanding mereka yang berada dalam lingkungan kolektif atau bersama-sama. Hal yang sama juga berlaku bagi ibu yang bekerja di luar rumah.
Dengan memahami faktor risiko ini, ibu dapat lebih mudah mengenali tanda-tanda burnout yang terjadi. Kesadaran ini merupakan langkah awal untuk melakukan perubahan yang bermanfaat bagi Anda.
Selain itu, cara yang efektif dalam meredakan stres dan burnout pada Bunda yakni dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui doa dan dzikir. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Melakukan dzikir secara konsisten, seperti mengucapkan Astaghfirullah, Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar bisa menjadi rutinitas yang Bunda lebih ringan dalam menghadapi burnout.
2. Jangan Membandingkan Diri dengan Ibu Lain
Alih-alih membandingkan diri dengan teman atau ibu lain di media sosial, lebih penting untuk menemukan pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan keluarga sendiri ya Bun. Setiap orang memiliki pendekatan unik dalam membesarkan anak.
Tidak ada satu cara yang benar dalam parenting, tetapi menjalani pola asuh yang sesuai dengan keinginan Bunda. Hal ini akan membuat ibu merasa lebih tenang. Dengan begitu, stres dan perasaan tidak mampu dapat berkurang.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S An Nisa ayat 34, bahwa iri hati terhadap sesuatu sebab Allah telah memberikan bagian kepada kita, sesuai dengan usaha kita Bunda.
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan. dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
3. Buat Jurnal untuk Memantau Suasana Hati
Mencatat peristiwa sehari-hari dalam jurnal membantu ibu untuk mengetahui suasana hati. Apa yang ingin Anda lakukan? Apa yang telah terjadi? Dengan cara ini, ibu dapat menjalani perawatan emosional yang mendukung kesehatan mental.
Selain itu, kebiasaan ini juga menjadi contoh positif bagi anak dalam memahami dan mengelola perasaan. Dengan merefleksikan pola kehidupan sehari-hari, ibu bisa menemukan cara untuk mencegah burnout di masa mendatang.
4. Pelajari Lebih Lanjut tentang Parenting yang Mindful
Mindful parenting membantu ibu tetap fokus pada momen saat ini dan tugas yang sedang dijalani. Alih-alih memikirkan ketakutan akan masa depan, pendekatan ini mengurangi kecemasan keluarga dengan lebih efektif.
Dengan berfokus pada “di sini dan sekarang,” dorongan untuk tergesa-gesa dalam mengambil tindakan dapat diminimalkan. Pendekatan ini memberi ruang bagi ibu dan keluarga untuk beradaptasi dengan lebih alami.
5. Luangkan Waktu untuk Beristirahat Bunda
Tidak ada yang salah dengan mengambil jeda sejenak dari tugas mengasuh anak, pasangan, pekerjaan, dan tanggung jawab rumah tangga. Sekalipun hanya duduk di dalam mobil sambil menikmati kopi atau teh, momen kecil ini tetap berharga.
Waktu istirahat singkat dari tekanan sehari-hari memungkinkan ibu untuk mereset energi. Dengan begitu, mereka dapat kembali menjalankan peran sebagai orang tua dengan lebih tenang dan seimbang.
Kesimpulan
Burnout pada ibu adalah fenomena yang nyata dan sangat mungkin terjadi dalam proses pengasuhan anak. Namun, kondisi ini tidak perlu dibiarkan terus-menerus hingga mengganggu kehidupan ibu dan keluarga.
Dengan mengenali gejalanya, memahami penyebabnya, serta mengambil langkah konkret untuk mengatasinya, ibu bisa kembali menjadi pribadi yang sehat, sabar, dan penuh kasih.
Menjadi ibu bukan tentang kesempurnaan, tetapi tentang ketulusan dan usaha yang konsisten. Mari saling mendukung dan membuka ruang untuk beristirahat, agar cinta yang diberikan pada anak dan keluarga tetap mengalir dengan hangat dan tulus.
Referensi
Choosing Therapy. Diakses pada 2025. Mom Burnout: Symptoms, Causes, & How to Recover.