Gangguan Belajar Anak: Jenis, Penyebab hingga Cara Mengatasinya
Ayah dan Bunda, pernahkah kita merasa khawatir saat melihat si kecil tampak kesulitan dalam belajar, meskipun sudah kita dampingi dengan berbagai cara? Jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa mereka malas atau kurang berusaha ya, bisa jadi, anak kita sedang mengalami gangguan belajar anak yang tidak ia sadari.
Gangguan belajar merupakan sebuah kondisi neurologis yang mempengaruhi kemampuan mereka dalam menerima, memproses, menyimpan, atau merespons informasi. Mengenali gangguan belajar sejak dini adalah langkah krusial untuk memberikan dukungan yang tepat.
Artikel ini hadir untuk memberikan pemahaman mendalam tentang gangguan belajar anak. Kita akan mengulas berbagai jenis gangguan belajar yang umum terjadi, mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, serta yang terpenting, memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara mengatasi dan mendampingi anak-anak yang mengalami kondisi ini.
Dengan pemahaman dan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu mereka meraih potensi terbaiknya. Yuk, simak ulasan selengkapnya!
Apa Itu Gangguan Belajar Anak, Jenis dan Penyebab
Gangguan belajar anak adalah kondisi neurologis yang mempengaruhi kemampuan anak dalam menerima, mengolah, atau menyampaikan informasi. Anak dengan gangguan belajar biasanya memiliki kecerdasan normal atau di atas rata-rata namun kesulitan dalam satu atau lebih bidang akademik seperti membaca menulis matematika atau keterampilan motorik.
Dalam sebuah studi menjelaskan bahwa anak-anak berpotensi mengalami gangguan belajar anak. Misalnya dalam studi di Belgaum, India menunjukan 15% siswa sekolah dasar memiliki gangguan belajar.
Studi lain di Kerala, India memperkirakan hanya 2% siswa memiliki gangguan belajar 4,5 Studi di Amerika Serikat menunjukan gangguan belajar berkisar 5-15% pada tahun pertama sekolah formal.
Studi Wiguna,dkk. pada tahun 2012 di Jakarta memperkirakan terdapat 28% anak sekolah dasar dengan gangguan belajar anak. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, sekitar 3,33 persen anak Indonesia berusia 5-17 tahun adalah penyandang disabilitas.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) gangguan belajar termasuk dalam kategori Specific Learning Disorders. Beberapa jenis gangguan belajar anak yang umum antara lain
1. Disleksia: Kesulitan dalam Membaca dan Memahami Teks
Disleksia adalah gangguan yang membuat anak mengalami kesulitan dalam mengenali huruf, membaca kata-kata, dan memahami teks. Mereka mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk mengolah informasi tertulis dibandingkan teman sebaya mereka.
Kesulitan ini bisa berdampak pada kepercayaan diri anak dalam belajar. Dengan dukungan yang tepat, seperti metode belajar multisensori dan latihan yang konsisten, anak dapat mengembangkan strategi membaca yang lebih efektif.
2. Diskalkulia: Kesulitan dalam Memahami Konsep Matematika
Diskalkulia mempengaruhi kemampuan anak dalam memahami angka, operasi hitung, serta konsep matematika secara keseluruhan. Mereka sering kali kesulitan dalam mengenali pola angka atau melakukan perhitungan sederhana.
Akibatnya, anak mungkin merasa frustasi saat belajar matematika dan enggan berlatih. Orang tua dapat membantu dengan memberikan alat bantu visual atau pendekatan praktis yang membuat konsep matematika lebih mudah dipahami.
3. Disgrafia: Kesulitan dalam Menulis dengan Jelas dan Terstruktur
Disgrafia adalah gangguan yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam menulis dengan rapi dan terorganisir. Mereka mungkin kesulitan mengendalikan gerakan tangan atau menyusun huruf dengan benar di atas kertas.
Tantangan ini dapat memengaruhi cara anak mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan. Latihan motorik halus, penggunaan teknologi bantu, serta pendekatan yang sabar dapat membantu mereka meningkatkan keterampilan menulisnya.
Sementara itu penyebab gangguan belajar sangat kompleks Bunda. Menurut penelitian dari Journal of Learning Disabilities (2021) beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan belajar antara lain.
- Faktor Genetik Anak yang memiliki riwayat keluarga dengan gangguan belajar lebih berisiko mengalami kondisi serupa.
- Perkembangan Otak Perbedaan dalam struktur atau fungsi otak terutama di area yang mengatur bahasa dan kognisi dapat menyebabkan gangguan belajar.
- Komplikasi Saat Kehamilan dan Kelahiran Seperti paparan alkohol, prematuritas, atau kekurangan oksigen saat lahir yang dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
- Faktor Lingkungan Kurangnya stimulasi kognitif atau trauma psikologis pada masa kecil juga dapat mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Penting untuk dipahami bahwa gangguan belajar anak bukan disebabkan oleh kemalasan atau kurangnya motivasi. Anak-anak ini membutuhkan pendekatan pembelajaran yang berbeda serta dukungan emosional yang konsisten.
6 Cara Mengatasi Gangguan Belajar pada Anak
Menghadapi gangguan belajar anak membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan strategi yang tepat. Berikut enam cara yang dapat membantu mengatasi gangguan belajar anak yang bisa Bunda coba lakukan di rumah.
1. Melakukan Identifikasi dan Diagnosis Dini
Semakin cepat gangguan belajar dikenali, semakin besar peluang anak untuk mendapatkan dukungan yang sesuai. Orang tua dapat berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog anak atau spesialis pendidikan untuk memahami tantangan yang dihadapi anak secara lebih mendalam.
Diagnosis profesional memungkinkan penyusunan rencana intervensi yang tepat berdasarkan kebutuhan individu anak. Dengan langkah ini, anak dapat menerima strategi pembelajaran yang lebih sesuai untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
2. Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Individual
Setiap anak dengan gangguan belajar memerlukan pendekatan yang disesuaikan agar mereka lebih mudah memahami materi. Misalnya, anak dengan disleksia dapat terbantu melalui metode multisensori yang menggabungkan elemen visual, auditif, dan kinestetik dalam pembelajaran.
Penelitian dalam Annals of Dyslexia (2020) menunjukkan bahwa teknik multisensori yang diterapkan secara konsisten membantu meningkatkan keterampilan membaca anak dengan disleksia. Dengan metode yang tepat, mereka dapat lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan akademik.
3. Membangun Lingkungan Belajar yang Mendukung
Lingkungan yang nyaman dan minim gangguan sangat penting bagi anak dengan gangguan belajar. Pastikan mereka memiliki tempat belajar yang tenang dengan jadwal yang terstruktur, termasuk waktu istirahat yang cukup agar tetap fokus.
Penggunaan alat bantu seperti audiobook, papan tulis berwarna, atau permainan edukatif dapat membantu anak memahami materi dengan lebih efektif. Lingkungan yang mendukung akan membuat proses belajar lebih menyenangkan dan meningkatkan motivasi mereka.
4. Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Emosional
Kesulitan belajar seringkali berdampak pada kepercayaan diri anak dan kemampuan mereka berinteraksi dengan teman sebaya. Orang tua perlu memberikan pujian atas usaha anak, bukan hanya hasil yang mereka capai, agar mereka merasa dihargai.
Selain itu, ajarkan keterampilan sosial seperti cara berkomunikasi dengan baik, bekerja sama, dan mengelola emosi. Dengan bimbingan yang tepat, anak akan lebih siap menghadapi tantangan sosial dan mengembangkan hubungan yang lebih sehat.
5. Melibatkan Terapi Spesifik Sesuai Kebutuhan Anak
Beberapa anak mungkin memerlukan terapi tambahan untuk mendukung perkembangan mereka. Misalnya, terapi wicara untuk gangguan bahasa, terapi okupasi untuk meningkatkan keterampilan motorik halus, atau pelatihan keterampilan sosial untuk memperkuat interaksi mereka.
Studi dalam Child Neuropsychology (2022) menunjukkan bahwa intervensi terapi yang berkelanjutan memiliki dampak positif terhadap keterampilan akademik dan adaptif anak. Dengan terapi yang tepat, anak dapat mengatasi hambatan belajar dengan lebih baik.
6. Membangun Kerja Sama dengan Sekolah
Komunikasi yang baik antara orang tua dan sekolah adalah kunci untuk mendukung anak dengan gangguan belajar. Diskusikan kebutuhan anak dengan guru atau konselor sekolah agar mereka dapat memperoleh program pembelajaran individual yang sesuai.
Akomodasi seperti tambahan waktu ujian, pengurangan tugas, atau penggunaan teknologi bantu dapat membantu anak merasa lebih nyaman dalam belajar. Sekolah yang inklusif akan memberikan dukungan yang diperlukan agar anak merasa diterima dan mampu berkembang.
Kesimpulan
Gangguan belajar anak bukanlah akhir dari masa depan cerah mereka. Dengan pemahaman yang benar, dukungan yang tepat, dan pendekatan yang penuh kasih anak-anak dengan gangguan belajar tetap bisa berkembang optimal dan mencapai potensinya. Penting bagi orang tua untuk tetap bersikap positif, fokus pada kekuatan anak, dan terus berkolaborasi dengan profesional pendidikan serta tenaga kesehatan.
Sebagaimana disimpulkan oleh penelitian dalam Frontiers in Psychology (2021) anak-anak dengan gangguan belajar yang mendapatkan intervensi dini dan dukungan emosional yang memadai menunjukkan perkembangan signifikan baik dalam akademik maupun kesejahteraan psikososial mereka.
Membantu anak mengatasi gangguan belajar bukan hanya soal mengajar mereka membaca atau berhitung melainkan juga membangun fondasi kuat untuk kepercayaan diri ketangguhan dan keberhasilan jangka panjang mereka.
Reference
Wiguna T, Setyawati NWR, Kaligis F. Learning Difficulties and Working Memory Deficits Among Primary School Students in Jakarta, Indonesia. ClinPsychopharmacol and Neuroscience. 2012;10:105-9.7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar; 2018